Menguatkan Karakter Keberagamaan dengan Gerakan Jum’at Tilawah

Oleh: Choirul Hidayah, S.Ag., Guru PAI SMKN 2 Sukoharjo

SMKN 2 Sukoharjo adalah SMK di Sukoharjo yang memiliki jumlah siswa terbanyak yaitu 1967 dengan 54 rombongan belajar. Menjadi tantangan tersendiri bagaimana menuntun 1967 siswa tersebut menjadi Profil Pelajar Pancasila. Dari diagnotis awal yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam SMKN 2 Sukoharjo, mayoritas siswa beragama Islam tetapi 40 persen siswa belum bisa membaca Alqur’an, 40 persen sudah bisa membaca tetapi belum baik makhraj dan tajwidnya, serta hanya 20 persen yang sudah benar makhraj dan tajwidnya. Setelah berkoordinasi dengan MGMPS PAI SMKN 2 Sukoharjo, BP/BK, para Wakil Kepala Sekolah dan Kepala sekolah, kami berinisiatif mengadakan Gerakan Jum’at Tilawah.

Gerakan Jum’at Tilawah diharapkan akan berdampak pada siswa dalam menguatkan karakter keberagamaannya sebagai langkah awal mewujudkan Profil Pelajar Pancasila khususnya dimensi yang pertama, yaitu sebagai pelajar Indonesia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlaq mulia, yang memahami agamanya dan menerapkan pemahamannya dalam kehidupan sehari-hari (https://guru.kemdikbud.go.id/kurikulum/perkenalan/profil-pelajar-pancasila/pengertian/).

Dalam pelaksanaannya, sasaran kegiatan adalah siswa kelas X dan XI. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu kelas Tartil (bagi siswa yang belum dan kurang lancar membaca Al-Qur’an, kelas Tahsin (bagi siswa yang sudah bisa membaca Al-Qur’an tetapi makhraj dan tajwidnya belum sempurna) dan kelas Tahfidz (bagi siswa yang sudah lancar makhraj dan tajwidnya).  Siswa kelas Tahfidz ini kemudian menjadi tutor sebaya dalam kelas Tartil, sedang kelas Tahsin mendatangkan pelatih tersendiri dengan mengambil aset dari alumni SMKN 2 Sukoharjo yang sudah kompeten di bidang ini. Pelaksanaan Tahfidz dilakukan di hari yang berbeda, bebas kapan saja mereka mau setoran hafalan dan muroja’ah kepada Pembina (semua GPAI dalam MGMPS PAI SMKN 2 Sukoharjo)

Dalam kelas Tartil, metode yang digunakan adalah tutor sebaya untuk memungkinkan interaksi antar siswa lebih intensif. Metode ini juga lebih berpusat pada siswa. Dengan umur sebaya antara tutor dengan peserta  Tartil, maka penerimaan pembelajaran akan lebih dimengerti karena menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Di samping itu, jika ada yang tidak tahu lebih berani untuk bertanya maupun memberi tanggapan.

Gerakan Jum’at Tilawah dilaksanakan setiap hari Jum’at pukul 16.30 -07.30 WIB dan mendapatkan respon positif dari semua pihak, baik itu siswa, guru, karyawan, kepala sekolah sampai komite sekolah. Semua sangat terharu ketika acara Grand Opening dimana 2000-an orang berkumpul di halaman sekolah, mengumandangkan AlQur’an surat Al Baqarah ayat 1-5. Bumi SMK Negeri 2 Sukoharjo serasa bergetar.

Jum’at berikutnya ketika sudah dimulai program yang sesungguhnya, kegiatan berjalan cukup lancar.  Kelas Tahsin di halaman sekolah menggetarkan kembali  bumi SMK Negeri 2 Sukoharjo. Kelas Tartil di Masjid dan sekitarnya juga tidak kalah menarik. Awalnya masih malu-malu untuk belajar membaca AlQur’an, tetapi setelah beberapa saat terlihat sangat asyik, bahkan tidak terasa karena asyiknya, waktunya habis tidak terasa.

Setelah berjalan dua bulan, Gerakan Jum’at Tilawah ini efektif dalam rangka menguatkan karakter keberagamaan siswa SMK Negeri 2 Sukoharjo. Hal ini terlihat dari antusiasme dari semua pihak, terutama semangat dari siswa untuk mau belajar membaca Alqur’an dengan model tutor sebaya, ada banyak nilai yang tertanam di situ diantaranya adalah semangat belajar, membangun budaya literasi, menjalin silaturrahmi dan saling menghargai.