Berita Semarang
Video Pondok Maos Guyub Boja Kendal Perpustakaan Harta Karun Tak Ternilai
Perpustakaan Pondok Maos Guyub Boja dari depan tampak biasa saja seperti rumah warga.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: Tim Video Editor
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Berikut video Pondok Maos Guyub Boja Kendal Perpustakaan Harta Karun Tak Ternilai.
Perpustakaan Pondok Maos Guyub Boja dari depan tampak biasa saja seperti rumah warga pada umumnya.
Namun siapa sangka, di perpustakaan tersebut, bersemayam buku sastra karya para sastrawan dunia.
Agus Noor, sastrawan asal Yogyakarta yang pernah singgah dan menginap di tempat itu pernah menyebut, tempat itu sebagai harta karun.
"Iya, Agus Noor sastrawan Jogja yang mengucapkan hal itu, bahwa Maos Guyub itu harta karun tak ternilai. Artinya, ada khasanah-khasanan sastra dunia kelas pemenang Nobel hampir ada semua, harta Karun karena tidak ternilai tak bisa dihargai," papar Relawan Perpustakaan Pondok Maos Guyub, Heri C Santoso kepada Tribunjateng.com, Selasa (29/11/2022).
Pondok Maos Guyub berada di pinggir jalan Raya Bebengan nomor 221, Boja, Kendal. Kendati lokasi berada di pinggiran Kendal yang berbatasan dengan daerah ujung paling selatan Kota Semarang, perpustakaan tersebut dinilai cukup lengkap terutama karya para sastrawan dunia.
Penanda perpusatakaan itu terdapat tulisan cukup besar Pondok Maos Guyub yang berada di depan rumah.
Rumah bercat biru itu kian menegaskan sebagai perpustakaan dapat dilihat dari patung sastrawan Imam Budi Santosa yang duduk sembari membaca buku di depan rumah.
Adapula kutipan tulisan dari penulis Argentinos Jorge Luis Borges di dinding rumah bercat biru itu berupa Surga yang aku selalu bayangkan sebagai semacam Perpustakaan yang besar.
"Perpustakaan itu memang menjadi satu dengan rumah yang dihuni oleh kerabat dari pemilik perpustakaan tersebut," papar Heri.
Ia menyebut, karya masterpiece sastrawan dunia ada di tempat itu sehingga belum tentu sekelas perpusatakaan daerah memiliki karya masterpiece sastrawan dunia dengan fisik asli dari penerbit asal disertai bahasa asli.
Karya para maestro sastrawan dunia yang dapat ditemukan di perpustakaan tersebut di antaranya Karya Franz Kafka, hampir semua karyanya ada di perpustakaan tersebut baik dalam bahasa Jerman dan terjemahan seperti Metaformosis, Surat untuk Ayah, dan beragam kumpulan cerpennya.
Adapula karya James Joyce yakni Ulysses yang dianggap karya monumental oleh beberapa kritikus sastra yang memantik perhatian di abad 20 hingga saat ini.
Karya lain, novel Doctor Zhivago Karya Boris Leonidovich Pasternak,Samuel Barclay Beckett dengan karya Waiting For Godot, karya Multatuli atau Marx Havelaar, Karl Marx dan lainnya. "Beragam karya kontroversial seperti karya dari penulis Salman Rushdie juga ada," ujarnya.
Tak hanya karya para sastrawan dunia, para sastrawan kawakan di Indonesia juga pernah singgah di perpustakaan tersebut di antaranya Imam Budi Santosa, F Rahardi,
Puthut EA.
Kemudian Kurnia Efendi, Anindita S Thayf, Remy Silado, Ahmad Tohari, Gus tf Sakai, D Zawawi Imron, Saut Sitomorang, Eka Kurniawan, Agus Noor dan lainnya.
"Perpustakaan itu ada kamar sastrawan yang biasa menjadi tempat menginap para sastrawan sebelum mengisi kegiatan sastra di Boja," imbuhnya.
Cikal bakal Pondok Maos guyub berawal di tahun 2006 selepas Heri bertemu dengan pemilik perpustakaan tersebut yakni Sigit Susanto, pria asli Boja yang dikenal sebagai sastrawan sekaligus Dalang yang bermukim di Swiss.
Mereka pun sepakat untuk mendirikan perpustakaan , alasannya sederhana lantaran kondisi literasi masih rendah sekaligus untuk membangun peradaban yang masih tertinggal sehingga harus dimulai dari dunia pendidikan di antaranya lewat perpustakaan.
"Beliau berdomisili di Swiss rumahnya ditinggali saudaranya, ruang depan rumah itu kemudian dimanfaatkan untuk sosial berupa perpustakaan," katanya.
Perpustakaan sengaja didesain tidak seperti perpustakaan pada umumnya supaya suasana lebih cair.
Pengunjung dapat meminjam buku untuk dibawa pulang sebanyak dua eksemplar.
"Sebenarnya kami sangat fleksibel, kami buka 24 jam, tinggal kontak saya nanti akan kami komunikasikan dengan yang menempati rumah," ucapnya.
Tingkat kunjungan perpustakaan sempat cukup menggembirakan terutama di lima tahun awal perpustakaan itu berdiri atau medio 2006-2011.
Kala itu, setiap hari 20 sampai 30 pengunjung mampir di perpustakaan Pondok Maos Guyub baik kalangan pelajar, remaja maupun dewasa.
Belakangan, kunjungan perpustakaan terhitung kian sepi. Hanya orang yang memiliki keperluan penelitian atau memang benar-benar berminat di sastra yang mau berkunjung ke perpustakaan yang memiliki lebih dari 1.000 judul buku itu.
Heri tak tahu apakah sepinya pengunjung disebabkan faktor gawai, maraknya era digital atau faktor lain.
"Kondisi ini memang menjadi PR bagi kami. Kedepan nanti kami betul-betul perbaiki administrasinya, kami pikirkan nanti sistemnya," jelasnya. (iwn)