Berita Semarang
Kisah Eko Pelukis Kolase Bahan Plastik Asal Semarang, Raup Cuan dari Sampah Rumah Tangga
Bermodal sampah rumah tangga , Eko mampu meraup cuan hingga ratusan ribu rupiah perlukisan.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: muslimah
Akan tetapi lukisan dua bahan tersebut masih terbatas ruang jelajahnya semisal cangkang telur yang biasanya hanya untuk lukisan kaligrafi.
"Dulu pernah mencoba berbahan cangkang dan kertas majalah tapi yang berbahan plastik ini paling bagus karena lebih tahan lama," tuturnya.
Eko mengaku, menggeluti karya lukisan kolase berbahan plastik dari sampah rumah tangga terinsipirasi dari pelukis lainnya.
Karya sejenis terhitung banyak hanya saja mayoritas bergaya siluet.
Ia lantas memodifikasi lukisan berbahan plastik itu supaya lebih realistis.
"Kami sih ATM, amati, tiru dan modifikasi," ungkapnya.

Bahan pembuatan lukisan kolase karya Eko semuanya berasal dari sampah rumah tangga seperti bungkus kopi, mie instan, wafer, dan lainnya.
Alat yang digunakan triplek setebal 6 milimeter, gunting, lem, dan pinset,
Pembuatan lukisan dimulai dari memberikan alas plastik sesuai warna pesanan yang dilanjutkan dengan menempelkan plastik sesuai motif yang diinginkan.
Ia menyebut, sehari paling lama mengerjakan lukisan selama tiga sampai empat jam.
Satu lukisan biasanya digarap selama satu Minggu.
"Ini kerja sambilan, semisal kebanyakan pesanan tentu kewalahan, jadi pesanan dibatasi," ujarnya yang merupakan pegawai satu perusahaan percetakan di Kota Lunpia.
Setiap satu lukisan ukuran 40x40 sentimeter hanya butuh sampah plastik satu bungkus tas kresek.
Jumlah itu akan bertambah sesuai dengan ukuran lukisan.
Paling tidak satu lukisan mampu menyerap 75 persen sampah rumah tangganya.