Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Cerita Ambar 10 Tahun Terakhir Selalu Kungkum di Tugu Suharto Saat Malam Satu Suro, Ungkap Tujuannya

Di tengah sungai tersebut berdiri sebuah tugu berusia puluhan tahun yang dinamai Tugu Suharto

Penulis: budi susanto | Editor: muslimah
Tribun Jateng/ Budi Susanto
Sejumlah warga memadati Tugu Suharto saat malam satu suro, Sabtu (30/7/2022) dini hari. 

Waktu menunjukkan pukul 01.20 WIB, Ambar pun selesai melakoni prosesi kungkumnya.

Baju dan celana yang ia pakai nampak basah kuyup, namun ia tak tampak kedinginan.

Sebelum meninggalkan lokasi, Ambar berujar setiap tahun saat malam satu suro ia berendam di Tugu Suharto.

"10 tahun terakhir ini saat malam satu suro saya selalu berendam di sini," ucap pria berambut panjang itu, Sabtu (30/7/2022) dini hari.

Ia mengaku kungkum di Tugu Suharto merupakan cara untuk membersihkan diri dan merenungi kesalahan.

"Saya percaya dengan cara itu, hati saya lebih bersih, dan lebih mawas diri untuk menjalani hidup," jelasnya sembari melenggang pergi untuk berganti baju.

Hingga pukul 02.00 WIB, Tugu Suharto masih dipadati masyarakat yang hendak melaksanakan prosesi kumkum.

Sejumlah warga memadati Tugu Suharto saat malam satu suro, Sabtu (30/7/2022) dini hari.
Sejumlah warga memadati Tugu Suharto saat malam satu suro, Sabtu (30/7/2022) dini hari. (TribunJateng.com/Budi Susanto)

Terpisah, Supadi sesepuh di daerah Tugu Suharto, menuturkan, tradisi kungkum sudah berlangsung puluhan tahun.

Bahkan menurutnya, sejak tahun 1965 tradisi tersebut sudah dilakukan oleh masyarakat.

"Kungkum di Tugu Suharto menjadi kepercayaan masyarakat Jawa saat malam satu suro, bahkan dari saya kecil sudah ada," ucap pria berusia 62 tahun itu.

Dilanjutkan, pertemuan dua aliran sungai yang dijadikan tempat kungkum dipercaya mempunyai khasiat tersendiri bagi sebagai masyarakat.

"Ada yang percaya jika kungkum di sungai itu bisa membersihkan diri, hingga menenangkan hati, apalagi dilakukan saat malam satu suro," terangnya.

Ditambahkannya, tradisi tersebut tidak akan hilang, bahkan hingga kini masih dijalankan oleh masyarakat.

"Bagi masyarakat yang memiliki kepercayaan kejawen hal tersebut terus dilakukan saat malam satu suro," tambahnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved