Guru Berkarya
Metode Eksperimen Bantu Siswa Pahami Sifat Cahaya
Dalam pembelajaran IPA di SD, guru harus lebih banyak melibatkan siswa secara langsung
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
Oleh: Rasito, S.Pd., Guru Kelas SDN 04 Pelutan Kec. Pemalang Kab. Pemalang
Bundu (1986) menyatakan bahwa rendahnya pembelajaran IPA diakibatkan pengajaran fakta-fakta IPA dilakukan melalui ceramah dan kurang memberikan kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk menguasai konsep IPA pada ranah kongnitif yang lebih tinggi. Dalam pembelajaran IPA di SD, guru harus lebih banyak melibatkan siswa secara langsung atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksperimen atau percobaan sehingga siswa dapat sepenuhnya terlibat dalam suatu eksperimen atau percobaan dalam pembelajaran.
Menurut Lunetta (1984) mengatakan bahwa sifat cahaya merupakan pembelajaran yang sulit dibandingkan dengan materi bunyi, karena siswa hanya mengetahui konsep dari cahaya. Kenyataan ini dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar IPA pada pokok bahasan sifat cahaya menjadikan tantangan bagi guru-guru di sekolah dasar sebagai tenaga pendidik. Siswa sulit memahami konsep cahaya, sehingga menjadikan kesulitan kepada guru untuk menyampaikan materi dan kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran, pendekatan dan metode yang digunakan kurang tepat dalam proses pembelajaran dimana guru lebih banyak aktif dibandingkan dengan siswa. Sementara kebanyakan guru di SD dalam melaksanakan proses pembelajaran masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional, artinya guru masih mengajarkan pokok bahasan melalui ceramah dan pemberian tugas tanpa melibatkan siswa melakukan eksperimen.
Sejalan dengan masalah di atas dari hasil wawancara dan observasi di SDN 04 Pelutan, diperoleh keterangan bahwa: Pertama, Alat peraga IPA (KIT) masih sangat kurang. Kedua, guru mengalami kesulitan dalam merancang eksperimen sesuai dengan pokok bahasan tidak terarah pada kegiatan eksperimen. Ketiga, guru tidak menuntun siswa melakukan eksperimen IPA dan tidak membuat lembar kerja siswa (LKS). Keempat, guru lebih mementingkan materi secara rutin setiap semester agar target kurikulum lebih cepat tercapai. Kelima, guru kurang terampil membimbing siswa melakukan eksperimen sehingga siswa kesulitan menggunakan alat/mengorganisasikan bahan dan membuat laporan hasil eksperimen atau percobaan. Masalah yang dihadapi guru dan siswa di atas disebabkan oleh faktor guru belum bisa merancang eksperimen atau percobaan IPA yang mengiringi pembelajaran IPA di kelas, kurang membimbing siswa dalam melakukan eksperimen serta mengalami kesulitan dalam menggunakan alat peraga (KIT) IPA.
Dari permasalahan di atas, penulis mencoba menerapkan pendekatan eksperimen pada pembelajaran IPA khususnya sifat cahaya di kelas V SDN 04 Pelutan. Penggunaan pendekatan eksperimen atau percobaan diharapkan dapat memperbaiki/meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara efektif dan efisien sehingga siswa tidak banyak diam dan pasif dalam proses pembelajaran IPA. Sumadji (2003) mengatakan banwa langkah-langkah umum yang perlu diperhatikan dalam eksperimen. Pertama, identifikasi masalah. Kedua, pemilihan masalah dan, ketiga, perumusan masalah. Dari uraian di atas maka, penulis mengembangkan pembelajaran untuk siswa kelas V SDN 04 Pelutan dalam menentukan sifat cahaya dengan menggunakan pendekatan eksperimen. Pendekatan eksperimen dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA khususnya dalam menentukan sifat cahaya.
Tingkat pencapaian pembelajaran sifat cahaya dengan menggunakan pendekatan eksperimen mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa kelas V SDN 04 Pelutan pada setiap akhir pembelajaran menujukan nilai rata-rata kelas yang cukup meningkat. Penerapan pembelajaran sifat cahaya dengan menggunakan pendekatan eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 04 Pelutan dengan baik terhadap materi sifat cahaya sehingga tercipta rasa senang di dalam belajar dengan dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.