Ekonom: Subsidi BBM Bisa Kendalikan Inflasi
ketika pemerintah memutuskan untuk menahan agar tidak menaikkan harga Pertalite, hal itu bisa berdampak menekan dorongan inflasi dari komoditas itu.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet mengatakan, jika dibandingkan dengan pengguna jenis BBM lain, pengguna Pertalite merupakan satu yang terbesar.
Menurut dia, ketika pemerintah memutuskan untuk menahan agar tidak menaikkan harga Pertalite, hal itu bisa berdampak menekan dorongan inflasi dari komoditas itu.
Sementara untuk efek ke anggaran subsidi, ia berujar, akan berpotensi meningkat, lantaran selisih harga yang harus dibayarkan oleh masyarakat ini ditanggung oleh pemerintah.
Sehingga, sesuai dengan prediksi pemerintah bahwa anggaran subsidi berpotensi melebihi pagu yang ditetapkan sebelumnya.
"Untuk angkanya saya kira sangat relatif, tergantung dari beberapa perkiraan harga yang akan terjadi, terutama harga minyak acuan Indonesian Crude Price (ICP) sampai dengan akhir tahun nanti. Perkiraan saya akan berada di kisaran Rp 200 triliun hingga Rp 250 triliun," ujarnya, kepada Kontan, Rabu (13/7).
Namun, Yusuf menuturkan, jika inflasi global meningkat, hal itu juga bisa berdampak terhadap pergerakan inflasi di dalam negeri yang berpotensi akan tetap tinggi.
"Kemudian apakah ini akan meredam inflasi, saya kira juga akan dipengaruhi oleh faktor di luar harga Pertalite, terutama melihat dari pergerakan inflasi global," ucapnya.
Adapun, Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios), Bhima Yudhistira memperkirakan, biaya subsidi energi dan kompensasi akan mencapai Rp 600 triliun pada tahun ini, dengan asumsi harga BBM, seperti pertalite, gas elpiji 3 kg, dan tarif listrik golongan subsidi tidak dinaikkan.
Menurutnya, beban itu semakin bertambah dengan proyeksi harga minyak mentah yang berkisar 95-110 dollar AS per barel.
"Sebaiknya pemerintah punya cadangan tambahan 20 persen dari alokasi dana subsidi dan kompensasi energi," tuturnya.
Dengan kebijakan subsidi, Bhima menyatakan, inflasi komponen harga yang diatur oleh pemerintah (administered prices) bisa diredam, sehingga tidak bergejolak seperti negara net importir minyak lainnya.
Sementara itu, efek ke inflasi pangan juga bisa dikendalikan, karena ada kaitan erat stabilitas harga BBM Solar dan Pertalite terhadap biaya angkutan pangan. (Kontan.co.id/Dendi Siswanto)