Berita Semarang
VIdeo Yono Kucir Spesialis Penjual Burung Kicau Masteran di Pasar Burung Karimata Semarang
Memasuki lantai dua pasar Burung Karimata Semarang bak memasuki kawasan hutan.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Berikut video Yono Kucir Spesialis Penjual Burung Kicau Masteran di Pasar Burung Karimata Semarang.
Memasuki lantai dua pasar Burung Karimata Semarang bak memasuki kawasan hutan.
Pengunjung akan disambut oleh kicauan ribuan burung yang saling beradu menciptakan harmoni suara.
Di sudut sisi selatan lantai dua pasar Burung Karimata Semarang, tampak Ngadiyono (42) alias Yono Kucir tengah melakukan transaksi dengan pelanggannya.
Pria asal Mijen, kota Semarang itu, memang dikenal sebagai penjual burung kicau spesialis masteran.
"Iya, di sini banyak pembeli yang mencari burung masteran. Burung masteran itu berfungsi sebagai pemancing burung kicau biar suara tambah gacor dan variasi suara banyak," ungkapnya kepada Tribunjateng.com.
Ia pun menjual berbagai jenis burung masteran seperti Ciblek semi, Ciblek Gunung, Mantenan Gunung, Kopi-kopi, Srigunting Abu, Trucuk, Jalak Rio, Petet Matahari, Ciung batu, dan lainnya.
"Harga variatif dari Rp20 ribu sampai Rp250 ribu. Misal Ciblek Mantenan , Rambatan, Jalak Rio sampai Rp250 ribu, yang harga Rp20 ribu jenis Prenjak Mas," bebernya.
Ia menyebut, burung-burung itu diperolehnya dari pengepul di daerah Boja, Kendal.
Dari pengepul disortir burung terbaik dengan usia sekira 34 Minggu dengan kondisi prima.
"Kendala perawatan paling ada yang stres sulit adaptasi tapi saya siasati beri suplemen vitamin dan perawatan dengan hati-hati," ungkapnya.
Yono menjelaskan, pembeli biasanya sudah paham saat memilih burung kicau masteran.
Namun bagi pembeli awam, ia biasa berbagi dengan para pembeli.
"Secara garis besar yang penting suara burung kencang dan gerakan aktif," jelasnya yang sudah menekuni pekerjaan tersebut sekira delapan tahun.
Pembelinya tidak hanya dari kota Semarang saja. Banyak pembeli dari luar kota yang datang ke kiosnya.
Ia mengaku, pernah melayani pembeli dari luar kota yang sengaja mampir seperti dari Jakarta, Jepara, Grobogan, Kalimatan dan lainnya.
Meski demikian, ia sejauh ini tak menggarap penjualan online.
Alasannya, ia fokus menggarap pasar offline yang cukup menjanjikan.
"Prinsip saya itu kepercayaan. Bilang ke konsumen sesuai kondisi apa adanya, nah dari kepercayaan itu biasanya saling getok tular atau promosi mulut ke mulut oleh para pelanggan," jelasnya.
Dari pekerjaan tersebut, ayah satu anak ini mampu meraup keuntungan yang lumayan.
Ia tak menyebut secara rinci penghasilannya namun lebih dari cukup.
"Ya dari hasil ini lumayan bisa beli tanah kavling dan bangun rumah," jelasnya.
Kendati demikian, kondisi pandemi Covid-19 sempat menghantam bisnisnya.
Ia bahkan sempat beralih pekerjaan untuk menyambung hidup.
"Ya sempat cari kerja sambilan karena mengandalkan jualan burung saja tidak cukup," katanya.
Selain pandemi, penjualan burung ada masa-masa sepi.
Di antaranya saat musim tahun ajaran baru dan menjelang hari raya Idul Fitri.
"Kalau tahun ajaran baru kan Bapak-bapak harus mikir ekstra untuk biaya anak sekolah sama mau lebaran juga begitu," katanya. (iwn)