Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Sukoharjo

Tahun Ajaran Baru, Pedagang Sepatu asal Sukoharjo Mengaku Usahanya Tetap Sepi

Tahun ajaran baru biasanya menjadi momentum paling ditunggu oleh pedagang perlengkapan sekolah. 

Penulis: khoirul muzaki | Editor: Catur waskito Edy
khoirul muzaki
Pasar Ir Soekarno Sukoharjo  

TRIBUNJATENG.COM, SUKOHARJO- Tahun ajaran baru biasanya menjadi momentum paling ditunggu oleh pedagang perlengkapan sekolah. 

Saat libur sekolah, sebelum aktivitas pembelajaran dimulai, orang tua atau siswa biasanya berburu perlengkapan di pasar atau toko modern. 

Ini pula yang dirasakan Roni, pedagang sepatu asal Kecamatan Grogol Sukoharjo yang berjualan di wilayah Solo. Saat itu, pasar penuh hingga pembeli berdesakan di lapak-lapak pedagang pasar. 

Sayang itu tinggal kenangan bagi Roni. Semenjak pandemi, kondisi itu tak terlihat kembali. Tahun ajaran baru sudah beberapa kali berganti, pasar masih saja sepi. 

Sampai kini, meski pandemi Covid 19 sudah reda, aktivitas ekonomi, termasuk di pasar juga sudah dilonggarkan, pasar masih saja sepi. 

"Kalau dulu libur sekolah di pasar umpel-umpelan (berdesakan), " katanya, Rabu (6/7/2022) 

Kini, menjelang tahun ajaran baru 2022, libur sekolah sudah mulai, namun pasar tempatnya berdagang masih saja sepi. 

Sepinya pasar di momentum libur sekolah saat ini, menurut dia, karena daya beli masyarakat masih rendah. 

Pandemi yang menahun membuat perekonomian warga terpuruk. Alhasil daya beli mereka ikut menurun, termasuk untuk berbelanja keperluan sekolah. 

Faktor lainnya, menurut dia, persaingan usaha saat ini semakin ketat. Pedagang pasar saat ini bukan hanya harus bersaing dengan sesama pedagang di pasar. 

Mereka juga harus bersaing dengan pedagang online yang jumlahnya meroket di masa pandemi ini. 

Di masa pandemi, saat masyarakat dianjurkan menghindari kerumuman, termasuk di pasar, perilaku konsumen berubah.  Mereka mulai memesan berbagai kebutuhan via online atau aplikasi jual beli. Ini untuk menghindari kontak langsung dengan pembeli lain atau pedagang. 

Perubahan budaya ini ternyata terus berlanjut, meski pandemi sudah mereda. Karena transaksi online memiliki sejumlah keunggulan di banding offline. 

Bukan lagi soal mencegah penularan virus, namun berbagai kemudahan lain yang didapat konsumen. Termasuk harga yang lebih bersaing, tanpa harus ribet tawar menawar. 

"Usaha lagi drop sejak pandemi. Sekarang yang penting saya dan keluarga sehat. 

Roni yang  dulu tak berpikir tak akan berjualan online karena merasa sudah nyaman dengan berjualan di pasar, kini harus mengubah pendirian. 

Ia kini harus menyesuaikan perkembangan zaman. Pasar saat ini sudah berubah. Jika hanya mengandalkan pembeli datang ke pasar untuk belanja kebutuhan, ia bisa tak kebagian pelanggan. 

Roni pun memutuskan ikut terjun memasarkan produknya melalui media sosial. 

Di belantara maya itu, ia yang pedagang kawakan harus memulai usaha dari nol lagi. Karena dunia ini baru baginya. 

Ternyata persaingan usaha di dunia maya tak kalah mengerikan. Banyak yang menawarkan harga produk sangat rendah dengan asumsi keuntungan tipis. 

Beruntung ia mengambil barang atau kulakan langsung dari pabrik atau produsennya. Sehingga ia masih bisa bersaing dengan penjual lain di dunia maya. 

"Saya lagi belajar buat video produk. Kalau yang lain kan sudah lama, " katanya. (*)

Baca juga: Chord Kunci Gitar Kahitna - Cantik

Baca juga: Evaluasi H-1 Tahapan Akhir PPDB, Ini Temuan Ganjar Soal Isu Hacker

Baca juga: Ramalan Zodiak Cinta Besok Kamis 7 Juli 2022, Leo Ada Ambisi yang Harus Dikendalikan

Baca juga: Dalih untuk Pemerataan Ekonomi, DPRD Jepara Minta Kawasan Peruntukan Industri Diperluas

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved