Guru Berkarya
Melatih Sikap Berfikir Kritis dalam Belajar PPKn dengan Belanja Kompetensi
Proses pembelajaran pada hakekatnya mengembangkan aktivitas dan kreatifitas siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
Oleh: Susmiatun, S.Pd., Guru PPKn SMPN 3 Pemalang
Proses pembelajaran pada hakekatnya mengembangkan aktivitas dan kreatifitas siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2014). Strategi pembelajaran masih ada yang didominasi oleh guru sedangkan peserta didik pasif mendengarkan dan mengerjakan sesuai pertanyaan yang telah dibuat oleh guru. Metode yang digunakan untuk mengajar yaitu metode konvensional yaitu ceramah dengan sedikit diselingi tanya jawab. Peserta didik hanya mencatat dan mengerjakan yang dituliskan oleh guru dan mencoba memahami sendiri. Metode seperti ini yang menyebabkan peserta didik menjadi cepat bosan dan mengantuk saat pelajaran. Ketika guru memberi kesempatan bertanya siswa hanya diam dan kadang menjawab tidak ada pertanyaan, demikian pula ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Hal inilah yang dialami dalam proses pembelajaran PPKn di SMP Negeri 3 Pemalang.
Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dalam proses pembelajaran PPKn menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan nama Belanja Kompetensi. Belanja Kompetensi yang dimaksud adalah pemerolehan barang melalui aktivitas pemilihan sehingga mempunyai kemahiran (keterampilan), pengetahuan dan sebagainya untuk mengerjakan apa yang diperlukan. Pembelajaran Belanja Kompetensi diterapkan pada siswa kelas Sembilan SMP Negeri 3 Pemalang pada kompetensi dasar Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diawali setiap siswa membuat satu buah pertanyaan sesuai dengan materi pelajaran, ditulis di kertas post it. Pertanyaan dalam kertas post it inilah yang dinamakan kompetensi. Untuk berbelanja setiap siswa harus membuat satu pertanyaan tentang nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Guru membuat tanda gambar yang melambangkan sila Pancasila sesuai jumlah siswa di kelas. Kegiatan Belanja Kompetensi dimulai dengan siswa mempelajari materi, membuat satu pertanyaan yang ditulis di kertas post it. Siswa yang telah selesai membacakan soal di depan kelas agar sesuai dengan materi dan tidak ada pertanyaan yang sama. Setelah membaca soal maka mengambil tanda gambar dan membuat pertanyaan tentang penerapan nilai-nilai Pancasila tersebut.
Langkah berikutnya adalah kegiatan belanja dengan cara membeli soal dari teman lain dan menjawab pertanyaan penerapan nilai-nilai Pancasila yang diajukan oleh pembuat soal. Jika menjawab benar maka kertas soal tersebut diberikan, jika menjawab salah maka harus belanja lagi kepada siswa lainnya. Setelah selesai belanja kompetensi maka siswa berkelompok sesuai dengan sila Pancasila yang dijawabnya ketika melakukan belanja. Tiap kelompok berdiskusi menyelesaikan tugas dan mempresentasikan dalam bentuk display. Tiap kelompok dituntut mengembangkan sikap sosial, kreatifitas dan kerjasama yang baik agar hasil kerja dan display benar dan menarik.
Kegiatan Belanja Kompetensi ini membuat siswa sangat aktif karena harus membuat pertanyaan dengan cepat dan tepat serta harus dapat menyelesaikan semua tugas yang harus diselesaikannya. Siswa dituntut secara individu maupun kelompok memiliki keaktifan dan kreatifitas yang tinggi agar memperoleh hasil yang maksimal pada hasil belajarnya.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif belanja kompetensi sangat tepat di lakukan pada pembelajaran PPKn pada siswa kelas Sembilan di SMP Negeri 3 Pemalang. Model ini bisa melatih sikap berfikir kritis siswa dalam memahami materi. Mereka akan saling bertanya dan menjawab seputar materi, sehingga penguasaan terhadap materi akan lebih cepat diserap. Rata rata ketuntasan hasil belajar PPKn juga mengalami peningkatan.