Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

DPRD Kudus Dorong Pemerintah Gunakan Anggaran untuk Kendalikan Inflasi

Kenaikan harga kedelai yang terjadi sejak beberapa hari lalu, hingga saat ini masih menyisakan persoalan bagi para perajin tahu dan tempe.

Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
IST
STOK CUKUP - Pengelola Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus, Amar Ma'ruf menunjukkan stok kedelai untuk kebutuhan masyarakat Kudus. Stok kedelai untuk Kudus cukup. (DOK DPRD KUDUS) 

Dewan Minta Kenaikan Harga Kedelai segera Diatasi

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Kenaikan harga kedelai yang terjadi sejak beberapa hari lalu, hingga saat ini masih menyisakan persoalan bagi para perajin tahu dan tempe.

Ketua DPRD Kabupaten Kudus, Masan (DOK DPRD KUDUS)
Ketua DPRD Kabupaten Kudus, Masan (DOK DPRD KUDUS) (IST)

Di Kabupaten Kudus, sejumlah perajin tahu dan tempe terus mengurangi jumlah produksi, lantaran daya minat masyarakat juga menurun.

Beberapa produsen tahu tempe sudah menurunkan produksi tahu dan tempe hingga 30 persen.

Langkah tersebut terpaksa dilakukan guna menekan biaya produksi supaya tidak terlalu berat.

PRODUKSI TAHU TEMPE - Perajin di Kabupaten Kudus sedang memproduksi tahu dan tempe di tengah kenaikan harga kedelai. Mereka berharap pemerintah bisa turunkan harga kedelai. (DOK DPRD KUDUS)
PRODUKSI TAHU TEMPE - Perajin di Kabupaten Kudus sedang memproduksi tahu dan tempe di tengah kenaikan harga kedelai. Mereka berharap pemerintah bisa turunkan harga kedelai. (DOK DPRD KUDUS) (IST)

Perajin tahu asal Ploso, Kecamatan Jati, Agus Salim mengatakan, harga normal kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe seharusnya berkisar Rp 9.000 - Rp 11.000 per kilogram.

Namun, saat ini sudah tembus Rp 13.900 per kilogram.

Katanya, harga kedelai terus merangkak naik dalam beberapa waktu terakhir, dan semakin membebani para perajin tahu dan tempe.

Sementara mereka tidak berani menaikkan harga tahu dan tempe, karena tidak mau kehilangan konsumen.

PRODUKSI TAHU TEMPE - Perajin di Kabupaten Kudus sedang memproduksi tahu dan tempe di tengah kenaikan harga kedelai. Mereka berharap pemerintah bisa turunkan harga kedelai. (DOK DPRD KUDUS)
PRODUKSI TAHU TEMPE - Perajin di Kabupaten Kudus sedang memproduksi tahu dan tempe di tengah kenaikan harga kedelai. Mereka berharap pemerintah bisa turunkan harga kedelai. (DOK DPRD KUDUS) (IST)

"Harga kedelai enggak pernah turun, naik terus. Sekarang sampai Rp 13.900/Kg, itu sudah disubsidi Rp 1.000.

Karena terlalu tinggi, produksi tahu saya kurangi 30 persen, biar masih bisa produksi," terangnya, Rabu (26/10/2022).

Dia mengatakan, naiknya harga kedelai di pasaran tidak bisa terbendung lagi.

Saat ini, Agus hanya bisa menyiasatinya dengan mengurangi ukuran tahu, tanpa menaikkan harga jual.

Agus khawatir, jika hal ini dibiarkan, bisa mengancam usahanya yang sudah dirintis selama 11 tahun.

Dia meminta agar pemerintah segera turun tangan mengatasi persoalan harga kedelai yang terus meroket.

"Biasanya saya bisa distribusikan 6 kwintal perhari.

Sekarang cuma bisa 4 kwintal. Perkiraan, saya kehilangan omzet hingga Rp 3 jutaan, padahal saya punya 9 pekerja yang tetap harus digaji," tutur dia.

Stok Cukup

Pengelola Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus, Amar Ma'ruf mengatakan, stok kebutuhan kedelai di Kabupaten Kudus saat ini tercukupi.

Meskipun sekarang sedang dilanda kenaikan harga kedelai yang tidak bisa diketahui ujungnya.

Menurutnya, dampak kenaikan harga kedelai ini membuat para perajin bingung.

Di satu sisi, perajin keberatan dengan beban biaya produksi yang harus dikeluarkan setiap hari.

Sementara mereka tidak mau usaha yang dirintisnya terpaksa gulung tikar.

"Ada beberapa produsen yang sudah menaikkan harga tahu, karena diikuti harga kedelai yang signifikan, sehingga menambah beban berat perajin tahu tempe," ujarnya.

Ma'ruf menyebut, saat ini harga jual tahu dari perajin di angka Rp 35.000 - Rp 40.000 per papan.

Sebagian perajin sudah mengurangi jumlah produksinya, dari kebutuhan 20 ton per hari, kini menjadi 10 ton per hari.

Dampaknya, pendapatan perajin tahu dan tempe pun berkurang drastis dari pada hari-hari biasanya.

Pihaknya meminta agar pemerintah terjun langsung membantu masyarakat dengan menurunkan harga kedelai.

Supaya, beban para perajin tahu dan tempe di Kabupaten Kudus menjadi lebih ringan.

"Mohon pada pemerintah untuk menurunkan harga kedelai, tidak naik terus tanpa kendali. Biar kami bisa menentukan harga pokok penjualan (HPP)," ujarnya. (SAM/ADV).

Komisi B DPRD Kudus Minta Pemda Kendalikan Inflasi

KETUA Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kudus, Anis Hidayat mengatakan, permasalahan yang dialami perajin tahu dan tempe karena adanya kenaikan harga kedelai dampak terjadinya Inflasi.

Inflasi yang terjadi di Indonesia mempengaruhi kenaikan harga kebutuhan masyarakat.

Hal ini menjadi perhatian bersama, agar tidak semakin meresahkan dan membebani masyarakat.

"Ini terjadi karena inflasi, tidak hanya harga kedelai, juga harga kebutuhan pokok lainnya ikut naik," terangnya.

Anis berharap, Pemerintah Kabupaten Kudus melalui Dinas Perdagangan bisa mengoptimalkan program kegiatan yang ada, supaya bisa membantu dan meringankan beban warga.

Utamanya program-program yang diagendakan pada APBD Perubahan 2022 harus tepat sasaran.

Ali memastikan, Komisi B bakal mengecek dan mendampingi program kegiatan di semua mitra kerjanya, agar berjalan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat Kabupaten Kudus.

"Sudah dianggarkan dana pengendali inflasi, persoalan harga kebutuhan pokok seperti kedelai ada pada Dinas Perdagangan.

Nah kegiatannya apa, akan kami cek lebih lanjut supaya diorientasikan untuk pengendalian inflasi.

Karena ini persoalan bersama, harus ditangani bersama-sama," tuturnya.(*) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved