Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Tolak Pemimpin Baru, Warga Sri Lanka Sebut Ranil Wickremesinghe Lebih Licik

Berbicara kepada orang banyak, para pemimpin protes menolak untuk menerima Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe sebagai kepala negara baru.

AFP
Presiden Sri Lanka yang baru terpilih, Ranil Wickremesinghe. (AFP) 

TRIBUNJATENG.COM - Parlemen Sri Lanka memilih Ranil Wickremesinghe sebagai presiden baru negara itu.

Para pengunjuk rasa anti-pemerintah kembali ke jalan-jalan di ibu kota Sri Lanka setelah terpilihnya Ranil Wickremesinghe.

Mereka mengatakan akan melanjutkan pemberontakan selama berminggu-minggu.

Baca juga: Situasi Tak Terkendali, Sejumlah Negara Imbau Warganya Tidak Pergi ke Sri Lanka

Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di situs GotaGoGama di Kolombo pada hari Rabu (20/7/2022).


Di tempat itu juga, minggu lalu, para pengunjuk rasa merayakan pengunduran diri Gotabaya Rajapaksa sebagai Presiden Sri Lanka.

Berbicara kepada orang banyak, para pemimpin protes menolak untuk menerima Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe sebagai kepala negara baru.

Ranil yang telah enam kali menjabat sebagai perdana menteri dianggap bertanggung jawab atas krisis ekonomi dan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya di Sri Lanka.

“Seperti yang Anda ketahui, parlemen memilih presiden baru hari ini, tetapi presiden itu bukan orang baru bagi kami, itu bukan mandat rakyat,” kata Wasantha Mudalige, pemimpin Federasi Mahasiswa Antar Universitas, seperti dilansir Al Jazeera.

“Kami berhasil mendepak Gotabaya Rajapaksa yang memperoleh 6,9 juta suara, tetapi Ranil Wickremesinghe kini telah mengamankan kursi itu dari kursi belakang."

"Ranil bukan presiden kita. Mandat rakyat ada di jalanan," tambahnya.

 
Para pengunjuk rasa juga menuduh Ranil membuat kesepakatan dengan keluarga Rajapaksa yang berkuasa untuk mengalahkan saingan politiknya.


Penunjukan Gotabaya Rajapaksa atas Ranil sebagai perdana menteri pada bulan Mei dan kemudian penjabat presiden setelah ia meninggalkan negara itu pada bulan Juli, semakin membuat marah para pengunjuk rasa yang ingin elit penguasa negara itu pergi.

Para pengunjuk rasa membakar kediaman pribadi Ranil dan menduduki kantornya selama protes pekan lalu.

Pada protes hari Rabu, pembicara demi pembicara, termasuk biksu Buddha, pendeta Katolik, mahasiswa dan seniman, menolak untuk mendukung pilihan parlemen.

“Ranil Wickremesinghe harus tahu bahwa jutaan orang di jalanan jauh lebih besar dari 134 orang,” kata seniman Jagath Manuwarna, merujuk pada 134 anggota parlemen yang memilih Wickremesinghe.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved