Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

Mengenang 16 Tahun Gempa dan Tsunami Pangandaran 17 Juli 2006, Renggut 668 Korban Jiwa

Mengenang 16 Tahun Gempa dan Tsunami Pangandaran 17 Juli 2006, Renggut 668 Korban Jiwa

Penulis: non | Editor: galih permadi
BMKG
Mengenang 16 Tahun Gempa dan Tsunami Pangandaran 17 Juli 2006, Renggut 668 Korban Jiwa 

Mengenang 16 Tahun Gempa dan Tsunami Pangandaran 17 Juli 2006, Renggut 668 Korban Jiwa

TRIBUNJATENG.COM - 16 tahun lalu tepatnya pada tanggal 17 Juli 2006, terjadi musibah gempa dan tsunami di Pangandaran, Jawa Barat.

Hal itu diawali dengan serangkaian gempa di wilayah selatan pulau Jawa.

Pusat gempat yang berada di Samudera Hindia tersebut pertama kali dirasakan sekira pukul 15.11 WIB dengan kekuatan 6,8 skala Richter (SR).

Kemudian, terjadi gempa susulan berkekuatan 5,5 SR dan 6,1 SR.

Kecamatan Pangandaran menjadi daerah terparah yang terdampak dari gempa tersebut.

Selain dekat dengan titik episentrum gempa, kawasan wisata ini berpenduduk lebih padat dibandingkan dengan daerah lainnya yang terdampak.

Melnsir Harian Kompas, pada pukul 23.00 muncul kabar air laut kembali pasang.

Ribuan warga memadati jalan-jalan dan kawasan Masjid Agung Pangandaran.

Ratusan warga dari sejumlah desa lain menyelamatkan diri ke lokasi lebih tinggi.

Gelombang tsunami setinggi 2-4 meter terjadi sesaat setelah gempa.

Gelombang tersebut menyapu permukiman warga di kawasan pantai di Jabar, Jateng, dan DI Yogyakarta.

Air laut naik sampai sekitar 100 meter ke daratan.

Sementara itu, di Pantai Parangtritis gelombang menyapu 100 meter ke arah dalam bibir pantai.

Namun kemudian surut lama sejauh 200 meter ke arah laut.

Gelombang besar mengempaskan 125 perahu dan menghancurkan tempat pelelangan ikan (TPI) di Karangduwur.

Di desa itu 20 warung hanyut ke laut setelah disapu gelombang, sementara 150 unit perahu nelayan di Ayah dan 372 perahu di Pantai Suwuk hancur.

Gempa disertai gelombang tsunami membuat warga di pantai selatan Jateng dari Kebumen hingga Cilacap panik.

Hampir semua warga-bahkan penduduk di desa-desa berjarak lebih dari 25 kilometer dari garis pantai-ikut mengungsi.

Gempa dengan kekuatan M7.7 dengan pusat di lepas pantai Pangandaran tersebut merenggut 668 korban jiwa.

Serta 65 hilang (diasumsikan meninggal dunia) dan 9.299 lainnya luka-luka.

Gempa yang terjadi di lepas pantai Pangandaran itu berkekuatan ‘moderate’.

Biasanya gempa seperti itu tidak menimbulkan tsunami dengan ketinggian lebih dari 5 meter.

Akan tetapi tsunami Pangandaran menimbulkan tsunami dengan ketinggian rayapan mencapai 21 m.

Jenis tsunami seperti itu dikategorikan oleh peneliti Kanamori sebagai tsunami-earthquake.

Yaitu gempa yang membangkitkan tsunami dengan magnitudo lebih besar daripada magnitudo gempanya.

Dengankata lain itu gempa yang membangkitkan tsunami jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi tsunami rata-rata yang dibangkitkan oleh gempa dengan kekuatan yang sama.

Kejadian seperti ini dibangkitkan oleh gempa dengan karakteristik sedikit berbeda dari gempa pada umumnya.

Di mana pelepasan energi gempa tersebut memakan waktu lebih lama dibandingkan gempa pada umumnya.

Sehingga getaran gempa tidak terlalu dirasakan oleh masyarakat di daerah pantai. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved