Guru Berkarya
Metode TPS Kembangkan Kemampuan Berpikir Siswa
Rendahnya hasil belajar IPS lebih disebabkan oleh dominasi daya ingat daripada kemampuan memproses pemahaman materi itu sendiri.
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
Oleh: Drs.sobirin., Guru IPS SMPN 1 Rowosari Kab. Kendal
Rendahnya hasil belajar IPS lebih disebabkan oleh dominasi daya ingat daripada kemampuan memproses pemahaman materi itu sendiri.
Selama ini minat siswa terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) masih rendah.
Hal ini terlihat dari kurangnya konsentrasi dan kesibukan siswa dalam proses pembelajaran.
Faktor minat juga dipengaruhi oleh metode pengajaran yang digunakan guru saat menyampaikan materi.
Metode tradisional, seperti menafsirkan materi secara abstrak, menghafal materi dan ceramah melalui komunikasi satu arah, masih dipimpin oleh guru, sedangkan siswa biasanya hanya fokus pada penglihatan dan pendengaran.
Kondisi pembelajaran seperti ini akan menurunkan motivasi belajar siswa dan menurunkan efisiensi belajar.
Disini guru harus pintar-pintar menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa, agar siswa tertarik untuk kembali mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pada kegiatan pembelajaran IPS kelas IX di SMP Negeri 1 Rowosari Kabupaten Kendal ketuntasan hasil belajar IPS siswa masih tergolong rendah.
Rata rata nilai yang diperoleh siswa kelas IX pada Penilaian Harian masih belum maksimal. Hasil penilaian harian pada materi letak dan luas benua Asia dan benua masih belum mencapai angka ketuntasan minimum.
Kebanyakan siswa masih belum menguasai materi tersebut.
Dalam kegiatan pembelajaran para siswa kurang bersemangat dalam mengikutinya, sehingga tidak fokus pada penyampaian materi yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan permasalahan diatas maka dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang mampu meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
Menurut Handayani (2018:61) Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS), merupakan suatu pembelajaran kooperatif yang memberikan kepada siswa waktu untuk berfikir dan merespon.
Hal ini menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan serta menumbuhkan sikap saling membantu satu sama lain.
Model think-pair-share ini cocok untuk menyelesaikan masalah yang muncul di sekolah selama pembelajaran, karena pembagian kelompok yang terdiri dari dua siswa akan meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran, sehingga meminimalkan jumlah siswa yang belajar pasif, sehingga membuat belajar lebih mudah untuk dikelompokkan dan dibagi, dan interaksi antar pasangan dalam kelompok lebih mudah, memberikan lebih banyak kesempatan untuk kontribusi setiap anggota.
Adapun angkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair-Share adalah sebagai berikut : Pertama, guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan membenikan tugas kepada semua kelompok.
Kedua, setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
Ketiga, siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.
Keempat, kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat
Penggunaan model pembelajaran Think-Pair-Share diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan menjawab dalam berkomunikasi dan saling membantu dalam kelompok.
Ciri khas Think-Pair-Share adalah model pembelajaran yang memberikan siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, merespon dan saling membantu.
Oleh karena itu, terlihat jelas bahwa melalui model pembelajaran Think-Pair-Share siswa dapat langsung menyelesaikan masalah, memahami isi kelompok dan saling membantu, menarik kesimpulan (berdiskusi) dan menggunakannya sebagai salah satu langkah evaluasi di kelas.
Ciri lainnya adalah berpikir pada model berbagi menekankan pada optimalisasi partisipasi siswa, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. (*)