Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Solo

Penyebab Aplikasi Kencan Laku Keras di Kalangan Anak-anak, Sosiolog UNS Beberkan Hal Ini

Hubungan dengan keluarga sudah hancur, dinilai menjadi penyebab hubungan melalui aplikasi kencan laku keras dipakai anak-anak.

Penulis: Muhammad Sholekan | Editor: raka f pujangga
Tribun Jateng/Muhammad Sholekan
Sosiolog UNS, Drajat Tri Kartono.   

TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Polres Sukoharjo telah menangkap tersangka dalam kasus pembunuhan seorang perempuan di bawah umur berinisial ERJ (14) di Kecamatan Grogol.

Pembunuhan gadis yang masih duduk di bangku kelas XI SMP bermula saat korban bertemu dengan tersangka Nanang Tri Hartanto (21) melalui aplikasi Michat.

Motif tersangka membunuh korbannya lantaran tidak puas saat berhubungan badan.

Baca juga: Kronologi Pembunuhan Gadis Michat Usai Kencan di Sukoharjo, Leher Korban Ditusuk Pakai Obeng 8 Kali

Menanggapi kasus itu, Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri Kartono menyampaikan adanya fenomena network society atau NS.

Drajat menyampaikan, sebelum adanya NS, hubungan anak dengan orang tua itu sangat intim atau disebut intimate relationship.

"Nah, di sini ketika terjadi network society orang itu terhubung, tiba-tiba, dengan jutaan orang. Karena melalui internet kan main game aja dengan siapa saja bisa," ucapnya saat ditemui di kediamannya, Rabu (25/1/2023) petang.

Menurutnya, dampak NS bisa muncul masalah pada identitas.

Jadi, ketika semakin banyak orang bisa diakses orang itu sebenarnya semakin sendirian.

"Semakin kesepian. Istilah begitu," jelasnya.

Sehingga, lanjut Drajat, di dalam ruang kesepian itu akan mencari hubungan intimate-intimate di luar keluarganya.

Karena hubungan intimate dengan keluarga sudah hancur karena ada intimate dari luar.

"Dari sini lah kemudian aplikasi-aplikasi yang memberi fasilitasi untuk bertemu, berjanji (janjian) atau dating itu menjadi laku (dipakai) bagi anak-anak. Mulai mereka mencari jejaring itu," ungkapnya.

Menurut Drajat, dari situ muncul permasalahan. Ketika mencari jejaring satu dan yang lain itu rekan atau sosok yang akan diajak bertemu itu imaginary.

"Ikon saja, hanya simbol. Kalau itu foto bisa diganti apa saja, cara ngomong bisa saja. Jadi ini benar-benar bermain di dunia maya yang tidak ketemu face to face, sehingga kontrol kualitas yang diajak ini masih sulit untuk bisa ditebak," ungkapnya.

Baca juga: Inilah Sosok Pelaku Pembunuhan Siswi SMP, Ternyata Manusia Silver Asal Yogyakarta

Jadi, lanjut Drajat, sebenarnya network society itu bagus dan bisa terhubung dengan orang di seluruh dunia.

Tetapi network society berkaitan dengan dunia maya yang imaginary itu yang orangnya bisa diubah-ubah itu, kalau tidak berhati-hati bisa terjerumus.

"Karena bisa saja terjadi terjadi stranger relationship yang semula intimate dengan keluarga jadi stranger atau asing," tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved