Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wawancara Khusus

Budi Prayitno Pria Kelahiran Semarang Pimpin DPRD Kota Magelang

Budi Prayitno, pria kelahiran Semarang, sejak muda  sudah ingin berkiprah di politik.

Penulis: faisal affan | Editor: sujarwo
zoom-inlihat foto Budi Prayitno Pria Kelahiran Semarang Pimpin DPRD Kota Magelang
Dok. Pribadi
Budi Prayitno, Ketua DPRD Kota Magelang

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -   Budi Prayitno, pria kelahiran Semarang, sejak muda  sudah ingin berkiprah di politik. Namun saat itu belum ada parpol yang dianggapnya bisa menyalurkan aspirasinya. Akhirnya sejak peristiwa 98 Budi mantap bergabung Pro Mega. Sejak itu merasa yaman menekuni politik hingga kemudian menjadi Ketua DPRD Kota Magelang.

Bagi warga Kota Magelang, nama Budi Prayitno sudah tidak asing lagi di telinga. Sosok yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Magelang ini, memiliki kisah perjalanan politik yang tidak mudah. Lalu bagaimana kisahnya hingga bisa berada di posisi saat ini?

Apa yang melatarbelakangi mau terjun di dunia politik hingga jadi Ketua DPRD Kota Magelang?

Main politik beda dengan organisasi. Banyak teman banyak rejeki. Memang saat itu jalan saya dengan segala macam dinamika. Saat itu hanya ada tiga kontestan Pemilu. Ketika generasi muda pengennya ya PDIP. Kuliah di Semarang setelah lulus pengennya ikut kampanye sana sini. Tapi justru dari situ kekuatan ingin disampaikan jadi bukan sekedar kampanye. Tapi ingin ikut rapat di Semarang. Lalu setelah tinggal di Magelang, setelah 1998 kumpul bersama generasi muda. Jadi muncul keinginan untuk politik praktis dan banyak teman yang diulas. Secara tidak langsung ketarik sana sini. Akhirnya bertahan di Pro Mega.

Sudah mengenyam pendidikan dimana saja?

Lahir di Kota Semarang tahun 1963. Kecil di Semarang tapi TK di Kota Magelang. SD di Kramat Magelang Tengah. SMP lulus 1979. Masuk SMA agak ketat karena SMA Negeri hanya satu lainnya swasta. Pengen SMK tapi orangtua nggak boleh. SMK ada hal yang tidak tercapai. Kebetulan saya sekolah di SMAN 2 Magelang. SMPN 2 Magelang. Kemudian ikut organisasi sana sini. Kebanyakan di situ akhirnya lupa kuliahnya. Bagian tidak terpisahkan dari energi yang ada.

Sudah merasakan kenyamanan organisasi dan politik praktis. Ketika tidak lulus kuliah sempat kerja serabutan. Ikut orang sana sini. Kebetulan itu juga ada yang ditunjukkan sama Tuhan. Saat itu muncul tokoh-tokoh dari Pro Mega. Tapi saat itu belum di atas. Hanya pengurus di tingkat kampung. 1999 ada Pemilu, dicalonkan di provinsi tapi saya tidak mau. Tidak siap juga, karena tidak saya yakini ada transisi. Saat itu ditunjuk jadi Wakil Ketua DPC PDIP Kota Magelang. Ketika 2021 bahwa eksekutif atau legislatif bisa jadi ketua, saya akhirnya jadi ketua. Saya menang jadi ketua DPC saat itu 2000 - 2005.

Tahun 2004 saya juga diuntungkan karena Pemilu tertutup. Nomor urut dari partai kebetulan dapat nomor satu. Dulu jabatan wakil Ketua DPRD Kota Magelang. Wakil Ketua itu hanya penyeimbang. Untuk masih ke dalam pemerintahan masih belum bisa. Duduk manis terima gaji dan sudah. Kekuasaan legislatif lebih kuat dari eksekutif. Kemudian dilanjutkan 2009-2014 saya masih jadi sekretaris komisi A. Kemudian 2014 - 2019 saya di ketua Komisi C. Kebetulan ketua kami meninggal dunia, akhirnya ada pemilihan kembali. Saya kembali ditunjuk menggantikan jadi ketua DPRD 2019 - 2024, nanti juga kepilih kembali langsung otomatis jadi ketua DPRD Kota Magelang. Karena kebetulan DPC PDIP Kota Magelang. Tugas kepartaian lebih penting dibandingkan dengan ego masing-masing.

Apa yang dikeluhkan warga Kota Magelang kepada anda?

Masyarakat Magelang suka menerima saja. Masyarakat secara tidak langsung kemudahan itu sudah terjawab. PR sejak dulu adalah air minum. Tidak utama tapi penting karena untuk pelayanan masyarakat. Pelayanan masyarakat di sisi lain kan juga ada. Tepat waktu dan terbuka kan juga diharapkan masyarakat. Air minum itu kan teknis saja. Kota Magelang itu ada beberapa daerah yang masih belum terdistribusi. Pelayanan PDAM harus dilaksanakan ketika ada keluhan.

Bagaimana sinergi antara DPRD, Pemkot Magelang, dan Dinas PUPR?

Kota Magelang itu kota kecil 18 kilometer persegi, 3 kecamatan, dan 17 kelurahan, landscape memanjang. Kiri kanan sungai besar. Dari 2004 hingga sekarang siklus infrastrukturnya bagus. Hanya siklusnya saja harus diperbaiki apakah ada yang perlu diperbaiki atau ditambah. Itu harus diperhatikan oleh PUPR. di sisi lain ada pembangunan yang semakin berkembang. Dulu hanya bis beton sekarang U dit. Maka harus diantisipasi jangan sampai ada genangan. Kota Magelang bukan kota banjir, tapi kota genangan. Ketika hujan deras pasti akan mengenang. Inovasi dari PUPR harus didorong. Di Jakarta aja tidak sukses pakai sumur resapan. Mungkin kita perlu ada lubang biopori. Di sisi Utara itu masih belum trotoarnya belum diperbaiki. Pavingnya masih lama.

Selama ini hobi apa yang paling sering dilakukan?

Dari kecil saya ditanya hobi memang tidak jelas. Hanya suka pergi kemana-mana. Tidak ada hobi khusus. Dulu hobinya kumpul-kumpul. Ada hal yang dibangkitkan dari sisi pertemuan dan lainnya. Lebih suka berdiskusi. Keilmuan saya biasa saja. Agama biasa saja. Olahraga juga biasa saja. Dulu suka voli. Tapi pas udah luka udah nggak lagi. Anak-anak dan adik-adik suka voli juga. Mungkin suka kumpul itu jadi ketua DPRD. Dewan ini kuncinya aturan main. Aturan setiap detik pasti berubah. Kalau tidak punya prinsip akan bertentangan antara normatif dan kongkritnya.

Bagaimana optimalisasi pengawasan DPRD terhadap Pemkot Magelang?

Pengawasan diawali dari budgeting dan muncul perencanaan dan aplikasi yang harus dilaksanakan. Pengawasan paling utama adalah eksekutif terhadap pelanggaran perundangan. Pengawasan terhadap perda, perwal, dan tindak lanjut dari SK Walikota. Bukan pengawasan di teknisnya. DPRD itu optimalisasinya ada di masing-masing komisi. Kami ada tiga komisi di DPRD Kota Magelang. Komisi ini terus rapat dan komunikasi dengan stakeholder. Kalau diaturan pengawasan dari laporan yang disampaikan ke kami.

Pengalaman apa yang tidak terlupakan selama jadi Ketua DPRD?

Pengalaman nggak ada yang unik. Tapi setiap masa dinamikanya selalu berbeda. Isi kepala masing-masing berbeda. Ada hal yang mungkin kita tarik dari dulu wakil ketua, anggota, sekretaris komisi, jadi ketua dewan. Masing-masing orang bicaranya kembali terkait ke ego yang masih tinggi. Institusi kan sudah jadi satu. Meskipun dari partai manapun. Kekuatan institusi itu mitra. Kalau sudah berbeda orientasinya di sana lebih ego lagi. Ini kekuatan pemerintah. Kalau DPRD salah, pemerintah ya salah. Disiplin kita yang agak sulit. Kota Magelang ini kan daerah kecil. Itu sejak dulu penyakit disiplin.

Bisa diceritakan sedikit bagaimana masa kecil anda?

Saya ditinggal ayah sejak kelas 2 SMP. Kecil suka main mercon. Saat di Magelang Utara kalau musim lebaran sudah siap kertas dan alat untuk membuat mercon. Minta kakak yang lebih tua untuk dibuatkan. Saat masih ada ayah di depan rumah ada rentengan mercon. Sampai orangtua meninggal masih sampai lulus SMP. Di Magelang itu kan wilayah persawahan dan sungai. Saya tidak boleh main di sungai. Yang penting jam segini harus pulang. Tidak boleh masuk rumah dulu. Makan harus bersama-sama. Tidak boleh ambil dari dapur. Saya itu lima bersaudara saya nomor dua. Adik saya cewe, cewe, cowok. Ibu strong sebagai single parent. Bisa menguliahkan kakak dan adik semua. Hanya saya yang tidak. Ya keberuntungan dan kesabaran juga.

Siapa sosok inspiratif yang menjadi teladan anda?

Ibu saya. Karena apapun yang terjadi itu pasti ibu. Ibu itu yang merestui saya pada saat itu. Pada saat itu kuliah tidak jelas. Selama 3 tahun sempat melalang buana di Semarang. Itung-itungan itu saya apal, tapi bahasa inggris yang tidak bisa. Pada semester 4 ada buku konstruksi baja dan beton bahasa inggris semua. Saya coba ketemu teman biar paham. Jadi saya lebih suka ikut kegiatan di luar kampus. Tapi selama tiga tahun itu tidak tahu ibu. Cuma ibu curiga kok tidak minta uang saku untuk kuliah. Ibu di sisi lain itu pilihanmu. Ibu pasrah. Tapi adik-adik semua diundang diminta untuk tidak meniru kakakmu. Kalau sekarang hanya bisa bersyukur aja. Dulu almarhum Tjahjo Kumolo sempat berpesan di politik itu harus ada sabar. Jangan tabrak-tabrakan. Politik kapasitas kapabilitas akan dihitung sendiri. Kalau tabrakan satu kecewa atau dua-duanya tidak jadi yang terbaik.

Pesan apa yang ingin anda sampaikan kepada anak muda Kota Magelang?

Anak muda sekarang ini banyak pilihan. Hanya saja bagaimana mau berpartisipasi dan peduli. Jangan apatis. Tapi ada partisipasinya. Generasi muda ini agen perubahan. Saat ini konteksnya masih seperti itu. Yang penting mau berpartisipasi di Karangtaruna. Dari aktivitas di situ akan ada muncul kepedulian. Entah dengan teman hingga tetangga.

Apa harapan anda untuk warga Kota Magelang?

Tidak banyak berharap. Intinya temen-temen di dprd dan pemerintah harus hadir bersama rakyat. Kata Bu Mega harus menangis dan tertawa bersama rakyat. Kita sudah diamanatkan oleh bung karno, relevansinya dari dulu sampai sekarang masih ada kaum marhaen. DPRD punya kekuatan itu untuk penguatan kaum marhaen. Kesejahteraan masyarakat didahulukan. Kota Magelang di titik pendidikan juga sudah. Kaum marhaen yang tidak mampu ini pendidikan harus digratiskan dahulu. Pengeluaran kesehatan juga sudah diatasi dengan gratis. Sehingga anggaran bisa dialihkan untuk kesejahteraan. Pendidikan dan pemberdayaannya dikuatkan. Saya angan-angan kota magelang terkait itu harus diselesaikan untuk kemiskinan.

Bagaimana percepatan pemulihan ekonomi yang dilakukan DPRD Kota Magelang?

Sudah kami lakukan percepatan. Masyarakat yang belum terbantu oleh APBN dan APBD Prov, akan dibantu APBD Kota. Harus dijalankan terus supaya masyarakat tidak makin terpuruk. Untuk PAD retribusi dan pajak sudah berjalan. Untuk mengatur yang lainnya, karena tidak punya potensi alam dan pariwisata, maka kita coba di pariwisata. Butuh manajemen yang kuat juga. Butuh fasilitas yang memadai, termasuk aturan mainnya, masyarakat mendapatkan manfaat atau tidak. Gunung tidar itu sudah jadi wisata religi. Tempat parkir ini memang yang belum maksimal. Kyai Langgeng juga sudah dikemas lebih inovatif. Karena buatan harus terus berinovasi untuk hal baru. Museum Abdul Jalil juga sudah diresmikan di Akmil. Dibuat sebaik mungkin semoga bisa memberi tambahan PAD.

Inovasi apa yang anda lakukan di dalam diri?

Selalu membuka hal baru. Tidak menutup diri. Gelas kalau dikosongkan masuknya lebih banyak. Jangan menutup konsep baru. Kami juga menerima masukan dan sistem baru. Mungkin daerah lain begini tapi belum tentu di daerah kami bisa diterapkan. Nuansa yang muncul harus diimplementasikan. Kalau itu bisa kenapa tidak disampaikan. Sekecil apapun itu. Itu nanti akan jadi diskusi dan amalan. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved