Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Nasional

Prediksi BMKG, Malam Tahun Baru 2023 Dirundung Cuaca Ekstrem

BMKG menyampaikan potensi cuaca ekstrim yang akan terjadi saat pergantian tahun baru 2023. Hal itu dikatakan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat ju

Editor: m nur huda
facebook/Dwikorita Karnawati
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati 

TRIBUNJATENG.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan potensi cuaca ekstrim yang akan terjadi saat pergantian tahun baru 2023.

Hal itu dikatakan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat jumpa pers di Jakarta, Selasa (27/12/2022).

Dwikorita mengatakan cuaca ekstrem di Indonesia dimulai pada Rabu (28/12/2022) di wilayah Indonesia barat dan selatan.

Kemudian pada Kamis (29/12/2022) cuaca ekstrem mulai melebar.

"Spot pada tanggal 28 Desember di sekitar barat dan selatan, dan di tanggal 29 Desember perhatikan semakin melebar dan meluas dan semakin pekat," ucap Dwikorita.

"Artinya intensitasnya semakin tinggi dan semakin besar pula potensinya untuk menjadi cuaca ekstrem," sambungnya.

Berdasarkan analisis BMKG, kondisi dinamika atmosfer di sekitar wilayah Indonesia masih berpotensi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah dalam satu minggu ke depan.

Dwikorita menambahkan, kondisi dinamika atmosfer ini memicu peningkatan curah hujan,dan punya tendensi adanya penguatan intensitas.

"Jadi mulai hari ini hingga 2 Januari 2023 ada potensi cuaca ekstrem," terang dia.

BMKG mencatat potensi cuaca ekstrem yang terjadi selama Nataru dipicu oleh sejumlah fenomena anomali dan dinamika atmosfer yang terjadi secara berbarengan.

Fenomena tersebut adalah peningkatan aktivitas monsun Asia yang memicu pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan.

Kemudian, intensifikasi atau semakin intensifnya fenomena seruakan dingin Asia yang dapat meningkatkan kecepatan angin permukaan di wilayah Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara.

Selain itu, adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia yang dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif yang masif.

Hal ini berpotensi menyebabkan hujan intensitas tinggi dan dikhawatirkan dapat mencapai ekstrem.

Kemudian, terpantaunya aktivitas gelombang atmosfer yaitu fenomena Madden Julian Oscillation, yang merupakan fenomena pergerakan arak-arakan awan hujan dari arah Samudra Hindia di sebelah timur Afrika.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved