Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Dokter Iskandar Ungkap 3 Bahaya Berhubungan Intim Saat Istri Menstruasi, Emboli hingga Endometriosis

Dokter Iskandar Ungkap 3 Bahaya Berhubungan Intim Saat Istri Menstruasi, Emboli hingga Endometriosis

Penulis: Awaliyah P | Editor: galih permadi
http://ste.india.com
Dokter Iskandar Ungkap 3 Bahaya Berhubungan Intim Saat Istri Menstruasi, Emboli hingga Endometriosis 

Dokter Iskandar Ungkap 3 Bahaya Berhubungan Intim Saat Istri Menstruasi, Emboli hingga Endometriosis

TRIBUNJATENG.COM - Inilah beberapa bahaya yang ditimbulkan ketika pasangan melakukan hubungan intim saat perempuan sedang menstruasi.

Hal ini diungkap oleh dokter kandungan, dr Iskandar Syahrizal SpOG.

Dalam sebuah video, dr Iskandar Syahrizal SpOG mengatakan bahwa berhubungan intim saat menstruasi berbahaya.

Sebab, saat itu dinding rahim tengah bekerja untuk mengeluarkan darah-darah kotor.

"Iya, jawabannya hubungan saat menstruasi itu berbahaya

Karena pada saat menstruasi itu endometrium, dinding rahim itu melepaskan darah-darah kotor.

Jadi dinding endometrium itu seperti terluka," terang dr Iskandar Syahrizal.

Sehingga, berhubungan intim ketika perempuan sedang menstruasi bisa menyebabkan emboli yang berbahya untuk perempuan.

1. Penyebab Emboli

"Jadi kalau misalnya kita melakukan hubungan maka hal itu bisa membuat emboli, itu berbahaya kepada ibunya."

Sebagai informasi, emboli adalah suatu kondisi di mana pembuluh darah tersumbat zat asing.

Zat asing tersebut bisa berupa gumpalan darah, gelembung udara ataupun kolestrol.

2. Penularan Penyakit

Selain itu, dr Iskandar Syahrizal juga menjelaskan bahwa masa-masa menstruasi menjadi waktu di mana darah kotor menjadi pertumbuhan kuman.

Maka dikhawatirkan, berhubungan intim saat menstruasi bisa menularkan penyakit.

"Kemudian juga pada saat menstruasi itu, darah-darah kotor itu akan menjadi tempat pertumbuhan kuman yang sangat baik

Jadi merupakan media pertumbuhan kuman.

Jadi pada saat menstruasi, kalau berhubungan itu akan membuat penyakit menular akibat berhubungan badan makin cepat terkena atau menjalar," terang dr Iskandar.

3. Endometriosis dan Adenomiosis

Di sisi lain, berhubungan intim saat menstruasi bisa menyebabkan endometriosis dan adenomiosis.

"Apabila saat berhubungan, darah menstruasi masuk ke rongga peritoneum itu akan menyebabkan endometriosis,

di mana kita tahu endometriosis itu merupakan suatu penyakit yang terjadi pada wanita,

yang ciri-cirinya nyeri menstruasi yang hebat.

Dan juga bisa terjadi adenomiosis," kata dr Iskandar.

Lebih lanjut, dr Iskandar Syahrizal SpOG menyarankan agar berhubungan badan saat menstruasi sebaiknya dihindari.

Atau pasangan hanya bisa saling bercumbu tanpa adanya penetrasi.

"Itu jadi makanya pada saat menstruasi itu tidak dianjurkan dan tidak boleh untuk berhubungan badan.

Tapi apabila memang mau berhubungan saat menstruasi juga, itu bisa dilakukan secara bercumbu saja, tapi tidak boleh memasukkan Mr. P ke dalam saluran V."

Endometriosis dan Adenomiosis

Mengutip dari Kompas.com, endometriosis adalah kondisi tumbuhnya jaringan dinding rahim (endometrium) di luar rahim.

Endometriosis umumnya tumbuh di sekitar ovarium, saluran tuba, dan jaringan yang melapisi panggul.

Pada kasus yang jarang, jaringan mirip endometrium dapat ditemukan di luar area organ panggul.

Penyebab

Meskipun penyebab pasti endometriosis belum dipastikan, penyebab yang disinyalir memengaruhi kondisi ini antara lain:

1. Menstruasi mundur

2. Transformasi sel peritoneum

3. Implantasi bekas luka bedah

4. Transportasi sel endometrium

5. Gangguan sistem kekebalan tubuh.

Beberapa faktor menempatkan seseorang pada risiko lebih besar terkena endometriosis, seperti:

1. Tidak pernah melahirkan

2. Mulai menstruasi sejak usia dini

3. Mengalami menopause di usia yang lebih tua

4. Siklus menstruasi yang pendek

5. Periode menstruasi berat yang berlangsung lebih dari tujuh hari

6. Memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi dalam tubuh atau paparan estrogen seumur hidup yang lebih besar Indeks massa tubuh rendah

8. Satu atau lebih kerabat (ibu, bibi, atau saudara perempuan) dengan endometriosis

9. Setiap kondisi medis yang mencegah keluarnya darah dari tubuh selama periode menstruasi

9. Gangguan pada saluran reproduksi

10. Endometriosis biasanya berkembang beberapa tahun setelah timbulnya menstruasi (menarche).

Gejala

Nyeri adalah gejala utama endometriosis.

Orang yang terkena endometriosis akan mengalami gejala nyeri berikut:

1. Kram atau nyeri di perut bagian bawah mulai satu atau dua minggu sebelum menstruasi

2. Nyeri ketika sedang atau setelah berhubungan seksual

3. Sakit saat buang air kecil

4. Nyeri saat buang air besar

5. Nyeri panggul atau punggung bawah jangka panjang yang dapat terjadi kapan saja dan berlangsung selama 6 bulan atau lebih.

Gejala lain dari endometriosis meliputi:

1. Pendarahan menstruasi yang berat atau perdarahan di antara periode menstruasi Infertilitas.

2. Endometriosis bisa tidak menunjukkan gejala apapun.

3. Beberapa wanita dengan banyak jaringan di panggul mereka tidak merasakan sakit sama sekali, sementara beberapa wanita dengan penyakit yang lebih ringan mengalami sakit parah.

Diagnosis

Temui dokter segera jika memiliki tanda dan gejala yang mungkin mengindikasikan endometriosis.

Tenaga kesehatan akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan panggul.

Pasien akan diperiksa dengan salah satu dari tes ini untuk membantu mendiagnosis penyakit:

1. USG transvaginal

2. Laparoskopi panggul

3. Pencitraan resonansi magnetik (MRI).

Perawatan

Saat ini tidak ada obat untuk endometriosis.

Meski demikian, terdapat beberapa pilihan perawatan untuk meredakan gejala, seperti:

1. Latihan dan teknik relaksasi

2. Pereda nyeri yang dijual bebas, ibuprofen (Advil), naproxen (Aleve), dan acetaminophen (Tylenol)

3. Resep obat penghilang rasa sakit, jika diperlukan, untuk rasa sakit yang lebih parah.

Selain itu, terdapat juga terapi hormon dalam bentuk obat-obatan yang dapat menghentikan endometriosis agar tidak semakin parah.

Terapi dapat diberikan berupa pil, semprotan hidung, atau suntikan.

Hanya wanita yang tidak berusaha hamil yang bisa menjalani terapi ini.

Beberapa jenis terapi hormon juga akan mencegah kehamilan, obat ini meliputi:

1. Pil KB

2. Pil progesteron, suntikan, IUD

3. Obat agonis gonadotropin

4. Obat antagonis gonadotropin.

Dokter dapat merekomendasikan operasi jika pasien mengalami sakit parah yang tidak membaik dengan perawatan lain.

Pilihan operasi antara lain:

1. Laparoskopi

2. Laparotomi

3. Histerektomi.

Komplikasi

Endometriosis dapat menyebabkan masalah kehamilan.

Namun, kebanyakan wanita dengan gejala ringan masih bisa hamil.

Komplikasi lain dari endometriosis meliputi:

1. Nyeri panggul jangka panjang yang mengganggu aktivitas sosial dan pekerjaan

2. Kista besar di ovarium dan panggul yang dapat pecah (ruptur)

Dalam kasus yang jarang terjadi, jaringan endometriosis dapat menyumbat usus atau saluran kemih.

Sangat jarang, kanker dapat berkembang di area pertumbuhan jaringan setelah menopause.

Pencegahan

Melansir Women Health, terdapat beberapa kiat untuk mencegah endometriosis, yakni:

1. Bicarakan dengan dokter tentang metode pengendalian kelahiran hormonal, seperti pil dengan dosis estrogen yang lebih rendah

2. Berolahraga secara teratur

3. Hindari alkohol dalam jumlah besar

4. Hindari minuman yang banyak mengandung kafein.

Adenomiosis

Dikutip Tribunjateng.com dari Kompas.com, adenomiosis merupakan kondisi ketika jaringan yang biasanya melapisi rahim (jaringan endometrium) tumbuh ke dalam dinding otot rahim.

Jaringan yang dipindahkan terus bekerja secara normal selama setiap siklus menstruasi.

Rahim membesar serta menstruasi yang berat dan menyakitkan dapat terjadi.

Penyakit ini biasanya sembuh setelah menopause.

Penyebab

Para ahli tidak tahu pasti penyebab adenomiosis.

Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita yang telah memiliki anak.

Adenomiosis telah ditemukan pada remaja, tetapi biasanya terjadi pada wanita antara usia 35 dan 50 dengan faktor risiko;

1. Pernah hamil

2. Endometriosis

3. Fibroid rahim.

Gejala

Adenomiosis biasanya tidak bergejala.

Namun, beberapa pengidapnya bisa mengalami gejala berikut:

1. Kram menstruasi yang menyakitkan (dismenore)

2. Pendarahan menstruasi yang berat (menoragia)

3. Menstruasi yang tidak normal

4. Nyeri panggul Hubungan seksual yang menyakitkan (dispareunia)

5. Infertilitas Rahim membesar.

Diagnosis

Hubungi dokter apabila mengalami pendarahan berat berkepanjangan atau kram parah selama menstruasi yang mengganggu aktivitas rutin.

Penyedia layanan kesehatan sering mendiagnosis adenomiosis berdasarkan gejala dan menggunakan salah satu tes di bawah ini:

1. Pemeriksaan panggul

2. Ultrasonografi

3. Pemindaian

4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)  Biopsi.

Perawatan

Karena hormon estrogen wanita mendorong pertumbuhan jaringan endometrium, gejala adenomiosis sering hilang setelah menopause.

Sementara itu, perawatan berikut dapat meredakan rasa sakit, pendarahan hebat, dan gejala lainnya:

1. Obat antiinflamasi nonsteroid, atau NSAID, seperti ibuprofen atau naproxen

2. Kontrol kelahiran hormonal, pilihannya meliputi pil KB, injeksi dan alat kontrasepsi hormonal (IUD)

3. Histerektomi. 

Komplikasi

Pendarahan menstruasi yang berat dari adenomiosis meningkatkan risiko anemia.

Anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah yang kaya zat besi.

Komplikasi ini bisa membuat pasien merasa sangat lelah atau kedinginan.

Pencegahan

Karena penyebabnya tidak diketahui, belum ditemukan cara pasti untuk mencegah adenomiosis. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved