Kim Jong Un Ancam Tembak Nuklir ke AS dan Korsel 

ancaman terbaru Kim Jong Un datang ketika Korsel dan AS meningkatkan latihan militer bersama, yang selalu membuat marah Korut

Editor: Vito
KCNA via KNS/AP PHOTO via Kompas.com
Rudal balistik antarbenua Hwasong-17 yang baru dibuat Korut dipamerkan dalam parade militer untuk menandai ulang tahun ke-90 tentara Korut di Lapangan Kim Il Sung, Pyongyang, Korut, 25 April 2022. 

TRIBUNJATENG.COM, PYONGYANG - Pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut), Kim Jong Un menyatakan, negaranya siap mengerahkan senjata nuklir dalam setiap bentrokan militer, termasuk dengan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel).

Hal itu dilaporkan media pemerintah Korut pada Kamis (28/7). Kim Jong Un mengatakannya dalam pidato terbaru untuk memperingati gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea, yang juga dikenal sebagai "Hari Kemenangan" di Korut.

Menurut dia, angkatan bersenjata Korut benar-benar siap untuk setiap krisis.

"Senjata perang nuklir negara kami juga siap untuk memobilisasi kekuatan absolutnya dengan percaya diri, akurat, dan sesuai dengan misinya," kata Kim Jong Un, dalam pidato pada Rabu (27/7), yang dikutip media pemerintah Korea Central News Agency (KCNA).

Kantor berita AFP melaporkan, ancaman terbaru Kim Jong Un datang ketika Korsel dan AS meningkatkan latihan militer bersama, yang selalu membuat marah Korut, karena Pyongyang menganggapnya sebagai latihan untuk invasi.

Pekan ini contohnya, militer AS mengadakan latihan tembak langsung menggunakan helikopter canggih Apache yang ditempatkan di Korsel untuk kali pertama sejak 2019.

Kim Jong Un juga mengecam presiden baru Korea Selatan, Yoon Suk-yeol, yang menjabat sejak Mei 2022, dan berjanji bersikap lebih keras terhadap Korsel.

"Berbicara tentang aksi militer terhadap bangsa kita, yang memiliki senjata mutlak paling mereka takuti, adalah tindakan tidak masuk akal dan menghancurkan diri sendiri yang sangat berbahaya," ujar Kim Jong Un, tentang pemerintahan Yoon Suk-yeol, yang dia sebut sebagai kelompok gangster.

"Upaya berbahaya seperti itu akan langsung diganjar hukuman oleh kekuatan kita, dan pemerintahan Yoon Suk-yeol serta militernya akan dimusnahkan," lanjut Kim.

Adapun, Korut tahun ini memecahkan rekor uji coba senjata hingga mendapatkan sanksi, termasuk menembakkan rudal balistik antarbenua dari jarak penuh untuk kali pertama sejak 2017.

Program rudal balistik dan senjata nuklir Korut dilarang oleh resolusi Dewan Keamanan PBB, yang telah menjatuhkan sanksi pada negara tersebut. Korut tercatat telah melakukan 13 putaran uji coba senjata tahun ini, termasuk peluncuran Hwasong-17 yang diklaimnya.

"Pidato Kim mengembangkan ancaman eksternal untuk membenarkan rezimnya yang fokus secara militer dan kesulitan secara ekonomi," kata Leif-Eric Easley, profesor di Universitas Ewha, Seoul.

"Program nuklir dan rudal Korea Utara melanggar hukum internasional, tetapi Kim mencoba menggambarkan penumpukan senjatanya yang tidak stabil sebagai upaya benar untuk membela diri," tambahya.

Diketahui, pembicaraan nuklir antara Korut dan AS terhenti sejak KTT Kim Jong Un dan presiden AS saat itu Donald Trump pada Februari 2019 gagal, karena tidak tercapai keringanan sanksi dan apa yang Korut bersedia berikan sebagai imbalannya.

Pejabat AS dan Korsel mengatakan ada tanda-tanda konstruksi baru di satu-satunya situs uji coba nuklir Korut yang telah resmi ditutup sejak 2018.

Gambar satelit oleh Maxar sejak Maret lalu tampak menunjukkan pekerjaan perbaikan yang terjadi di situs Punggye-ri. Kegiatan itu mungkin menunjukkan bahwa Pyongyang dapat bersiap untuk melanjutkan pengujian senjata nuklir. (Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved