Berita Kesehatan
Mindi, Pohon Bermanfaat untuk Pencahar hingga Anthelmintik
Pohon mindi (Melia azedarach L) merupakan tumbuhan yang sering digunakan dalam rehabilitasi lahan atau reboisasi.
TRIBUNJATENG.COM - Pohon mindi (Melia azedarach L) merupakan tumbuhan yang sering digunakan dalam rehabilitasi lahan atau reboisasi.
Pilihan terhadap Mindi tidak salah mengingat sifatnya yang fast growing atau memiliki kemampuan tumbuh dengan cepat serta daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang beragam.
Dibalik kemampuan pertumbuhannya tersebut , pohon Mindi ternyata juga mempunyai segudang manfaat.
Deskripsi
Pohon Mindi dapat mencapai ketinggian 20 meter, cabang banyak dengan kulit batang berwarna coklat tua. Batangnya berkayu, bulat, bercabang, berwarna putih kotor.
Daunnya majemuk, menyirip ganda. Duduk daun berseling dengan panjang daun 20-80 cm.
Bentuk daun bulat telur sampai lanset, dengan tepi bergerigi dan ujung runcing.
Pangkal daun membulat atau tumpul, permukaan daun berwarna hijau tua dan bagian bawahnya hijau muda.
Bunga majemuk, keluar dari ketiak daun.
Benang sari bergigi sepuluh dengan kepala sari yang menunduk.
Daun mahkota berjumlah 5, panjangnya sekitar 1 cm, berwarna ungu pucat dan berbau harum.
Buahnya buah batu berbentuk bulat dengan diameter kuleb 1,5 cm.
Buah masak berwarna coklat kekuningan, berbiji satu. Mindi ini perbanyakan melalui biji.
Bijinya berwarna putih, bulat telur, beralur, sangat beracun.
Tanaman ini berakar tunggang yang berwarna coklat muda.
Habitat
Mindi termasuk tumbuhan yang sangat mudah beradaptasi dan mentolerir berbagai kondisi iklim dan tanah baik alami maupun budidaya.
Ia umumnya ditemukan di iklim tropis, sub-tropis dan beriklim hangat yang sebagian besar terkait dengan kondisi kering musiman.
Ahmed dan Idris (1997) menyebutkan bahwa Mindi dapat mentolerir suhu maksimum rata-rata bulan terpanas dapat mencapai 39 derajat Celcius, suhu minimum rata-rata bulan terdingin -5 derajat Celcius, pohon yang lebih tua tahan terhadap embun beku (minimal -15 derajat Celcius) daripada pohon muda.
Tumbuhan ini juga tahan terhadap kekeringan dengan curah hujan tahunan berkisar antara (385-) 600 hingga 2000 mm.
Mindi juga beradaptasi dengan baik di berbagai jenis tanah.
Pertumbuhan terbaik diperoleh pada tanah lempung berpasir yang dikeringkan dengan baik, sementara tanah berkerikil yang dangkal menghambat pertumbuhan.
Mindi mentolerir tanah dangkal, tanah salinitas tinggi dan sangat basa, tetapi tidak tanah yang sangat asam.
Ia juga dapat tumbuh dengan baik hingga ketinggian 2700 mdpl, meski beberapa catatan menunjukan Mindi akan tumbuh optimal sampai dengan 1000 mdpl.
Kandungan Fitokimia
Kulit kayu dan kulit akar mengandung Toosedanin (C30H38O11) dan komponen yang larut (C30H40O12).
Selain itu juga terdapat alkaloid Azaridine (Margosina), Kaemferol, Resin, Tanin, n-triacontane, ȕ-sitosterol, dan Triterpene kulinone.
Kulit akar kurang toksik dibanding kulit kayu. Biji mengandung resin yang sangat beracun, 60 persen minyak lemak terdiri dari Asam stearat, Palmitat, Oleat, Linoleat, Laurat, Valerianat, Butirat, dan sejumlah kecil minyak esensial sulfur.
Buah mengandung sterol, kotekol, asam vanilat, dan asam bekayanat.
Daun mengandung alkaloid parasina, flavanoid rutin, zat pahit, saponin, tanin, steroida, dan kaemferol (Daliamartha, 2003).
Manfaat
Kulit batangnya mempunyai khasiat sebagai obat mencret, kudis dan eksim.
Kulit akar dan kulit kayunya pahit dengan sifat dingin dan sedikit beracun (toksik).
Mindi juga dikenal berkhasiat untuk peluruh kencing (diuretik), pencahar (laksatif), perangsang muntah dan peluruh cacing usus (anthelmintik).
Buahnya pahit sedikit toksik, berkhasiat untuk mengaktifkan energi vital guna meredakan nyeri, dan sebagai obat luar berkhasiat anti jamur.
Daun berkhasiat sebagai peluruh kencing (diuretik) dan peluruh cacing.
Seluruh tanaman berkhasiat sebagai pembunuh serangga (Daliamartha, 2003).
Biji mindi ini bisa digunakan untuk meracuni ikan atau serangga.
Demikian pula dengan daunnya yang dikeringkan dan disimpan di dalam buku bisa menghalau serangga atau kutu.
Persebaran
Asal muasal Mindi tidak diketahui secara pasti. Namun beberapa ahli percaya bahwa Mindi berasal dari Asia, sekitaran India dan Pakistan.
Kemudian Mindi dibudidayakan di seluruh dunia.
Dari India menuju ke Timur Tengah, kemudian ke Nepal, Sri Lanka dan Cina tropis, selatan dan timur melalui Malesia: Sumatra, Jawa, Filipina (Luzon, Negros, Mindanao), Kepulauan Sunda Kecil (Flores, Timor, Wetar), Papua Barat dan Papua Nugini, Australia dan Kepulauan Solomon.
Mindi juga tersebar luas di Cina, melalui Malesia ke Kepulauan Solomon dan Australia.
Pada kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi Pati Barat pohon Mindi dapat ditemukan di Cagar Alam Gunung Celering yang terletak di Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara.
Penulis
Budi Santoso
KPHK Pati Barat