Berita Semarang
Kisah Mbah Poni di Semarang Meski Penglihatan Terganggu Tetap Datangi Kantor Pos Demi BLT
Mbah Poni (78) warga Tumpang, Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang, ikut mengantre bersama ratusan orang di Kantor Pos Sisingamangaraja.
Penulis: budi susanto | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Mbah Poni (78) warga Tumpang, Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang, ikut mengantre bersama ratusan orang di Kantor Pos Sisingamangaraja.
Ia merupakan satu di antara lansia yang mendapat BLT BBM dan BNPT dalam bentuk uang tunai.
Mbah Poni tak lagi bisa melihat jelas lantaran menderita katarak pada kedua matanya.
Meski demikian, sikap humorisnya menutupi kekurangan dalam hal penglihatan.
Ia datang ke kantor pos diantar oleh tetangga. Mbah Poni juga mengantre seperti warga lainnya.
Perempuan 78 tahun itu duduk di kursi paling belakang, ia menunggu giliran untuk dipanggil.
Karena penglihatannya bermasalah, Mbah Poni hanya mengandalkan pendengarannya.
"Saya dapat nomor berapa," katanya sembari menunjuk nomor antrean yang ia bawa ke lelaki di sebelahnya, Rabu (30/11/2022).
Lelaki itu menjawab, nomor antrean Mbah Poni di angka 303.
Mendengar jawaban itu, Mbah Poni tersenyum dan mengucap terimakasih.
Di tengah penantiannya, jajaran Kecamatan Gajahmungkur melakukan pengecekan.
Camat Gajahmungkur Ade Bhakti Ariawan juga terlihat mengawasi para pengantre.
Mbah Poni pun didatangi oleh jajaran Kecamatan Gajahmungkur.
Selain staf kecamatan, Camat Gajahmungkur juga mendatangi Mbah Poni.
Namun kedatangan rombongan itu seolah tak digubris oleh Mbah Poni karena ia tak bisa melihat secara jelas.
Setelah disapa oleh Camat Gajahmungkur, Mbah Poni baru menyadari ia dikelilingi oleh sejumlah orang.
"Ini saya lagi ngantri pak bu, maaf saya tidak bisa melihat karena katarak," kata Mbak Poni.
Melihat kondisi itu, Camat Gajahmungkur langsung memanggil petugas verifikasi dan pencarian BLT.
Mbah Poni pun langsung diverifikasi di tempat ia duduk.
Ia yang sudah menggenggam KTP ditunjukkan ke petugas verifikasi.
Dana BLT juga langsung diberikan ke Mbah Poni.
"Ini mbah saya hitungkan," kata petugas verifikasi yang menyerahkan Rp 1,5 juta ke Mbah Poni.
Camat Gajahmungkur dan petugas verifikasi pun meminta Mbah Poni menyimpan uang tersebut ke dalam tas.
Setelah memasukan uang ke dalam tas perempuan dengan rambut dipenuhi uban itu berbincang dengan Camat Gajahmungkur.
"Sebelah mana Pak Camat, puluhan tahun saya tidak pernah bertemu dengan Pak Camat," tuturnya.
Beberapa petugas pun bertutur ke Mbak Poni, kalau Camat Gajahmungkur ada di sisi kanannya.
Ade Bhakti Camat Gajahmungkur langsung menimpali jawaban para petugas.
"Saya di sini mbah, kalau tidak bisa melihat coba pegang wajah saya mbah," ucapnya ke Mbah Poni.
Tangan Mbah Poni pun diarahkan ke wajah Ade Bhakti. Sembari memegang wajah Camat Gajahmungkur, Mbah Poni langsung tertawa lebar.
"Ternyata masih ganteng ya camatnya," katanya disambut tawa sejumlah orang.
Bahkan Mbah Poni bergurau dengan Ade Bhakti mengenai usia saat ia ditanya berapa usianya sekarang.
"Saya 78 tahun bukan 17 tahun. Bukan 17 tahun," terangnya.
Bahkan Mbah Poni membuat pantun menggunakan Bahasa Jawa saat bercengkrama dengan Camat Gajahmungkur dan beberapa orang.
"17 pindo pak, untune amblas pipine kendo (17 dua kali pak, giginya amblas pipnya kendor)," ucapnya.
Tak begitu lama, Mbah Poni diantara oleh staf Kecamatan Gajahmungkur menggunakan mobil.
Tak hanya Mbah Poni, sejumlah lansia lainnya juga diantar menggunakan mobil bersama anggota TNI.
Setelah itu, Ade Bhakti Camat Gajahmungkur kembali melihat pelaksanaan pencairan BLT.
Ia berujar sengaja datang ke Kantor Pos Sisingamangaraja untuk mengecek langsung kelancaran pencairan BLT.
Ade Bhakti menjelaskan Kecamatan Gajahmungkur menyediakan beberapa unit mobil untuk memfasilitasi para lansia.
Hal itu lantaran masih banyak lansia dan warga yang sakit datang langsung untuk mencairkan BLT.
"Padahal sudah kami buat edaran untuk warga. Jika ada warga yang sakit ataupun lansia tidak perlu datang ke kantor pos. Pencairan bisa diwakilkan dengan menunjukan identitas atau keterangan tertulis," jelasnya.
Untuk itu, ia akan melakukan evaluasi terkait pelayanan yang diberikan untuk masyarakat Kecamatan Gajahmungkur.
Fasilitas antar jemput untuk warga juga akan terus diberikan saat warga membutuhkan.
Selain membantu warga yang kurang mampu, Ade Bhakti menjelaskan hal itu akan meringankan biaya transportasi warga yang hendak datang ke kantor pos atau lokasi lainnya.
"Saya sempat tanya, lansia diantar ojek online harus mengeluarkan biayanya Rp 25 ribu. Kalau bolak-balik sudah Rp 50 ribu, untuk itu kami sediakan fasilitas gratis antar jemput agar meringankan warga," tambahnya. (*)