Breaking News:

Wawancara Khusus

Budi Prayitno Pria Kelahiran Semarang Pimpin DPRD Kota Magelang

Budi Prayitno, pria kelahiran Semarang, sejak muda  sudah ingin berkiprah di politik.

Penulis: faisal affan | Editor: sujarwo
Budi Prayitno Pria Kelahiran Semarang Pimpin DPRD Kota Magelang
Dok. Pribadi
Budi Prayitno, Ketua DPRD Kota Magelang

Bagaimana optimalisasi pengawasan DPRD terhadap Pemkot Magelang?

Pengawasan diawali dari budgeting dan muncul perencanaan dan aplikasi yang harus dilaksanakan. Pengawasan paling utama adalah eksekutif terhadap pelanggaran perundangan. Pengawasan terhadap perda, perwal, dan tindak lanjut dari SK Walikota. Bukan pengawasan di teknisnya. DPRD itu optimalisasinya ada di masing-masing komisi. Kami ada tiga komisi di DPRD Kota Magelang. Komisi ini terus rapat dan komunikasi dengan stakeholder. Kalau diaturan pengawasan dari laporan yang disampaikan ke kami.

Pengalaman apa yang tidak terlupakan selama jadi Ketua DPRD?

Pengalaman nggak ada yang unik. Tapi setiap masa dinamikanya selalu berbeda. Isi kepala masing-masing berbeda. Ada hal yang mungkin kita tarik dari dulu wakil ketua, anggota, sekretaris komisi, jadi ketua dewan. Masing-masing orang bicaranya kembali terkait ke ego yang masih tinggi. Institusi kan sudah jadi satu. Meskipun dari partai manapun. Kekuatan institusi itu mitra. Kalau sudah berbeda orientasinya di sana lebih ego lagi. Ini kekuatan pemerintah. Kalau DPRD salah, pemerintah ya salah. Disiplin kita yang agak sulit. Kota Magelang ini kan daerah kecil. Itu sejak dulu penyakit disiplin.

Bisa diceritakan sedikit bagaimana masa kecil anda?

Saya ditinggal ayah sejak kelas 2 SMP. Kecil suka main mercon. Saat di Magelang Utara kalau musim lebaran sudah siap kertas dan alat untuk membuat mercon. Minta kakak yang lebih tua untuk dibuatkan. Saat masih ada ayah di depan rumah ada rentengan mercon. Sampai orangtua meninggal masih sampai lulus SMP. Di Magelang itu kan wilayah persawahan dan sungai. Saya tidak boleh main di sungai. Yang penting jam segini harus pulang. Tidak boleh masuk rumah dulu. Makan harus bersama-sama. Tidak boleh ambil dari dapur. Saya itu lima bersaudara saya nomor dua. Adik saya cewe, cewe, cowok. Ibu strong sebagai single parent. Bisa menguliahkan kakak dan adik semua. Hanya saya yang tidak. Ya keberuntungan dan kesabaran juga.

Siapa sosok inspiratif yang menjadi teladan anda?

Ibu saya. Karena apapun yang terjadi itu pasti ibu. Ibu itu yang merestui saya pada saat itu. Pada saat itu kuliah tidak jelas. Selama 3 tahun sempat melalang buana di Semarang. Itung-itungan itu saya apal, tapi bahasa inggris yang tidak bisa. Pada semester 4 ada buku konstruksi baja dan beton bahasa inggris semua. Saya coba ketemu teman biar paham. Jadi saya lebih suka ikut kegiatan di luar kampus. Tapi selama tiga tahun itu tidak tahu ibu. Cuma ibu curiga kok tidak minta uang saku untuk kuliah. Ibu di sisi lain itu pilihanmu. Ibu pasrah. Tapi adik-adik semua diundang diminta untuk tidak meniru kakakmu. Kalau sekarang hanya bisa bersyukur aja. Dulu almarhum Tjahjo Kumolo sempat berpesan di politik itu harus ada sabar. Jangan tabrak-tabrakan. Politik kapasitas kapabilitas akan dihitung sendiri. Kalau tabrakan satu kecewa atau dua-duanya tidak jadi yang terbaik.

Pesan apa yang ingin anda sampaikan kepada anak muda Kota Magelang?

Anak muda sekarang ini banyak pilihan. Hanya saja bagaimana mau berpartisipasi dan peduli. Jangan apatis. Tapi ada partisipasinya. Generasi muda ini agen perubahan. Saat ini konteksnya masih seperti itu. Yang penting mau berpartisipasi di Karangtaruna. Dari aktivitas di situ akan ada muncul kepedulian. Entah dengan teman hingga tetangga.

Apa harapan anda untuk warga Kota Magelang?

Tidak banyak berharap. Intinya temen-temen di dprd dan pemerintah harus hadir bersama rakyat. Kata Bu Mega harus menangis dan tertawa bersama rakyat. Kita sudah diamanatkan oleh bung karno, relevansinya dari dulu sampai sekarang masih ada kaum marhaen. DPRD punya kekuatan itu untuk penguatan kaum marhaen. Kesejahteraan masyarakat didahulukan. Kota Magelang di titik pendidikan juga sudah. Kaum marhaen yang tidak mampu ini pendidikan harus digratiskan dahulu. Pengeluaran kesehatan juga sudah diatasi dengan gratis. Sehingga anggaran bisa dialihkan untuk kesejahteraan. Pendidikan dan pemberdayaannya dikuatkan. Saya angan-angan kota magelang terkait itu harus diselesaikan untuk kemiskinan.

Bagaimana percepatan pemulihan ekonomi yang dilakukan DPRD Kota Magelang?

Sudah kami lakukan percepatan. Masyarakat yang belum terbantu oleh APBN dan APBD Prov, akan dibantu APBD Kota. Harus dijalankan terus supaya masyarakat tidak makin terpuruk. Untuk PAD retribusi dan pajak sudah berjalan. Untuk mengatur yang lainnya, karena tidak punya potensi alam dan pariwisata, maka kita coba di pariwisata. Butuh manajemen yang kuat juga. Butuh fasilitas yang memadai, termasuk aturan mainnya, masyarakat mendapatkan manfaat atau tidak. Gunung tidar itu sudah jadi wisata religi. Tempat parkir ini memang yang belum maksimal. Kyai Langgeng juga sudah dikemas lebih inovatif. Karena buatan harus terus berinovasi untuk hal baru. Museum Abdul Jalil juga sudah diresmikan di Akmil. Dibuat sebaik mungkin semoga bisa memberi tambahan PAD.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved