LDII
Sambut Bonus Demografi, LDII Helat Diklat Kader Kesehatan dan Manajemen Poskestren
Sekitar 40 pondok pesantren (Ponpes) di lingkungan LDII memiliki Pos Kesehatan Pesantren (Posketren), yang merupakan bantuan dari Kementerian Kesehata
“Tidak selesai di sini. Membangun tata kelola manajemen poskestren, berarti membangun sendi-sendi kehidupan,” ujarnya.
Memperkuat pentingnya kesehatan tubuh, Rubiyo mengutip sebuah pepatah, “Mens Sana in Corpore Sano”.
Dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. “Hal ini akan menjadi kebersamaan dalam menyiapkan kader kesehatan dan menatakelola manajemen poskestren. Sehingga, pemenuhan standar minimal kesehatan bagi santri ponpes dan masyarakat sekitar mampu diberikan dengan baik,” pungkasnya.
Ketua Departemen Pengabdian Masyarakat Muslim Tadjuddin Chalid saat memberikan materi diklat mengatakan, salah satu hal penting dalam ilmu kesehatan yang perlu dipahami adalah “Bantuan Hidup Dasar”,
“Kejadian kegawatdaruratan tidak dapat diprediksi, dan dapat terjadi di mana saja, dan kapan saja,” ujarnya.
“Bantuan Hidup Dasar” merupakan serangkaian usaha awal untuk mengembalikan fungsi pernapasan dan atau sirkulasi pada seseorang yang mengalami henti napas dan atau henti jantung.
“Langkahnya dengan memastikan posisi yang aman, memeriksa respon korban, dan menghubungi layanan gawat darurat. Kemudian tindakan resusitasi jantung paru (RJP), berupa menekan dada, membuka jalur pernapasan dan memberi bantuan pernapasan,” imbuh Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif tersebut.
Materi diklat lainnya yang disampaikan dalam acara tersebut adalah kegawatdaruratan di pesantren, penyakit yang umum di pesantren, masalah dan tatalaksana gizi santri, kesehatan jiwa santri, kesehatan reproduksi santri, serta manajemen poskestren dan sistem rujukan.
Acara tersebut dilaksanakan secara hybrid dengan studio utama di Ponpes Wali Barokah Kediri. Diikuti oleh anggota Biro Pengabdian Masyarakat (Penamas) DPW LDII, anggota Bagian Penamas DPD LDII, para pengasuh ponpes, pengurus Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), santri husada, dan tenaga medis LDII se-Indonesia melalui 200-an titik studio mini. (*)