Fokus
Fokus: Gulo Klopo
Sanggang dari kata menyanggang. Artinya mengangkat barang yang berat dengan dua belah tangan. Tetapi tidak menjadi berat kalau diangkat bersama-sama,
Penulis: sujarwo | Editor: m nur huda
Tajuk Ditulis Oleh Jurnalis Tribun Jateng, Sujarwo
TRIBUNJATENG.COM - Sanggang dari kata menyanggang. Artinya mengangkat barang yang berat dengan dua belah tangan. Tetapi tidak menjadi berat kalau diangkat bersama-sama, gotong royong. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
Di Desa Sanggang, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Presiden Jokowi memang tidak merasa berat meski sendirian mengangkat bibit Kelapa Genjah, lalu ia tanam. Namun, berat misi yang diemban: menjaga pasokan pangan di tengah ancaman krisis pangan dunia.
Ya, tepatnya Kamis Wage 11 Agustus 2022, Jokowi menanam langsung bibit Kelapa Genjah di pekarangan atau kebun warga Desa Sanggang. Sebagai awal menggapai harapan Indonesia terbebas dari ancaman krisis pangan yang menghantui banyak negara di dunia.
Penanaman Kelapa Genjah akan dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia dengan target total 1 juta pohon. Di Kabupaten Sukoharjo sendiri sebanyak 110 ribu bibit, kemudian di Boyolali 44 ribu bibit, dan di Karanganyar 66 ribu bibit, disamping provinsi lain juga mendapat program sama. “Menanam secara nasional Kelapa Genjah,” kata Jokowi.
Umur Kelapa Genjah dari tanam hingga panen antara 2,5 tahun-3 tahun. Dalam setahun, menurut Jokowi, Kelapa Genjah bisa menghasilkan antara 140 hingga 180 buah. Itu baru satu pohon. Sehingga hasil panen 1 juta pohon itu diharapkan bisa menopang pasokan kelapa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Karena kelapa bisa dibuat gula semut, minyak kelapa, ini (industrialisasi) disiapkan di setiap desa yang ada kelapa genjah dalam jumlah banyak,” kata Jokowi.
Itulah yang mendasari Pemerintah dalam mengolah lahan yang tak produktif menjadi lahan produktif. Dampak selanjutnya, ketahanan pangan terus terjaga. Apalagi jika nanti juga tanaman pangan lain yang dikembangkan.
Rakyat sendiri sarat pengalaman dalam hal pangan. Di Bantul Yogyakarta, misalnya, kelahiran Geplak saat terjadi paceklik zaman penjajahan Belanda. Masa itu Bantul terkenal sebagai penghasil gula tebu no 1 di Pulau Jawa. Selain itu Bantul juga penghasil gula kelapa.
Gula Tebu hanya untuk kolonial Belanda, sementara masyarakat pribumi hanya menggunakan gula kelapa. Pada saat paceklik masyarakat Bantul kesulitan mendapat bahan pangan. Maka terciptalah Geplak. Rasa manis gula aren dan campuran tepung beras parutan kelapa lumayan bisa mengganjal perut yang kelaparan.
Dari Kelapa Genjah, Geplak Bantul, dan Bulan Agustus, mengingatkan Gulo Klopo. Masa Perang Diponegoro (1825-1830), bendera Gulo Klopo selalu berada di garis depan pasukan perang Pangeran Diponegoro melawan penjajah.
"Pada perang Diponegoro bendera ini dibawa pasukan Wirobrojo, sebagai simbol kedaulatan kerajaan Mataram," kata tokoh muda Jogja Widihasto pada tahlilan peringatan wafatnya Diponegoro di TMP Kusumanegara, Sabtu (8/1/2011).
Sembari merentangkan bendera itu lebar-lebar, Hasto berujar, meskipun berbeda simbol, warna tiga negara berdaulat di tanah air yakni Majapahit, Mataram, dan Indonesia adalah sama merah putih.
Memang, jauh sebelum Indonesia ada, wilayah Nusantara pernah memiliki sebuah kerajaan besar bernama Majapahit. Menurut prasasti Gunung Buthak, bendera Majapahit dikenal sebagai Sang Panji Gulo Klopo.
Kini, tiang bendera selalu berdiri tegak dan Merah Putih atau Gulo Klopo berkibar di semua rumah rakyat tiap Bulan Agustus. Ibarat seperti itulah, rakyat negeri ini selalu kuat di setiap krisis. Gulo Klopo terus berkibar dalam setiap perang melawan krisis pangan dunia. (*)