Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Piala Dunia 2022

Pengalaman vs Gairah Muda Pelatih Argentina dan Prancis di Final Piala Dunia 2022

Pelatih Prancis, Didier Deschamps lebih dijagokan ketimbang Pelatih Argentina, Lionel Scaloni saat final Piala Dunia 2022 Argentina vs Perancis

Editor: m nur huda
Natacha/AP
Pelatih Argentina, Lionel Scaloni 

TRIBUNJATENG.COM - ADA pepatah mengatakan, "kebijakan, dan pengetahuan datang seiring bertambahnya usia."

Jika hanya mengacu kepada pepatah tersebut, Pelatih Prancis, Didier Deschamps tentunya lebih dijagokan ketimbang Pelatih Argentina, Lionel Scaloni pada final Piala Dunia 2022 Argentina vs Perancis di Stadion Iconic Lusail, Qatar, Minggu (8/12) malam.

Deschamps memang kenyang luar dalam dengan sepak bola. Sebagai pemain, mantan gelandang bertahan ini mengangkat trofi juara pada Piala Dunia 1998. Sebagai pelatih, dia juga mengangkat trofi untuk negaranya pada Piala Dunia 2018.

Pelatih Prancis, Didier Deschamps
Pelatih Prancis, Didier Deschamps (UEFA.com)

Sebelum menangani timnas Prancis, pria berusia 54 tahun ini mematangkan karier kepelatihannya dengan menangani sejumlah tim elite Eropa, AS Monaco, Juventus, dan Marseille.

Baca juga: Wasit Szymon Marciniak Bisa Jadi Mimpi Buruk Argentina

Sementara Scaloni bisa dibilang masih belum terlalu berpengalaman, dengan usia lebih muda sepuluh tahun. Sebagai pemain, karier terbaik mantan wing back ini adalah membawa negaranya juara dunia yunior pada 1997. Di level tim senior, Scaloni hanya kebagian tujuh kali tampil.

 

Pada 2016, mantan pemain Deportivo, dan Lazio ini diangkat jadi asisten pelatih Jorge Sampaoli di Sevilla. Setahun kemudian, dia mengikuti sang bos menukangi Argentina. Seiring kegagalan tim Tango di Piala Dunia 2018, mereka memecat Sampaoli, dan Scaloni pun menjadi pelatih, sampai sekarang.

Namun, sepak bola bukan melulu soal bagaimana pengalaman pelatih, atau bagaimana taktiknya di lapangan. Ada banyak faktor lain yang berperan: mentalitas, dan kekompakan tim, peran para pemain bintang yang kerap jadi pembeda, hingga juga faktor keberuntungan.

Maka, menyebut Deschamps lebih diunggulkan dari Scaloni semata-mata karena lebih tinggi jam terbangnya, tentunya penilaian yang sangat terburu-buru.

Meski, tak diragukan juga bahwa faktor pengalaman bakal menjadi poin krusial pada laga final ini. Bagaimana pun, Deschamps termasuk pelatih langka, satu dari enam pelatih di dunia yang pernah membawa timnya dua kali ke final Piala Dunia.

Deschamps berbagi tempat dengan legenda Argentina, Carlos Salvador Bilardo yang memimpin negaranya ke dua final, dengan kemenangan di Meksiko 1986, dan kekalahan di Italia 1990, keduanya melawan Jerman.

Juga termasuk dalam daftar elite ini adalah duo arsitek Jerman, Franz Beckenbauer, dan Helmut Schön. Beckenbauer memimpin "Die Mannschaft" di Meksiko 1986 dan Italia 1990, masing-masing dengan kekalahan dan kemenangan. Sedangkan Schön memimpin tim Jerman di putaran final Piala Dunia 1966 melawan Inggris, di mana mereka dikalahkan, dan berjaya di Jerman pada 1974 setelah mengalahkan Belanda.

Perlu dicatat bahwa Schön memimpin Jerman di empat Piala Dunia, 1966, 1970, 1974 dan 1978, yang mencakup dua partai final.

Pelatih masyhur lain yang pernah ke final dua kali adalah Mario Lobo Zagallo, yang memimpin Brasil di Meksiko 1970, di mana dia memimpin Scracht du Oro meraih gelar, dan di Prancis 1998 di mana dia dikalahkan oleh tuan rumah.

Dari daftar istimewa ini, muncul Vittorio Pozzo sebagai sosok paling menonjol. Pria Italia ini memimpin skuat Azurri menjuarai Piala Dunia 1934 yang digelar di Italia, dan 1938 di Prancis. Sejauh ini, hanya dia satu-satunya pelatih yang pernah membawa timnya juara dunia dua kali secara beruntun.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved