Berita Ekonomi
Para Pejuang Laut, Jantung Distribusi Gas Elpiji Seluruh Negeri
Kapal Gas Attaka sore itu melabuhkan jangkar di perairan pulau Jawa. Kapal tersebut bermuatan elpiji yang menjadi ujung tombak distribusi energi
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: muslimah
Kapal tanker Attaka itu mengangkut gas elpiji dari Tanjung Sekong di Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Kapal itu membawa membawa 1.700 metrik ton LPG. Total metrik ton LPG itu dibagi menjadi dua tangki, sehingga per tangkinya mengangkut sebanyak 850 metrik ton.
Immanuel bercerita, perjalanan laut dari Tanjung Sekong menuju Pelabuhan Tanjung Emas Semarang butuh waktu sekira satu hari.
Sementara dalam tugas bongkar muat LPG dari Tanjung Sekong hingga selesai di Pelabuhan Tanjung Mas itu menghabiskan waktu sekitar satu minggu (pulang pergi).
Bisa dibilang, dalam kurun satu bulan setidaknya ia dan awak kapal lain bisa pulang pergi melalui rute tersebut sebanyak empat kali.
Tantangan bagi ia dan para kru lainnya, meski berada di dekat daratan, tetap saja tak diperbolehkan turun dari kapal.
Menurut Immanuel, hal patut disyukuri bergabung dengan perusahaan BUMN tersebut yakni sangat menjamin kesejahteraan para karyawan. Tak hanya soal gaji, tetapi juga memperhatikan kesehatan fisik dan mental mereka.
"Pertamina sangat menjamin kesejahteraan, memperhatikan tingkat stres dalam pekerjaan, sehingga bisa beristirahat dengan pas. Semua sudah terorganisir. Pengadaan, penyediaan barang, maintenance, semua sangat tepat waktu dan kontinu.
Kami sangat bersyukur mengarungi samudera dengan kapal ini," ucap Immanuel mantap.
Di Kapal Gas Attaka, Immanuel bertugas bersama 22 awak kapal lain. Mereka memiliki peran dan tugas masing-masing. Selain ada nahkoda, adapula juru mudi, ahli mesin, klasi, koki, dan beberapa pemegang tanggung jawab lainnya.
Pengabdian berlayar bersama PIS demi memasok kebutuhan energi bagi masyarakat juga menjadi niat Dadang, Kepala Kamar Mesin (KKM) Kapal Gas Attaka.
Pria bernama lengkap Dadang Supiyan itu selalu sigap apabila perusahaan memindahtugaskan dirinya di kapal mana pun. Seperti kali ini, belum sampai setengah tahun ia berkutik dengan Attaka.
Namun dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki di kapal-kapal sebelumnya, ia senantiasa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
"Kebetulan saya baru empat bulan (bertugas) di Attaka. Sebelumnya, saya (tugas di kapal gas tanker) Widuri," beber pria 43 tahun itu.
Soal performa mesin kapal tanker ini, bisa dibilang Dadang adalah salah satu pahlawannya. Ia punya tanggung jawab besar untuk memastikan kapal tetap prima.