Guru Berkarya
Mendalami Sistem Komputer melalui Model Pembelajaran Make a Match
Perkembangan dan perubahan peradaban selalu diiringi dengan peningkatan teknologi yang dimanfaatkan.
Oleh: Agung Nugroho, S.Kom., M.Kom., SMPN 2 Kaliwungu Kabupaten Semarang
Perkembangan dan perubahan peradaban selalu diiringi dengan peningkatan teknologi yang dimanfaatkan. Setiap generasi dalam satu peradaban akan mengalami dan menerima bahkan memanfaatkan teknologi yang berbeda hasil dari perubahan. Semakin muda generasi yang mengalami, semakin tinggi pula kualitas teknologi yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari termasuk yang dialami oleh peserta didik abad sekarang. Oleh karena itu, pentingnya pengetahuan peserta didik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terbaru. Hal ini bertujuan agar peserta didik tidak tertinggal dan tergilas dengan cepatnya laju ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menyadari pentingnya akan hal tersebut, pembelajaran Teknologi dan Informasi (TIK) di sekolah perlu mendapatkan perhatian yang lebih. Dasar-dasar dalam TIK harus dipahami oleh peserta didik secara seksama dan maksimal. Pengetahuan dan pemahaman TIK dalam proses pembelajaran di sekolah akan memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam menyesuaikan dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi secara cepat.
Akan tetapi, seringkali pengetahuan TIK masih dianggap sebagai kegiatan yang mahal, karena sarana yang disediakan perlu disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini yang membuat peserta didik kesulitan dalam mendalami TIK secara baik. Selai itu, banyaknya materi yang harus dipelajari dalam TIK membuat peserta didik menganggap pelajaran yang sulit. Guru harus menyajikan materi secara kreatif dan inovatif dengan menawarkan model pembelajaran menarik. Saat ini mendesak untuk melakukan inovasi dan adaptasi terkait pemanfaatan model pembelajaran yang tersedia dalam mendukung proses pembelajaran. Pembelajaran TIK kelas tujuh terkait dengan materi Sistem Komputer menjadi pengetahuan baru termasuk di SMPN 2 Kaliwungu Kabupaten Semarang. Karena pada jenjang sekolah dasar, peserta didik belum menerima materi TIK secara detil. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya respons peserta didik saat proses pembelajaran. Secara klasikal dari hasil evaluasi, peserta didik tuntas hanya 54,75 persen, sehingga belum mencapai ketuntasan kelas 85 persen. Prestasi rata-rata peserta didik belum melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal. Ini menunjukkan pemahaman peserta didik terhadap materi masih kurang. Guru perlu menggunakan model pembelajaran yang sesuai diantaranya adalah make a match. Model make a match atau mencari pasangan ini menghindarkan peserta didik dari kebosanan saat proses pembelajaran.
Rusman (2012:223) mengungkapkan make a match yakni bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Langkah-langkah pembelajaran dengan model make a match sebagai berikut: pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kedua, guru menyampaikan materi dan menginformasikan model belajar yang akan diterapkan dan menerangkan alur pelaksanaannya. Selanjutnya guru membagi seluruh peserta didik menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diberikan kartu berisi macam-macam kebutuhan manusia dan kelompok kedua diberi alat pemenuhan kebutuhan manusia. Dengan memberikan batasan waktu, guru meminta peserta didik memasangkan kartu tersebut. Hasil memasangkan kartu dipresentasikan di depan kelas. Guru memandu peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu, diberi poin. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap peserta didik dapat kartu berbeda, demikian seterusnya. Ketiga, guru menutup pembelajaran dengan refleksi dan menyampaikan kesimpulan. Kegiatan penutup yakni peserta didik melaksanakan evaluasi dengan mengerjakan 10 soal. Make a match berbantuan media kartu sangat membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan keaktifan peserta didik sehingga hasil belajarnya meningkat. Model ini juga menunjukkan aktivitas peserta didik berlangsung fleksibel dan bersifat aktif.