Berita Semarang
Husaini Berhenti dari Karyawan untuk Jadi Pemilik Toko Jahit di Tanah Rantau
Bergelut dengan satu pekerjaan untuk waktu yang lama adalah sebuah kenikmatan hidup.
Penulis: Agus Salim Irsyadullah | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Bagi beberapa orang, bergelut dengan satu pekerjaan untuk waktu yang lama adalah sebuah kenikmatan hidup. Ada banyak hal yang bisa mereka pelajari.
Sebab, pekerjaan bukan semata untuk meraih pundi-pundi rupiah. Melainkan bagaimana memaknai arti kehidupan.
"Kehidupan tanpa pekerjaan memang sulit, tapi bisa bekerja untuk waktu yang lama adalah kenikmatan hidup yang harus disyukuri," kata Husaini, penjahit rantau di Ngaliyan Semarang kepada Tribunjateng.com pada Kamis (3/11/2022).
Husaini adalah warga Desa Bungo Kecamatan Wedung Kabupaten Demak yang telah merantau sebagai penjahit selama 25 tahun di Semarang.
Di Semarang ia mendirikan toko jahit yang diberi nama "Plaza Tailor" dengan lokasi di Komplek PKL A-6, JL Panembahan Senopati, Ngaliyan, Kota Semarang.
Rumah sederhana berukuran 8 x 8 meter persegi dengan cat berwarna kuning, menjadi saksi Husain bergelut dengan mesin jahit, jarum, benang, gunting, penggaris, dan pakaian pelanggan.
Bagi ayah tiga anak tersebut, menjahit tak sebatas menyatukan antar benang. Ada nilai-nilai kehidupan yang ia peroleh selama menjadi penjahit.
"Menjahit adalah soal kesabaran dan ketekunan," katanya.
Ketertarikannya pada dunia pakaian utamanya jahit-menjahit, diperoleh dari kampung halaman.

Sewaktu duduk di bangku SMA, ia sering bermain ke tempat penjahit. Dengan seksama, Husaini muda mengamati secara detail teknik menjahit. Bahkan dia juga dibiayai orang tuanya untuk mengikuti kursus menjahit.
“Setelah bisa menjahit celana, menjahit baju sedikit-sedikit, saya pergi ke Semarang, nyari keberuntungan,” kenang Husaini.
Dari Karyawan Jadi Pemilik Toko
Lika-liku kehidupan Husaini hingga menjadi penjahit populer di tempat rantaunya, bermula saat ia memutuskan berhenti dari karyawan jahit.
Husaini yang melihat pekerjaan jahit sebagai pekerjaan yang memiliki prospek bagus, lantas mengajukan resign dan memilih untuk mendirikan toko jahit.
Gayung bersambut, keinginan mendirikan toko jahit terwujud dengan tawaran seorang teman untuk mendiami toko miliknya.