Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Video TV Digital, Penjualan STB Set Top Box di Semarang Melonjak

Permintaan Set Top Box (STB) di sejumlah toko elektronik di Kota Semarang melonjak.

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Tim Video Editor

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Berikut video TV Digital, Penjualan STB Set Top Box di Semarang Melonjak.

Sejak pemerintah mengalihkan siaran TV analog ke digital, permintaan Set Top Box (STB) di sejumlah toko elektronik di Kota Semarang melonjak.

Satu di antara toko tersebut, Suara Gembira yang terletak di jalan MT Haryono Semarang. Pemilik toko, Eko Budianto mengatakan, penjualan STB di tokonya mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat.

"Mulai ramai tanggal 3 (Desember) setelah pemerintah memberlakukan ASO (analog switch off). Ramai-ramainya 3-4 hati setelah itu. Naiknya (penjualan) 2-3 kali lipat, awalnya 50 unit jadi sekitar 200 unit per hari," kata Eko kepada tribunjateng.com, kemarin.

Eko lebih lanjut memaparkan, tak hanya penjualannya yang meningkat. Dia menyebutkan, harga STB juga mengalami peningkatan.

Kendati dia menuturkan, permintaan saat ini mulai normal, harga STB masih tinggi.

Disebutkan, sebelum adanya pemberlakuan ASO, harga STB di tokonya berkisar antara Rp 175 ribu - Rp 230 ribu per unit.

Adapun setelah kebijakan migrasi itu, disebutkan, harga meningkat dengan kisaran saat ini Rp 260 ribu - Rp 325 ribu per unit.

Kenaikan harga itu disebutkan belum mengalami penurunan hingga kini.

"Penjualan ke konsumen sekarang sudah mulai normal. Permintaan ke dealer juga mulai normal. Dulu pengiriman sedikit, misal minta 10, dikirimnya hanya 2 atau 3. Sekarang misal minta 10, dikasih 10 atau paling tidak 8 (unit)," sebutnya.

"Harga masih tetap tinggi, dari dealer belum menurunkan harga," tambahnya.

Pemilik toko lain, Berta di Aneka Elektronik Semarang menyatakan hal sama.

Menurut dia, penjualan STB di tokonya juga mengalami kenaikan hingga dua kali lipat.

Ia menyebut, sebenarnya, penjualan bisa meningkat lebih tajam. Namun karena sempat kelangkaan barang, persediaan dan penjualan pun terbatas.

"Berhubung barangnya tidak ada, menghilang. Tidak bisa jual banyak. Dulu orang belum membutuhkan, harga juga masih murah. Begitu sudah dimatikan, mereka kelimpungan tidak bisa menonton TV," terang Berta.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved