Kronologi Tragedi Berdarah G30S PKI, Penculikan dan Pembantaian 6 Jenderal TNI AD 57 Tahun Lalu
Kronologi Tragedi Berdarah G30S PKI, Penculikan dan Pembantaian 6 Jenderal TNI AD 57 Tahun Lalu
Penulis: non | Editor: galih permadi
Tak lama, Johana kembali ke kamar dan mengunci pintu sambil dan meminta sang suami untuk tetap di kamar.
Putri A.H Nasution, Ade Irma ikut terbangun akan kegaduhan tersebut.
Kendati sudah ditahan istrinya, A. H Nasution tetap keluar.
Adik Nasution, Mardiah, turut terbangun. Ia berusaha menyelamatkan Ade Irma dengan menggendongnya ke kamar lain.
Namun, gugup yang menyerang Mardiah membuat dia salah membuka pintu.
Ia pun disambut rentetan tembakan yang menembus hingga ke tubuh Ade Irma di gendongan.
Selain Ade Irma, ajudan Nasution, Kapten Czi. Pierre Andries Tendean juga tewas ditembak karena dikira Nasution.
Nasution sendiri berhasil menyelamatkan diri dengan memanjat tembok belakang.
Saat fajar, seluruh pasukan G-30-S kembali ke Lubang Buaya.
Wakil Komandan Satgas Pringgodani Mayor (Udara) Gatot Soekrisno merasa bingung saat para prajurit menurunkan empat orang yang terikat dan ditutup matanya, serta tiga mayat.
Padahal, rencana awalnya mereka akan dihadapkan kepada Presiden Soekarno.
Rentetan peristiwa itu kemudian berlanjut dengan pendudukan kantor berita Radio Republik Indonesia (RRI) oleh G-30-S.
Namun, pendudukan RRI hanya bertahan kurang dari sehari. Pasalnya, sekitar pukul 19.00, pasukan RPKAD kembali mengambil alih RRI.
Selanjutnya, pada 1 Oktober 1965 pukul 21.00, RRI Jakarta kembali mengumandangkan suara resmi pemerintahan RI.
Mulai malam itu, Ibu Kota Jakarta sepenuhnya berada di tangan ABRI dan kelompok G-30-S pun menjadi buronan. (*)