Berita Magelang
Cerita Sartinah, ART Keluarga di Magelang yang Tewas Diracun, Ungkap Kondisi Mereka15 Tahun Terakhir
Sartinah sudah 15 tahun bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di rumah keluarga Abbas Ashar
TRIBUNJATENG.COM - Sartinah sudah 15 tahun bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di rumah keluarga Abbas Ashar.
Abbas, istri dan anak perempuannya tewas diracun anak kedua bernama Dhio Daffa Syahdilla (DDS)
Sartinah mengaku terkejut saat mendengar kabar bahwa keluarga majikannya ditemukan tergeletak di kamar mandi.
Ia tahu kabar tersebut setelah ditelepon anak Djio Daffa yang ternyata adalah pelaku pembunuhan.
Baca juga: Pinkan Mambo Nangis Minta Maaf, Akui Jelek-jelakkan Raffi Ahmad, Maia dan Lesti Demi Bisa Viral
Baca juga: Pernikahan Kaesang-Erina, Makanan Gratis dan Souvenir untuk Warga Disediakan di Slamet Riyadi Solo
Sartinah sebelumnya hanya mengira korban, yakni pasangan Abbas Ashar (58) dan Heri Riyani (54) serta anak sulungnya Dhea Choirunnisa (25) hanya pingsan.
Dalam kesaksiannya, Sartinah mengaku ditelepon oleh Dhio yang meminta pertolongan pada Senin (28/11/2022) sekitar pukul 07.30 WIB.
Pemuda tersebut menyuruh Sartinah untuk datang ke rumahnya di Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, lantaran tiga anggota keluarga yang lain tak sadarkan diri.
"Kurang lebih setengah delapan itu saya ditelepon sama Mas Dhio, saya disuruh ke sana, nolongin Bapak, Ibu, Kakak, karena jatuh di kamar mandi terus dia bilang pingsan gitu," tutur Sartinah dikutip kanal YouTube Kompas TV, Jumat (3/12/2022).
Sartinah dibantu anaknya dan pelaku, memindahkan para korban yang tergeletak di tiga kamar mandi berbeda di rumahnya.
Ketika itu, Sartinah mengatakan para korban masih dalam keadaan hidup.
Ia pun sempat memberikan pertolongan dan membaluri para korban dengan minyak karena mereka hanya pingsan dan akan segera bangun.
Namun kemudian, Sartinah begitu terkejut mengetahui bahwa keluarga tersebut sudah tewas saat dibawa ke rumah sakit.
"Saya syok banget. Tapi saya kan enggak tahu kalau secepat itu langsung (meninggal-red), saya kira pingsan biasa terus bisa saya tolongin," aku Sartinah.
"Saya olesi minyak kayu putih semua, hidung, muka, leher, tangan sama kaki. Saya gini (bangunkan-red) kok enggak ada respons. Terus saya juga kebingungan gimana itu."
Sartinah yang sudah 15 tahun bekerja di rumah tersebut mengatakan keluarga Abbas tak pernah berkonflik dan justru terlihat harmonis.
Sehingga tak terpikir olehnya bahwa sang anak kedua akan tega menghabisi orangtua serta kakaknya.
Kakak kandung mendiang Riyani, Agus Kustiardo (58), mengaku mendapat kabar kerabatnya tersebut pingsan saat sedang berada di rumah sakit.
Ia mengantar kakak tertuanya yang hendak terapi, namun urung lantaran mendapat kabar duka tersebut.

"Saya baru sampai di rumah sakit, kakak saya belum terapi. Itu langsung turun (dari RS) mengabari kalau adik saya dan keluarganya pingsan," ujar Agus dikutip Tribunnews.com.
Sesampainya di lokasi, Agus mendapati Abbas dan Riyani sudah berada di atas kasur depan televisi, sementara Dhea dibaringkan di kamar depan.
"Saya gak berani langsung bawa ke rumah sakit karena saya harus komunikasi dengan pihak kakak adik semua. Terus saya menghubungi dan diputuskan membawa ke rumah sakit dengan persetujuan anaknya yang paling kecil juga," kata Agus.
Ia sempat membalurkan minyak kayu putih ke badan Riyani, sementara Dhio membantu memberikan perawatan yang sama ke ayahnya, Abbas.
Kemudian, para saksi memanggil ambulans untuk membawa ketiganya ke rumah sakit.
"Tapi kan ada kabar setelah bapak dan anaknya dibawa ke rumah sakit, yang terakhir adik saya (Riyani)," beber Agus.
"Bapaknya sama anaknya itu di rumah sakit meninggal. Terus saya cari ambulans untuk membawa adik saya ternyata sampai di rumah sakit dinyatakan meninggal juga," tandasnya.
Agus juga mengaku tak menyangka pembunuh keluarga tersebut tak lain adalah keponakannya sendiri.
Ia sama sekali tak menaruh curiga dan baru mengetahui fakta tersebut setelah pihak kepolisian ikut turun tangan.
Dapat Jatah Bulanan Rp 32 Juta

Kerabat dari keluarga yang diracun putranya sendiri di Magelang, Jawa Tengah, membantah kabar bahwa tersangka dibebani tanggungan keluarga.
Dilansir TribunWow.com, pelaku Dhio Daffa Syahdilla alias DDS (22) justru dikenal kerap menghabiskan uang keluarganya dengan melakukan berbagai kebohongan.
Bahkan, orangtuanya rela menjatah Dhio dengan uang bulanan sebesar Rp 32 juta hanya untuk membiayai kursus yang belum jelas kebenarannya.
Sebagaimana diketahui, korban adalah sang ayah Abbas Ashar (58), ibu Heri Riyani (54) dan anak sulungnya Dhea Choirunnisa (25).
Kepada polisi, Dhio mengaku melakukan pembunuhan karena dibebani tanggung jawab keluarga lantaran ayahnya baru saja pensiun.
Namun hal ini dibantah sang paman, Sukoco, yang juga merupakan kakak kandung korban, Heni Riyani.
Menurut Sukoco, korban yang diketahui belum bekerja, justru menjadi momok bagi keluarganya.
"Saya meluruskan berita simpang siur bahwa pengakuan dari tersangka bahwa dia itu sebagai tulang punggung itu sama sekali tidak benar," tegas Sukoco dikutip KOMPAS TV, Selasa (29/11/2022).
"Bahkan justru yang merusak dana-dana milik orangtua itu tersangka sendiri."
Dengan kepandaiannya bersilat lidah, Dhio membohongi keluarganya agar bisa memperoleh uang dalam jumlah besar.
"Dengan berbagai alasan, kebohongan-kebohongan, pandai dalam memberikan suatu masukan pada orangtua, sehingga dana-dana orangtua digerogoti oleh tersangka," beber Sukoco.
Saat adiknya masih hidup, Sukoco mengaku pernah mendengar cerita bahwa Dhio diberi jatah Rp 32 juta sebulan untuk membayar kursus.
Namun saat ditegur, orangtua korban justru enggan melakukan pengecekan dan percaya sepenuhnya pada pemuda tersebut.
"Seperti waktu almarhuman adik saya, Heri Riyani, pernah beberapa bulan yang lalu ketemu sama saya, mengatakan bahwa, 'Mas, ini untuk pengeluaran Dhio satu bulan itu Rp 32 juta, untuk kursus bahasa Inggris, belum yang lain-lainnya," tutur Sukoco.
"Saya katakan, 'Apakah tidak kau cek di mana dia kursus, benar atau tidaknya?', tapi almarhumah, 'Wes aku percoyo, yakin'."(TribunWow.com)