Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tragedi Kanjuruhan Malang

Tragedi Gate 13 Stadion Kanjuruhan Diceritakan Saksi: Saya Terus Pegangi Jaket Teman Saya, Pasrah

Gate 13 Stadion Kanjuruhan Medan menjadi viral karena situasi yang begitu mencekam saat tragedi pasca pertandingan Arema FC versus Persebaya Surabaya

Editor: muslimah
KOMPAS.com/SUCI RAHAYU
Gate 13 Stadion Kanjuruhan Malang. Saksi bisu tragedi yang terjadi pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 seusai pertandingan bertajuk Derbi Jawa Timur, Arema FC melawan Persebaya Surabaya. 

TRIBUNJATENG.COM - Gate 13 Stadion Kanjuruhan Malang menjadi viral karena situasi yang begitu mencekam saat tragedi pasca pertandingan Arema FC versus Persebaya Surabaya.

Konon, Gate 13 masih terkunci saat gas air mata ditembakkan ke tribun penonton.

Walhasil penonton yang mau keluar berdesakan.

Suasana sangat mencekam dan korban bergelimpangan.

Baca juga: Kisah Tentang Mitra Maulidya di Gate 13 Kanjuruhan: Kami Terpisah Setelah Gas Air Mata Ditembakkan

Baca juga: Pria Lampung Bunuh Suami Baru Mantan Istri karena Cemburu, Ditangkap saat Hendak Kabur ke Pulau Jawa

Dalam tragedi di Kanjuruhan, berdasarkan data terakhir Kemenkes, total 131 orang tewas dan sekitar 31 orang luka berat dan 253 lainnya luka ringan.

Malam itu menjadi momen yang tidak akan pernah dilupakan Aremania asal Bantur, Dimas Bayu.

Ia menjadi saksi mata di Gate 13 Stadion Kanjuruhan yang ramai dibicarakan karena masih terkunci saat penembakan gas air mata.

Akibatnya, Aremania terperangkap di dalam.

Ia berkisah, dirinya berangkat bersama-sama beberapa pemuda lain dari desanya.

Namun saat pertandingan berlangsung semuanya menyebar di berbagai bagian tribune dan ia berada di Gate 13 bersama dengan tiga orang temannya.

Dimas Bayu menggambarkan situasi saat penembakan gas air mata benar-benar kacau.

Banyak orang kalut dan panik karena merasakan perih dan sesak akibat gas pengendali massa itu.

Ia juga melihat mulai banyak orang yang kehilangan kesadaran.

“Keadaan di sana sangat terdesak-desakan. dari tribune sampai keluar stadion itu sudah tidak leluasa bergerak hanya berdesak-desakan mengikuti arus orang saja,” ujarnya seusai doa bersama di Gate 13 Stadion Kanjuruhan, Selasa (4/10/2022) malam.

“Posisi saya itu sudah sesak tidak bisa bernafas dan pasrah saja. sementara orang di belakang disuruh mundur-mundur itu sudah tidak memungkinkan,“ imbuhnya.

Ia kemudian berupaya menyelamatkan diri sambil berusaha terus berpegangan dengan seorang rekannya.

Sementara dua rekannya yang lain sudah tidak diketahui keberadaannya.

Ia berhasil selamat karena pagar safety di sisi sebelum pintu keluar ambrol.

“Jaket teman saya saya pegang terus ke arah pintu sini. Jadi supaya keluarnya bareng,” ujar pemuda yang berprofesi sebagai pegawai swasta itu.

Gate 13 Stadion Kanjuruhan Malang. Saksi bisu tragedi yang terjadi pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 seusai pertandingan bertajuk Derbi Jawa Timur, Arema FC melawan Persebaya Surabaya.
Gate 13 Stadion Kanjuruhan Malang. Saksi bisu tragedi yang terjadi pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 seusai pertandingan bertajuk Derbi Jawa Timur, Arema FC melawan Persebaya Surabaya. (KOMPAS.com/SUCI RAHAYU)

“Saat tembakan gas air mata saya terpisah dengan dua teman saya yang lain jadi saya cuma berdua saja dengan teman saya yang satunya, dan jaketnya saya pegang terus. Jadi waktu jatuh pun kami berdua.”

“Saya selamat dari situ karena jatuh dari pagar yang berada di samping. Kalau itu bisa saya tidak jatuh sudah tidak tahu lagi nasib saya seperti apa.”

“Saking desak-desaknya terlalu kuat jadi akhirnya roboh. Tapi kalau itu pagarnya tidak roboh saya tidak tahu lagi karena di depan saya itu sudah berjatuhan.”

Saat terjatuh ia mengaku menindih satu orang yang jatuh lebih dulu.

Kemudian saat menuju ke gerbang keluar stadion, ia melihat seorang wanita yang sudah hampir kehilangan kesadaran.

“Lalu saya juga sempat menolong salah seorang wanita yang sesak nafas saat keluar ke sini.  Habis itu saya beri minum dan saya keluar ke parkiran mencari teman-teman saya yang lain,” ujarnya.

Setelah berhasil keluar, Dimas Bayu menggambarkan situasi di luar stadion tidak kalah kacaunya.

Terjadi bentrok antara Aremania dan pihak keamanan.

Pada titik itu dia sudah seorang diri dan terpisah dengan rekan-rekannya.

Namun ia bersyukur karena seluruh rekan-rekannya berhasil selamat dan kembali pulang dalam keadaan sehat.

“Alhamdulillah dari desa saya tidak ada yang meninggal, semuanya selamat,” ucap pemuda berusia 20 tahun tersebut.

Sementara soal viral pintu Gate 13 yang terkunci, ia mengaku sudah melihat video yang beredar.

Namun saat berusaha keluar ia melihat pintu sudah terbuka.

Sebab saat kejadian Dimas Bayu mengaku bertahan cukup lama di tribune sambil menutup muka dengan jaketnya setelah ada tembakan gas air mata.

Sampai akhirnya ia memutuskan keluar karena sudah tidak kuat.

Namun meskipun pintu sudah terbuka, ia menggambarkan situasi tidak jauh berbeda dengan video viral yang beredar.

“Ya saya pernah lihat video tersebut tapi waktu saya keluar pintunya sudah terbuka,” kata Dimas Bayu.

“Tapi situasi nya tidak berubah sama sekali ya seperti itu, posisi sangat ramai pada berdesak-desaan dan orang-orang saling mendahului untuk keluar. Sempat terlihat juga yang terinjak-injak.”

Orang-orang berjalan di antara puing-puing di tribun stadion Kanjuruhan beberapa hari setelah penyerbuan mematikan menyusul pertandingan sepak bola di Malang, Jawa Timur pada 3 Oktober 2022. - Kemarahan terhadap polisi meningkat di Indonesia pada 3 Oktober setelah setidaknya 125 orang tewas di salah satu bencana paling mematikan dalam sejarah sepak bola, ketika petugas menembakkan gas air mata di stadion yang penuh sesak, memicu penyerbuan.
Orang-orang berjalan di antara puing-puing di tribun stadion Kanjuruhan beberapa hari setelah penyerbuan mematikan menyusul pertandingan sepak bola di Malang, Jawa Timur pada 3 Oktober 2022. - Kemarahan terhadap polisi meningkat di Indonesia pada 3 Oktober setelah setidaknya 125 orang tewas di salah satu bencana paling mematikan dalam sejarah sepak bola, ketika petugas menembakkan gas air mata di stadion yang penuh sesak, memicu penyerbuan. (AFP/JUNI KRISWANTO)

“Banyak juga yang tergeletak waktu kejadian saya keluar itu saya tidak tahu apakah ada yang meninggal atau belum. Tapi banyak yang sudah tergeletak dan kondisinya saya tidak tahu,” imbuhnya lagi.

Tragedi Kanjuruhan yang dirasakan membuatnya memanjatkan doa yang terbaik untuk korban saat doa bersama.

Sebagai bentuk penghormatan terakhir, ia meninggalkan syal Arema-nya di kaki Patung Singa Tegar yang menjadi saksi bisu Tragedi Kanjuruhan.

“Saya memberikan syal ini karena syal itu (item) pertama kali saya beli ketika nonton Arema, jadi saya ingin memberikan itu,” ucapnya.

Ia pun berharap semua pihak bisa mengambil hikmah. Supaya kejadian memilukan ini tak terulang kembali.

“Harapan saya ke depannya supaya tidak terjadi lagi karena saya dengar tragedi ini terbesar yang kedua di dunia,” pungkasnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kesaksian Saksi Mata di Gate 13 Stadion Kanjuruhan

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved