Guru Berkarya
Cara Asyik dan Unik Melatih Operasi Hitung pada Siswa
Dampak dari Covid-19 sangat terasa dalam dunia pendidikan yaitu berkurangnya pengetahuan dan keterampilan siswa secara akademis.
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
Oleh: Aris Munandar, S.Pd., Guru SMPN 1 Kandangserang Kab. Pekalongan
Dampak dari Covid-19 sangat terasa dalam dunia pendidikan. Salah satu dampaknya yaitu berkurangnya pengetahuan dan keterampilan siswa secara akademis karena beberapa kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah akibat pandemi covid beberapa waktu lalu atau yang sering disebut dengan learning loss.
Salah satu kemampuan siswa yang tertinggal yaitu pada mapel matematika khususnya terkait operasi hitung.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa kelas tujuh sampai kelas sembilan yang tidak mampu dalam melakukan operasi hitung.
Masalah di atas menjadi tantangan bagi setiap guru, terutama guru matematika.
Berbagai cara dilakukan untuk melatih siswa terkait operasi hitung.
Contohnya hal yang biasanya dilakukan guru yaitu dengan siswa diminta untuk menghafal perkalian atau siswa diberi soal sebanyak-banyaknya terkait operasi hitung.
Sebenarnya tidak ada salahnya dengan cara seperti itu.
Namun pada akhirnya jika cara tersebut terus menerus dilakukan, alih-alih ingin membuat siswa mahir dalam melakukan operasi hitung, malah akan membuat siswa merasa jenuh.
Oleh karena itu, saya sebagai guru matematika dari salah satu sekolah di kabupaten Pekalongan yaitu SMP Negeri 1 Kandangserang, memberikan suatu cara yang menurut saya cukup efektif untuk mengatasi ketertinggalan terkait operasi hitung.
Namun, bukan cara tersebut yang saya terapkan di SMP Negeri 1 Kandangserang, siswa tidak ditunjuk secara cuma-cuma melainkan ada tujuan di dalamnya.
Contohnya, saat saya akan memanggil siswa dengan nomor presensi lima. Saya akan menyebutkan “Siswa dengan nomor presensi tiga puluh dibagi enam”.
Dengan begitu, siswa bersama-sama terlebih dahulu akan menghitung berapa hasil dari tiga puluh dibagi enam.
Setelah diperoleh jawabannya yaitu lima, maka siswa dengan nomor presensi lima akan maju ke depan kelas untuk menjawab tugas yang diberikan.
Selain hal di atas, dapat juga diterapkan sesuai dengan materi yang sedang diajakan. Misalnya materi kelas 9 SMP semester satu, tentang Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar.
Guru dapat menyebutkan “Siswa yang maju adalah nomor urut akar kuadrat dari enam belas“.
Maka siswa akan menghitungnya di mana hasil akar kuadrat dari enam belas adalah empat. Sehingga yang akan maju yaitu siswa dengan nomor presensi empat.
Jadi sebenarnya dengan cara ini mengharuskan siswa untuk berpikir dua kali.
Pertama, untuk menentukan nomor presensi yang akan maju berdasarkan pertanyaan dari guru.
Kedua, siswa memikirkan jawaban dari tugas yang diberikan oleh guru saat maju di depan kelas.
Berdasarkan pengalaman saya setelah menerapkan cara ini, banyak sekali manfaat yang didapatkan dibandingkan hanya dengan asal menunjuk siswa tanpa tujuan yang tersirat didalamnya.
Salah satu manfaatnya yaitu dapat mengasah dan melatih kemampuan operasi hitung siswa yang semakin tertinggal akibat pandemi Covid-19.
Selan itu guru bisa mengkreasikan pertanyaan sesuai dengan materi yang sedang diajarkan.
Dengan demikian, cara seperti ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara yang asyik dan unik untuk diterapkan oleh guru untuk melatih kemampuan dan keterampilan operasi hitung siswa.(*)