Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Mistis Pengunjung Museum Lubang Buaya yang Melihat Penampakan Sosok Tentara Berseragam

Kisah Mistis Pengunjung Museum Lubang Buaya yang Melihat Penampakan Sosok Tentara Berseragam

Penulis: non | Editor: galih permadi
Istimewa
Kisah Mistis Pengunjung Museum Lubang Buaya yang Melihat Penampakan Sosok Tentara Berseragam 

Kisah Mistis Pengunjung Museum Lubang Buaya yang Melihat Penampakan Sosok Tentara Berseragam

TRIBUNJATENG.COM - Inilah cerita mistis pengunjung Museum Lubang Buaya, kerap tercium bau anyir dan penampakan sosok berseragam tentara.

Lubang Buaya merupakan sumur yang berlokasi di Pondok Gede, Jakarta Timur

Dulunya Lubang Buaya sumur tersebut merupakan tempat pembuangan mayat pembantaian.

Peristiwa pembunuhan perwira tinggi TNI Angakatan Darat (AD) Indonesia tepat pada 30 September sampai 1 Oktober 1965.

Seluruh korban yang terdiri dari tujuh orang tersebut ditemukan dalam sebuah sumur yang diberi nama Lubang Buaya.

Sumur Lubang Buaya berada di kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Posisinya berbatasan langsung dengan Kelurahan Halim Perdana Kusuma di sebelah utara.

Dulunya, sumur ini adalah milik Bambang Haryono, salah satu warga.

Dengan kedalaman sumur mencapai 12 meter dengan lebar 75 sentimeter,

mereka menjadikan sumur tersebut sebagai sumber air warga kampung Lubang Buaya.

Tapi sejak adanya Partai Komunis Indonesia (PKI), area dekat Lubang Buaya merupakan pusat pelatihan milik PKI.

Nama Lubang Buaya sendiri berasal dari sebuah legenda yang menyatakan bahwa ada buaya-buaya putih di sungai yang terletak di dekat kawasan Pondok Gede.

Selain itu juga terdapat rumah yang di dalamnya ketujuh pahlawan revolusi disiksa dan dibunuh.

Terdapat mobil yang digunakan untuk mengangkut orang-orang.

Tanggal 4 Oktober 1965, pihak militer mengetahui bahwa ketujuh perwira militer Angkatan Darat (AD)

Indonesia yang diculik lalu dibunuh oleh PKI dibuang di sana.

Dengan izin, Soeharto, yang saat itu berpangkat Panglima Kostrad,

mereka melakukan pengangkatan ketujuh korban dari dalam sumur.

Enam anggota militer dan dua dokter ikut dalam proses pengangkatan tujuh mayat korban.

Mayat Kapten Pierre Tendean adalah yang pertama kali dikeluarkan.

Lalu disusul oleh keenam lainnya yaitu Jenderal Ahmad Yani, Letnan Jenderal Raden Suprapto,

Letnan Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Letnan Jenderal Siswondo Parman,

Mayor Jenderal Donald Isaac Pandjaitan, dan Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.

Proses pengangkatan mayat ketujuh perwira TNI AD itu kurang lebih memakan waktu dua jam.

Setelah semuanya diangkat, semua korban dibawa ke RSPAD Gatot Subroto untuk dilakukan otopsi.

Dalam tubuh mereka ditemukan penganiayaan berat sebelum ditembak.

Kini, untuk menghormati ketujuh korban, pemerintah mendirikan Lapangan Peringatan Lubang Buaya yang berisi Monumen Pancasila Sakti,

sebuah museum diorama, dan sumur tempat para korban dibuang.

Lalu menyebut ketujuh korban perwira tinggi TNI AD itu dengan sebutan Pahlawan Revolusi.

Rentetan kejadian naas tersebt pun menyebabkan aura mistis menyelimuti bangunan tersebut.

Tak sedikit dari masyarakat yang pernah berkunjung melihat penampakan sosok manusia memakai seragam tentara.

Sosok tersebut muncul dengan muka yang berlumuran darah.

Serta kerap tercium bau anyir di sekitar kawasan tersebut. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved