Berita Semarang
Banjir Rob di Tanjung Emas Semarang, BMKG Wanti-wanti Sampai Akhir Tahun Masih Mengancam
Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas BMKG Semarang meminta warga pesisir untuk berhati-hati menyusul adanya bencana rob di pelabuhan Tanjung Emas
Penulis: iwan Arifianto | Editor: muslimah
"Iya terpaksa nunggu dulu, misal surut kerja. Tapi lihat kondisi rob setinggi ini ya paling kering dua sampai tiga hari," ujar pekerja sapu jalanan kawasan Tanjung Emas, Dani kepada Tribun, Jumat (2/12).
Sementara itu, akibat rob, puluhan truk tertahan di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Mereka terpaksa memarkirkan kendaraanya di pinggir jalan.
Tampak kendaraan berat mulai tronton hingga trailer terparkir rapi.
Melihat ketinggian air rob yang hanya di bawah lutut orang dewasa seyogianya dapat mudah diterabas oleh para truk kontainer.
"Terabas bisa saja. Truk kontainer saya mampu, tapi hal itu tidak saya lakukan kasihan para pekerja pabrik yang mau berangkat bisa kena air atau tambah menyulitkan jalan mereka," ujar Sopir kontainer Mbah Gober kepada Tribun, Jumat (2/12).
Akibat rob, tentu hal itu berdampak terhadap aktivitas pengiriman logistik di pelabuhan. "Dampak keterlambatan pengiriman itu saja," tuturnya.
Karyawan pabrik PT Grand Best Indonesia itu mengaku, terpaksa harus berjalan kaki sejauh 1 kilometer atau harus ditempuh selama 30 menit.

Saya sudah 12 tahun bekerja di kawasan ini, sudah sering banjir tapi tahun ini paling sering. Tanggul jebol paling parah," ungkapnya.
Hal sama juga dilakukan karyawan pabrik Korina Semarang, Tyas. Ia mengaku, harus jalan kaki sejauh 30 menit untuk sampai di tempatnya bekerja di kawasan Lamicitra.
"Infonya depan pabrik kering, hanya akses masuk sini saja yang kerendam rob," katanya.
Diakuinya, banjir rob bikin pekerja di pelabuhan susah. "Kalau bisa ya jangan gini lagi," terangnya singkat sembari lekas berjalan kaki. (Iwn)