Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Hendi Minta Verifikasi Data Stunting Agar Tepat Penanganan

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi menenkan pentingnya verifikasi data stunting pada wilayah yang dipimpinnya, agar penanganan yang dilakukan tepat

Editor: galih permadi
humas pemkot semarang
Wali kota Semarang, Hendrar Prihadi dalam kegiatan Rembug Stunting di Hotel Patrajasa, Senin (15/8). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi menenkan pentingnya verifikasi data stunting pada wilayah yang dipimpinnya, agar penanganan yang dilakukan tepat sasaran.

Pria yang akrab disapa Hendi itu bahkan menyinggung soal data stunting dan stunted yang kerap dianggap sama, sehingga menimbulkan salah paham.

"Stunting dan Stunted adalah hal yang berbeda. Jadi jangan sampai hanya mengejar angka dengan cut off kecil tapi datanya tidak nyambung,” tegasnya dalam kegiatan Rembug Stunting di Hotel Patrajasa, Senin (15/8).

Lebih lanjut, Hendi pun meminta agar sinkronisasi data daerah dan pusat dapat menjadi perhatian besar, agar kemudian terdapat data dukung yang valid dalam upaya penanganan yang dilakukan.

"Sebagai perhatian, bahwa prevalensi balita stunting di Kota Semarang tahun 2021 ada di angka 3,1 persen, namun menurut studi Status Gizi Indonesia 2021 yang dirilis Kementerian Kesehatan disebutkan jika prevalensi balita stunted di Kota Semarang sebesar 21,3 persen," ungkap Hendi.

Untuk itu dalam kesempatannya, Wali Kota Semarang tersebut meminta agar seluruh pihak yang berkaitan dengan penanganan stunting dapat melakukan pemutakhiran data untuk diserahkan pada Dinas Kesehatan Kota Semarang.

“Seperti kata Napoleon Bonaparte, 90 persen perang adalah tentang informasi, karena itu yang mengurus data stunting di RT, RW, Kelurahan harus tepat mendata untuk kemudian disetor ke Dinas Kesehatan,” tegasnya.

Adapun selain sinkronisasi data, Hendi juga menekankan pentingnya inovasi program dan kolaborasi antar stakeholder dalam penanganan stunting.

Maka program - program yang berjalan di Kota Semarang seperti Si Bening (Semua Ikut Bergerak Menangani Stunting) dan Dashat atau Dapur Sehat Atasi Stunting diharapkan bisa didukung oleh semua pihak.

Di sisi lain, Hendi juga menyebut bahwa kasus stunting tidak hanya dialami oleh keluarga yang kurang mampu secara ekonomi.

Dirinya bahkan bercerita pernah mengunjungi anak stunting dari keluarga yang berkecukupan.

Dan setelah digali informasi, didapati jika kendala yang dialami oleh orang tua anak stunting tersebut adalah kesibukan kerja, sehingga membuatnya sulit memperhatikan tumbuh kembang anak.

“Penanganan stunting tidak serta merta soal pemberian makanan bergizi secara gratis tetapi juga bagaimana kita mengkomunikasikan kepada para orang tua cara merawat anak dengan baik.

Kalau tidak punya uang untuk beli vitamin, kita kasih vitamin.

Kalau persoalannya kekurangan makanan bergizi, kita kasih makanan bergizi.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved