Berita Semarang

Penjualan STB Meningkat 3 Kali Lipat, Ada yang Jual Rp 400 Ribu Perunit

Sejak pemerintah mengalihkan siaran TV analog ke digital, permintaan Set Top Box (STB) di sejumlah toko elektronik di Kota Semarang melonjak tajam.

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: m nur huda
Tribun Jateng/ Rezanda Akbar
Ilustrasi Pedagang STB di Pangeran Puger Kudus, Kamis (3/11/2022). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sejak pemerintah mengalihkan siaran TV analog ke digital, permintaan Set Top Box (STB) di sejumlah toko elektronik di Kota Semarang melonjak tajam.

Satu di antara toko tersebut yakni Suara Gembira, di Jalan MT Haryono Semarang. Pemilik toko, Eko Budianto mengatakan, penjualan STB di tokonya mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat.

"Mulai ramai tanggal 3 (Desember) setelah pemerintah memberlakukan analog switch off (ASO). Ramai-ramainya 3-4 hari setelah itu. Naiknya (penjualan-Red) mencapai dua sampai tiga kali lipat, awalnya 50 unit jadi sekitar 200 unit per hari," katanya, kepada tribunjateng.com, kemarin.

Tak hanya penjualannya yang meningkat, menurut dia, harga STB juga mengalami peningkatan. Bahkan, meski permintaan saat ini mulai normal, harga STB masih tinggi.

Eko menyebut, sebelum adanya pemberlakuan ASO, harga STB di tokonya berkisar antara Rp 175 ribu-Rp 230 ribu per unit. Namun setelah kebijakan migrasi itu, harga meningkat dengan kisaran saat ini Rp 260 ribu-Rp 325 ribu per unit. Tingginya harga itupun masih bertahan hingga kini.

"Penjualan ke konsumen sekarang sudah mulai normal. Permintaan ke dealer juga mulai normal. Dulu pengiriman sedikit, misal minta 10, dikirimnya hanya dua atau tiga. Sekarang misal minta 10, dikasih 10, atau paling tidak delapan. Harga masih tetap tinggi, dari dealer belum menurunkan harga," jelasnya.

Pemilik toko lain, Aneka Elektronik Semarang, Berta menyatakan hal sama. Menurut dia, penjualan STB di tokonya juga mengalami kenaikan hingga dua kali lipat.

Sempat langka

Ia menyebut, sebenarnya penjualan bisa meningkat lebih tajam. Namun karena sempat terjadi kelangkaan barang, persediaan dan penjualan pun terbatas.

"Berhubung barangnya tidak ada, menghilang, tidak bisa jual banyak. Dulu orang belum membutuhkan, harga juga masih murah. Begitu sudah dimatikan, mereka kelimpungan tidak bisa menonton TV," terangnya.

Terkait dengan harga, Berta menuturkan, awalnya ia biasa menjual STB dengan harga kisaran paling murah Rp 150 ribu. Namun, seiring dengan kenaikan permintaan yang terjadi saat ini, harga paling murah dibanderol Rp 250 ribu per unit.

Dia menambahkan, tingginya harga STB saat ini membuatnya tak berani kulak dalam jumlah lebih. Selain khawatir harga sewaktu-waktu bisa turun, ia juga khawatir tak ada konsumen yang mau membeli jika harga terlampau tinggi.

"Harga (menyebut merek) paling mahal terakhir Rp 360 ribu. Di luar sana sudah dijual Rp 400 ribu. Tidak berani kulakan, takut tidak bisa jual. Kalau mau segitu pesan dulu," tuturnya. (idy/tribun jateng cetak)

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved