Fokus : Gurauan PSSI

Oleh Abduh Imanulhaq

Wartawan Tribun Jateng

ADA gurauan yang kerap menjadi bahan kelakar insan olahraga nasional. Konon, di Indonesia hanya ada dua organisasi olahraga: PSSI dan selain PSSI.

Tentu anekdot ini bukan tanpa sebab, bukan hasil berbual-bual atau omong kosong tanpa isi. Kentara sekali dinamika di tubuh induk organisasi bola kaki ini nyaris selalu membetot perhatian publik.

Mulai masalah remeh-temeh hingga perkara raksasa, dari penunjukan lokasi latihan tim nasional hingga terbaru pemilihan ketua umum. Komplet diulas sampai sisik-melik hitam-putih urusan yang menyertainya.

Di sisi lain, dalam usia hampir satu abad yaitu 92 tahun ini, terasa betul prestasi PSSI masih jauh panggang dari api. Secara simplistis, bisa ditilik dari perkembangan dua tugas utama mereka: kompetisi dan tim nasional.

Kompetisi nasional kita tak pernah mapan, sebuah fakta pahit tak terelakkan. Pencapaian tim nasional kita masih bikin fans mengelus dada.

Tentu kita paham, kesuksesan tidak akan datang tanpa doa dan perjuangan. Keberhasilan bukanlah suatu kebetulan. Untuk mencapainya, dibutuhkan antara lain ketekunan, kerja keras, dan latihan.
Resep sukses suatu negeri di bidang olahraga telah banyak diulas atau diperbincangkan. Termasuk juga didiskusikan dalam obrolan di warung kopi hingga forum-forum ilmiah.
Buruknya prestasi Indonesia dalam sepakbola internasional telah lama mengundang tanya. Pertanyaan klise yang kerap diajukan adalah dari 260 juta lebih penduduknya, mengapa tak bisa memilih 11 orang yang mumpuni dalam permainan bola kaki.

Ada banyak jawaban yang bisa diajukan kendati mungkin tak memuaskan. Semakin panjang dan lebar, terasa semakin menyesakkan dada.

Semakin lama perasaan pesimistis itu muncul, benarkah sepakbola kita sudah berada di trek yang benar? Jangan-jangan, sebenarnya sedang terus jalan di tempat atau malah mundur terus ke jurang kehinaan.

Tak perlu membandingkan kondisinya dengan olahraga bola kaki di Eropa atau dataran Amerika. Di kawasan Asia Tenggara saja, prestasi kita masih selalu di belakang Thailand.

Bahkan dibandingkan negeri jiran Malaysia, jauh tertinggal jika indikatornya adalah prestasi. Dengan Vietnam? Aduh Dik, Negeri Paman Ho itu semakin jauh di depan.

Melihat sepintas saja, mereka sebenar-benarnya raksasa Asia Tenggara. Vietnam saat ini berperingkat 96 di daftar rangking FIFA, Thailand 111 sedangkan Indonesia di peringkat 151. Malaysia di posisi 145 dan Filipina 134.

Bagaimanapun, tidak elok menyalahkan para pemain karena mereka sudah berjuang di lapangan hijau. Mereka adalah putra-putra terbaik bangsa.

Menyalahkan strategi pelatih yang sudah berikhtiar menyusun strategi juga bukan hal bijak. Dinamika di aras kepelatihan memang berubah sangat kencang.

Ujung telunjuk tangan pun terarah lurus ke PSSI. Kebijakan mereka kerap mengundang blunder, terbukti dengan berbagai hasil buruk siapa pun yang menjadi nakhodanya.

Kepengurusan baru nanti semestinya paham mengenai situasi yang mereka hadapi. Kita harapkan berbagai kebijakan yang akan digedok mereka adalah emas dan bernas, bukan gurauan atau kelakar. (*)

Baca juga: Video Calon DPD Asal Demak Protes ke KPU Jateng Data Dukungan Pencalonan Berkurang

Baca juga: Prakiraan Cuaca di Wilayah Tegal Raya Jumat, Waspada Hujan Sedang Pada Sore Hari 

Baca juga: Kisah Nabi Daud Remaja Berperang Melawan Raja Jalut, Cerita 25 Nabi

Baca juga: Marshel Widianto Tak Peduli Dibully karena Pacar Cantik: Malah Jadi Bahan Materi, Aku Makin Kaya