Berita Kudus
Tekan Laju Inflasi, Anggota DPR RI Minta TPID Kudus Lebih Serius
Kabupaten Kudus disebut jadi satu di antara 3 daerah yang alami inflasi tertinggi.
Penulis: Saiful Ma'sum | Editor: sujarwo
TRIBUNMURIA.COM, KUDUS - Kabupaten Kudus disebut menjadi satu di antara tiga daerah yang mengalami inflasi tertinggi tahun ini.
Hal itu disampaikan Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Musthofa, ketika berkunjung ke Kabupaten Kudus.
Anggota DPR RI dari Partai PDI Perjuangan itu menjelaskan, tiga daerah di Jateng yang mengalami inflasi tertinggi adalah Banyumas, Solo, dan Kudus.
Karena itu, dia meminta kepada Tim Penanganan Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Kudus untuk lebih serius dalam menekan laju inflasi yang terjadi. Seperti contoh, bekerjasama dan koordinasi dengan Bank Indonesia (BI), memastikan harga kebutuhan pokok terkendali, memastikan daya jual dan daya beli masyarakat aman.
"Inflasi saat ini, Kabupaten Kudus menjadi salah satu yang tertinggi. Bagaimana mengantisipasi inflasi ini, diharapkan BI dengan TPID Kudus bisa meningkatkan kerjasamanya," terangnya, Senin (21/11/2022).
Musthofa menyebut, satu di antara faktor penyebab terjadinya inflasi adalah, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan panjangnya mata rantai jual beli.
Dia optimistis, hadirnya UMKM yang didapuk menjadi ujung tombak pertumbuhan ekonomi pasca pandemi covid-19 bisa membantu pemerintah daerah dalam mengendalikan inflasi. Sekaligus mengurangi dampak resesi ekonomi yang diprediksi terjadi pada 2023 mendatang.
"Pembinaan UMKM di Jawa Tengah dan seluruh Indonesi menjadi pondasi yang kuat dengan cara meningkatkan produk yang diproduksi UMKM. Juga perlu support yang tinggi dari berbagai elemen atau lembaga agar lebih maksimal," ujarnya.
Musthofa optimistis, ekonomi di Jateng dan Indonesia pada umumnya masih bisa tumbuh. Dengan itu, masyarakat diminta tidak perlu khawatir yang berlebihan terhadap prediksi resesi ekonomi tahun depan.
Namun, Musthofa tetap meminta kepada masyarakat untuk bersiap diri, supaya jika prediksi itu benar terjadi, tidak terlalu berdampak bagi keberlangsungan ekonomi masing-masing.
"Resesi itu merupakan suatu siklus. Dari siklus politik, siklus perang antara Ukraina dan Rusia yang dampaknya ke negara lain, kuncinya produktivitas. Tapi kalau negara ini agraris maka tidak perlu khawatir, masyarakat terpenting bisa bekerja, daya beli tidak turun, dan tetap bersinergi dengan lembaga lainnya," katanya.
Terpisah, Bupati Kudus HM Hartopo menjelaskan, faktor terbesar yang mempengaruhi inflasi di Kudus adalah di sektor beras.
Pihaknya juga sudah menganggarkan anggaran pengendali inflasi yang bisa digunakan sebagai pengendali inflasi. Anggaran tersebut bisa digunakan untuk berbagai kegiatan yang bisa membantu dalam hal menekan laju inflasi yang ada.
"Kami sudah bentuk tim pengendali inflasi, kami dorong terus untuk berupaya menekan laju inflasi yang ada. Seperti menguatkan sektor UMKM, dan beberapa kegiatan lainnya," tegasnya. (*)
Bupati Kudus Hartopo Siap Maju Lagi, Ketemu Bambang Pacul Bahas Eksklusif Soal Pilkada 2024 |
![]() |
---|
RS Sarkies Aisyiyah Kudus Diresmikan, Diharapkan Jadi Pusat Pelayanan Kesehatan yang Prima |
![]() |
---|
Jaga Warisan Budaya, Puluhan Pelajar Desa Japan Kudus Berlatih Membatik |
![]() |
---|
Pertama Kali Dalam Sejarah, Ratusan Warga Japan Kudus Mengarak Gunungan Hasil Bumi |
![]() |
---|
Hartopo Imbau Jemaah Calon Haji Supaya Menjaga Kebugaran Tubuh |
![]() |
---|