Guru Berkarya
Menciptakan Iklim Positif di Sekolah
Keberadaan sekolah sebagai tempat bagi siswa untuk belajar, menyalurkan hobi, bermain, dan bersosialisasi.
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
Oleh: Hadianto, S.Pd., Kepala SD Negeri 3 Tlogotirto, Kec. Gabus, Kab. Grobogan
Sekolah merupakan rumah kedua bagi siswa. Keberadaan sekolah sebagai tempat bagi siswa untuk belajar, menyalurkan hobi, bermain, dan bersosialisasi.
Keberadaan sekolah dapat berpengaruh terhadap perkembangan karakter siswa.
Tata kelola lingkungan sekolah, baik fisik sekolah maupun non fisik harus dibangun dan didesain sebagai tempat belajar yang menarik.
Untuk itu perlu dibangun iklim yang positif di sekolah.
Iklim positif sekolah merupakan budaya sekolah yang kondusif yang dapat mengembangkan karakter positif bagi lingkungan sekolah, sehingga seluruh warga sekolah merasa nyaman, aktif, dan bergairah bekerja sehingga lingkungan sekolah sangat baik bagi pengembangan karakter positif siswa.
Apabila sekolah memiliki budaya khas yang holistik, penuh kepercayaan, dan kontrol.
Budaya dan kepercayaan dapat mempromosikan prestasi siswa, dan juga budaya kontrol humanistik akan ikut mendukung pengembangan sosio-emosional siswa (Daryanto, 2013).
Aspek-aspek yang dikembangkan untuk mendukung iklim positif sekolah adalah menyangkut budaya moral spiritual, budaya bersih rapi, cinta tanah air, setia kawan, dan budaya mutu.
Untuk mendukung tercapainya iklim positif di sekolah, maka stake holder sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, serta lingkungan masyarakat harus ikut berperan aktif dalam mewujudkannya.
Apabila stake holders sekolah berkomitmen untuk mewujudkan iklim positif sekolah, maka untuk melaksanakannya perlu strategi yang harus diketahui oleh para pemangku kepentingan.
Strategi-strategi yang perlu dilaksanakan yaitu penataan lingkungan fisik sekolah dan penataan lingkungan psikologis, sosial kultural sekolah.
Penataan lingkungan fisik sekolah merupakan penataan lingkungan yang dapat dilihat. Penataan lingkungan fisik akan mempengaruhi jiwa seseorang.
Penataan lingkungan belajar harus dapat memberikan inspirasi bagi penghuninya sehingga mendorong suasana belajar lebih kondusif.
Lingkungan fisik tidak harus mewah. Penekanannya adalah pada bagaimana seseorang yang melihat akan tergerak hatinya, timbul semangatnya untuk belajar, meniru dan menginspirasi sehingga di kemudian hari akan menerapkannya.