Berita Pekalongan
Mengenal 'Job Fair' Legendaris di Pekalongan, Digerakan Kuli Bendo, Digelar Setiap Pagi
Tiap paginya ada sekira 250 sampai 300 orang berkumpul di Perempatan Bendo Buaran, tepatnya di sepanjang Jalan Letjen Suprapto, Kota Pekalongan.
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Kota Pekalongan memiliki kearifan lokal yang unik dalam hal pekerjaan.
Tiap paginya ada sekira 250 sampai 300 orang berkumpul di Perempatan Bendo Buaran, tepatnya di sepanjang Jalan Letjen Suprapto, Kota Pekalongan.
Mereka berkumpul di sepanjang bahu jalan hingga 300 meter ke arah timur dari perempatan.
Ada yang datang dengan sepeda motor, ada juga yang datang dengan menggoes sepeda.
Baca juga: Kecelakaan Maut di Boyolali, Tiga Pemuda Naiki Satu NMax Tewas Dihantam Truk Fuso
Baca juga: Sedang Berlangsung Babak I Skor 0-0 Bali United Vs Dewa United Liga 1 2022, Tonton Streaming di Sini
Baca juga: Pengakuan Jose Mourinho Setelah AS Roma Kalah Dua Kali Beruntun di Liga Italia dan Liga Eropa
Bukan tanpa alasan.
Rupanya, ratusan orang itu adalah para perajin batik dari berbagai kelurahan se- Pekalongan Raya.
Mereka buruh lepas yang akrab dan dikenal dengan nama 'Kuli Bendo'.
Tiap pagi mereka mulai datang pada pukul 06.0 WIB menunggu tawaran kerja dari bos-bos batik.
Lalu bila sampai pukul 09.00 belum mendapat tawaran kerja, mereka membubarkan diri pulang ke rumah mencari aktivitas lain.
Potret rutinitas itu adalah kearifan lokal masyarakat Kota Pekalongan yang saat ini tren dengan nama 'Bursa Kerja' atau 'Job Fair'.
Kearifan lokal itu sudah hidup sejak 30 tahun lalu, sekira tahun 1990-an.
Seorang perajin batik, Sa'ban (46) mengatakan, Perempatan Bendo memang sudah menjadi pusat mencari kerja masyarakat Kota Pekalongan.
Itu sebabnya ratusan orang berkumpul sejak pukul 07.00 sampai pukul 09.00.
Ia dan warga lainnya adalah buruh lepas untuk tenaga batik printing atau sablon.
"Jadi di sini itu tempat cari kerja batik sablonan.
Ada bos ke sini cari satu dua orang, kalau dapat lalu diajak ke pabrik atau rumahnya untuk kerja," kata Sa'ban, warga Desa Dadirejo, Kabupaten Pekalongan, kepada tribunjateng.com, Sabtu (10/9/2022).
Sa'ban mengatakan, tiap harinya ada sekira 250 sampai 300 orang yang datang ke Perempatan Bendo.
Mereka datang dari berbagai kelurahan di kabupaten dan Kota Pekalongan.
Seperti dari Kelurahan Kramatsari, Jenggot, Buaran, ataupun dari Desa Bojong dan Sragi.
Ia mengatakan, kerjannya dibayar harian mulai dari Rp 110 ribu, Rp 125 ribu, Rp 130 ribu, dan paling tinggi biasanya Rp 150 ribu.
"Untuk upah nominalnya tergantung bos, berbeda-beda mulai dari Rp 110 ribu sampai Rp 150 ribu.
Tapi untuk jam kerja sendiri mulai pukul 08.00 sampai pukul 15.00," ujarnya.
Perajin batik lain, Danwoyo Slamet (58) mengatakan, rutinitas ini sudah menjadi kearifan lokal yang diketahui oleh seluruh masyarakat Kota Pekalongan.
Bahkan sudah ada sejak 30 tahunan lalu.
Ia sendiri sudah sejak 20 tahun lalu menjadi buruh lepas batik di Perempatan Bendo.
Para buruh lepas menunggu bos-bos batik datang untuk menawarkan pekerjaan.
"Iya, bosnya ke sini lalu tanya mau kerja gak? Ayo kerja di tempat saya," ungkap Slamet, menirukan gaya bos batik.
Slamet mengatakan, bos batik saat menawarkan kerja kebutuhannya pun berbeda-beda.
Baca juga: Pengakuan Jose Mourinho Setelah AS Roma Kalah Dua Kali Beruntun di Liga Italia dan Liga Eropa
Baca juga: Jadwal La Liga Spanyol Pekan Ini Real Madrid Vs Mallorca, Cadiz Vs Barcelona, Atletico Vs Celta Vigo
Baca juga: 5 Catatan Gemilang Riyan Usai Hattrick untuk PSIS, Samai Bruno Silva Hingga Persembahan untuk Bunda
Ada yang hanya butuh satu orang.
Tetapi ada yang mencari dua orang, bahkan biasanya paling banyak sampai delapan orang.
Menurut Slamet, Perempatan Bendo sepi dari buruh lepas batik saat sedang hujan deras.
Tetapi biasanya tetap ada satu dua orang yang datang.
"Jadi memang dari berbagai desa, beberapa buruh bahkan ada yang dari Pemalang dan Batang. Jadi perempatan ini itu titik kumpul," katanya. (fba)