UKSW Salatiga
Tim UKSW Tanam Padi Organik Premium & Penangkaran Burung Hantu di Dusun Dompon
Untuk merealisasikan pemberdayaan ini, tiga anggota kelompok tani dipilih untuk dijadikan petani pionir.
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM - Sawah seluas kurang lebih 3.000 meter di Dusun Dompon, Desa Purworejo, Kecamatan Suruh dijadikan lahan percontohan pemberdayaan pertanian organik premium dan penangkaran Tyto Alba atau burung hantu.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program salah satu tim pengabdian kepada masyarakat Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang diketuai oleh Dr. Ir. Sri Suwartiningsih, M.Si.
Kebanyakan petani saat ini masih melakukan model pertanian konvensional dengan menggunakan pupuk anorganik.
Bermula dari hal tersebut, Sri Suwartiningsih didukung dua dosen Fakultas Pertanian dan Bisnis (FPB) UKSW yaitu yaitu Dr. Ir. Lasmono Tri Sunaryanto, M.Sc., dan Andree Wijaya Setiawan, S.P., M.P., mengenalkan metode pertanian organik premium dan penangkaran burung hantu.
“Di lahan seluas tiga ribu meter atau tujuh petak ini tim pengabdian masyarakat juga didukung tiga mahasiswa sebagai tenaga lapangan.
Kami mengenalkan metode pertanian organik dan penangkaran burung hantu atau Tyto Alba dimana burung hantu itu kita gunakan untuk pembunuh tikus yang menyerang tanaman padi.
Penanaman padi organik sudah kami lakukan pada Juni lalu, dan diharapkan sudah bisa dipanen pada November mendatang,” terang Sri Suwartiningsih yang juga dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM) UKSW dalam rilis yang dikirim hari ini (30/08/2022).

Melalui program “Peningkatan Keberdayaan dan Pendapatan Kelompok Tani Dompon Melalui Penanaman Padi Organik Premium dan Penangkaran Tyto Alba” ini, Sri Suwartiningsih dan tim menggunakan pendekatan partisipatif dimana kelompok tani ikut serta dalam melakukan perencanaan dan mengelola pelaksanaan kegiatan ini.
“Untuk merealisasikan pemberdayaan ini, tiga anggota kelompok tani dipilih untuk dijadikan petani pionir.
Kami berharap dari program ini aka ada perubahan perilaku dari para petani. Program ini juga lolos menerima hibah dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi,” imbuhnya.
H. Sugiyono sebagai wakil ketua kelompok tani menyampaikan rasa senangnya bisa ikut terlibat dalam kegiatan ini.
“Senang karena anggota kelompok tani semangat untuk menerima pengetahuan dan keterampilan pertanian organik ini.
Kami berharap petani akan mendapatkan padi yang sehat dan juga beras yang sehat juga,” katanya. (*)