Berita Kudus
Rekam Jejak Perjalanan Raket Yuni Kartika Torehkan Prestasi untuk Merah Putih
Yuni Kartika, mantan pemain bulutangkis putri melegenda, layaknya seorang bintang.
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Yuni Kartika, mantan pemain bulutangkis putri melegenda di Indonesia, layaknya seorang bintang.
Pada tahun 1990-an, Yuni Kartika berkontribusi mengharumkan Indonesia sebagai Atlet Badminton Putri Indonesia yang menjuarai berbagai ajang bergengsi dunia baik tunggal putri ataupun beregu.
Sepak terjang Yuni di dunia Badminton mulai dari dirinya berusia 5 tahun di sebuah klub kecil di Pekalongan, Jawa Tengah.
Meski terbilang usia Yuni sangat dini pada saat itu, namun dirinya memiliki semangat juang yang tinggi untuk mengikuti ajang perlombaan hingga audisi Djarum di Jakarta.
"Pada umur 11, saya ikut audisi di Djarum Jakarta, dari 800 peserta audisi hanya 12 orang termasuk putra dan putri yang bisa tersaring," cerita Yuni kepada Tribunjateng, di GOR Kaliputu, Kudus, Rabu (26/10/2022).
Usai terpilih, dirinya dipindah di Djarum Semarang untuk menjalani pelatihan yang ketat untuk membentuk mental juara yang menjadi modal utama Yuni Kartika.
Hasil keringat latihan Yuni Kartika di masa mudanya, mengantarkan dirinya menjadi juara dunia junior di usianya yang ke-15 tahun.
"Setahun menjalani pelatihan di Djarum Semarang, umur 15 sudah juara dunia junior dan langsung ditarik Pelatihan Nasional (Pelatnas) 1988 masuknya Pelatnas Pratama," urainya.
Hal itu, masih belum memuaskan rasa haus Yuni Kartika akan prestasi yang dia dapatkan, dengan mengorbankan masa mudanya, berbagai prestasi tingkat dunia dia peroleh.

Yuni menjadi pemain penerus Susi Susanti di kancah Invitasi Dunia Yunior dan juga bulutangkis putri Indonesia.
Berbekal senjata andalannya yakni pukulan chop milik Yuni, menjadikan dirinya pemain yang perlu diperhitungkan, lantaran banyak pemain yang sukar menebak kemana arah pukulannya.
Nama Yuni bergema setelah dia menjadi juara pada kejuaraan German Open Junior di tahun 1990.
Karena hal itu, dia terpilih mewakili Indonesia pada Invitasi Kejuaraan Dunia Yunior di tahun 1990, saat itu pula Yuni langsung menjawab kepercayaan masyarakat Indonesia dengan mempersembahkan gelar juara.
Di tahun 1991, Yuni berhadapan dengan Sarwendah Kusumawardani pada Dutch Open yang menyebabkan dirinya harus menyerah di babak semifinal.
Pada tahun 1992, Dia sempat menjadi finalis Malaysia Open, langkahnya menjangkau partai puncak semakin ringan setelah membekuk pemain kuat saat itu, Ye Zhaoying (Cina) dan Lee Heung Soon (Korea).
Di tahun 1993 ia sempat mengikuti kejuaraan dunia. Sayang pemain Korea Selatan Lee Heung Soon yang pernah dikalahkannya, bisa berbalik unggul di babak kelima.
"Puncak tahun 1992, sudah masuk rangking di 10 dunia, rangking sudah di belakangnya Susi Susanti, pada saat Piala Uber 1994," urainya.
Yuni Kartika juga sempat menjadi bagian dari tim piala Uber Indonesia. Tercatat dua kali ia menjadi anggota tim piala Uber Indonesia.
Dari dua kali keikutsertaanya di piala Uber, ia bersama rekan-rekannya sempat merebut piala Uber di tahun 1994.
Menjadi dua kali semifinalis sempat ia rasakan di tahun 1994. Saat semifinal kejuaraan Indonesia Open membuatnya harus puas menjadi semifinalis setelah dihentikan oleh Susi Susanti.
Susi pula yang menghentikan aksinya di kejuaraan Indonesia Open 1996. Pertemuan kedua pemain kebanggaan Indonesia terjadi lagi di babak semifinal namun Yuni kembali dibekuk oleh Susi Suntai.
"Susi Susanti sulit dikalahkan, dia rangking satu dunia bulutangkis putri. Jadi ya seperti itu indikator pemain dunia," jelasnya dengan sangat antusias mengingat Susi adalah teman sekamarnya. (*)