Berita Kajen
Jembatan Ambles, Kades Jagung Kesesi Pekalongan antar-jemput Siswa
Pemerintah Desa Jagung, Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah memfasilitasi antar jemput anak sekolah yang tidak mampu
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, KAJEN - Pemerintah Desa Jagung, Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah memfasilitasi antar jemput anak sekolah yang tidak mampu.
Fasilitas ini diberikan, karena pondasi Jembatan Jagung amblas pada 1 Oktober 2022, sehingga warga harus memutar lebih jauh dan arus lalu lintas dialihkan.
Setiap pagi, sejumlah anak sekolah yang biasanya menggunakan sepeda ontel diantar jemput menggunakan mobil Siaga, hal ini imbas dari kejadian tersebut.
Kades Jagung Ade Fernando mengatakan, adanya kejadian tersebut sejak awal bulan Oktober 2022, akses jalan ditutup dan tidak bisa dilalui warga. Sehingga, warga harus memutar sejauh sekitar 7 KM.
"1 Oktober 2022 malam lalu, pondasi sebelah timur Jembatan Jagung amblas. Sejak saat itu tak bisa dilalui kendaraan."
"Kami dari Pemdes Jagung membantu siswa yang biasanya berangkat sekolah menggunakan sepeda ontel, maka kita fasilitasi antar jemput sekolah. Sehingga para pelajar tidak terlambat," kata Kades Jagung Ade Fernando saat dihubungi Tribunjateng.com, Selasa (1/11/2022).
Pihaknya menceritakan, fasilitas ini diberikan lantaran ada seorang pelajar di SMPN 2 Kajen yang tinggal di Desa Jagung datang ke rumahnya sambil menangis, karena sudah satu minggu tidak berangkat sekolah imbas dari pondasi jembatan yang amblas.
"Pelajar itu datang menangis, karena sejak satu minggu tidak berangkat sekolah karena pondasi jembatan amblas."
"Keluarganya sedang terhimpit masalah ekonomi. Dia juga tak ada uang untuk naik angkot," imbuhnya.
Menurutnya, SMPN 2 Kajen lokasinya ada di Desa Gejlig, Kecamatan Kajen. Apabila naik sepeda ontel sangat jauh sekali dan pasti dikejar-kejar waktu agar bisa sampai ke sekolah.
Dari pertemuan dengan siswa itu, Ade langsung menggelar rapat bersama dengan para perangkat desa.
"Dari hasil rapat itu muncul Ide untuk antar-jemput siswa dan disepakati bersama. Lalu, saya meminta izin ke kecamatan dan alhamdulilah di acc. mobil Siaga Desa pun disiapkan."
"Setelah itu, perangkat desa mendata pelajar yang tidak mampu dan orang tuanya tidak bisa antar-jemput karena tak ada kendaraan," ujarnya.
Kemudian, tercatat ada sekitar 25 siswa yang setiap haris harus melintas Jembatan Jagung, namun hanya 11 siswa yang setiap hari ikut antar jemput mobil siaga.
"Didapatlah 11 siswa. Itu terdiri atas siswa SD dan SMP. Di antaranya MTs NU Kesesi, SMPN 1 Kesesi, SMPN 2 Kesesi, SMPN 2 Kajen, dan SDN Jagung," imbuhnya.