Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

PSIS Semarang

WAWANCARA : Kisah Pudji Kiper Legendaris PSIS Kini Buka Jasa Pijat Panggilan

Pudji Rahardjo mantan kiper PSIS 1979-1985 kini buka jasa pijat panggilan. Sebelum ke PSIS Pudji juga pernah di PSIR Rembang dan Persiku Kudus

Penulis: ahmad mustakim | Editor: Catur waskito Edy
twitter @psis_semarang
Puji Raharjo paling kiri 

TRIBUNJATENG.COM -- Pudji Rahardjo mantan kiper PSIS 1979-1985 kini buka jasa pijat panggilan. Sebelum ke PSIS, Pudji juga pernah di PSIR Rembang dan Persiku Kudus.

Apa saja prestasi PSIS di tahun tersebut. Kenapa Pudji tidak diangkat jadi PNS malah jadi tukang pijat? 

Berikut kisahnya yang dipaparkan dalam wawancara khusus dengan Pemred Tribun Jateng, Erwin Ardian, Jumat (17/2):

Pudji menjadi tim utama PSIS Semarang. Kok bisa masuk PSIS tahun 1979 itu bagaimana ceritanya?

Sebelum ke PSIS Pudji juga pernah di PSIR Rembang dan Persiku Kudus, saat di Persiku dilatih sama Pak Sartono Almarhum.

Dulu namanya Kubota Cup sekarang namanya Gala Karya setiap instansi dulu merekrut bola. Minggu diajak main BRI, besoknya langsung masuk kerja, jadi bisa ke PSIS itu yang bawa BRI.

Dulu pemain sepak bola dulu tidak digaji, tapi caranya dimasukkan ke perusahaan-perusahaan, seperti BRI misalnya. Dulu Kantor BRI nya di Jalan Pattimura Semarang.

Siapa pemain yang masih diingat angkatan dulu?

Pemain yang inget sampai sekarang, Joko yogianto, Masturi Hariadi, Heru Harianto, Jujuk Arif Basuki, Kasiadi,

Yang seangkatan saya yang sudah meninggal ada 7 orang. Makanya kalau buka WA group kita deg-degan. Anghota groupnya ada 100 lebih mas.

Itu WAG anggotanya mantan PSIS?

Iya, sama BPD di gala tama, jadi silaturahmi masih terjaga.

Kenangannya yang masih ingat dulu seperti apa?

Saya ingat betul, meresap di sini, waktu latihan aja mas beda sama sekarang. Waktu latihan mainnya semangat, gak seperti sekarang mainnya manja.

Kalau saya latihan fisik di lomba juang masih tinggal di kampung batik, berangkat pagi itu lari dari rumah. Dari rumah ke lomba juang. Berangkat jam 6 pagi, jam 7 fisik. Pulangnya baru naik bis kota.

Dulu kalau selesai latihan, ada teh anget di cangkir blirik itu, satu cangkir sama pisang godog dua. Tapi anak-anak nggak ada yang ngeluh sama sekali.

Tiap hari latihan, pagi, sore, habis jam kantor kita latihan juga. Gak ada rasa lelah gak ada.

Prestasi yang dibanggakan selama 6 tahun?

Saat U 23, kebetulan tuan rumahnya PSIS waktu itu, main di stadion Diponegoro. Kita bisa juara tingkat nasional. Juara 1. Akhirnya kita mewakili piala Raja 1981 di Thailand.

Kita berangkat, lawan Korea kita kalah, kemudian lawan Korea Selatan waktu itu, kita bisa nahan seri 0-0.

Setelah PON Jakarta kita berangkat ke Bangkok.

Namun saat PSIS juara 1986-1987 Pudji bukan kiper utama, kebetulan pindah tugas digantikan FX Cahyono baru bisa juara.

Jadi untuk menuju ke juara itu perjalanan panjang, jadi junior 1974, 1975 itu jadi satu terus.

Nama Pudji ini kembali ramai diperbincangkan setelah ramai pasang iklan di FB sebagai jasa pijat panggilan.

Bagaimana ceritanya pak bisa alih profesi?

Di BRI 1975-2005. Kemudian pijat. Kalau pijat ini sudah lama bisa. Nyambi nolong orang gitu, awalnya dikasih duit nggak mau saya. Marah saya, karena niatnya saya ibadahi.

Sebelum covid, saya kerja di tempat wisata di Rembang, jadi ikut mengelola di taman Kartini Rembang. Sorenya nglatih di sekolah sepak bola.

Covid terus tempat wisata tutup, mau nglatih dimana ga ada, lapangan ditutup semua akhirnya pulang Semarang semua, kemudian fokus di pijat itu. Yang pertama promosi itu istri, tapi mau nerima duit orang itu tidak sampai hati rasanya.

Dalam sehari, bisa 2-3 pasien. Saya batasi sehari 5 sekarang. Karena tambah usia, tenaganya gak kuat lagi. Tidak ditarif.

Alhamdulillah, dengan izin yang di atas yang minta tolong lewat tangan saya sembuh mas. Ada yang peminun ga bisa gerak, bangun aja gak bisa, targetnya 8 kali pertamuan sekarang sudah sehat.

Bagaimana melihat PSIS yang sekarang pak, sebagai legend PSIS ini?

Kalau saya lihat sekarang, pemain tidak di PSIS saja, hampir semua di club itu manja. Apalagi yang kontraknya satu tahun, mereka takut cidera. Apalagi diatasnya bukan pengusaja, tapi penguasa. Sekarang cidera beberapa bulan tidak bisa main langsung putus kontrak. Maka mereka main sangat hati-hati sekali.

Dulu latihan saja itu beneran, meski di kantor meja sebelahan tetap berantem, latihan itu mas.

Masih Sering nonton kalau PSIS main?

Pernah sekali waktu piala Kapolri melawan PSM magelang. Nggak nonton karena meras nggak srek aja mas.

Rasanya kita yang berjuang dari bawah, sampai kita main di Klaten, di Cilacap divisi utama kita melawan Persema Malang waktu itu, kita gak dihargai sama sekali, mbuh kita dikasih tempat di tribun, jadi saya pernah nonton di belakang gawang.

Gak ada akses masuk meski mantan pemain.

Kalau ditanya itu saya sedih. Perjuangannya PSIS bisa naik ke divisi utama, kita pernah melawan persema Malang menang 1-0

Harapanya apa untuk PSIS?

Kenapa kita tidak diajak urun rembug mas, kenapa kita tidak dilibatkan disitu. Padahal ada organisasi nya. (kim)

Baca juga: Aji Santoso Ungkap Penyebab Persebaya Surabaya Tak Berdaya Dibantai Bali United 4-0

Baca juga: Prediksi RANS Nusantara Vs Persib Bandung, Skor, Kondisi Tim, Head to Head, Line Up, Streaming

Baca juga: Prediksi RANS Nusantara Vs Persib Bandung, Skor, Kondisi Tim, Head to Head, Line Up, Streaming

Baca juga: Tebing Setinggi 15 Meter Longsor, Tutup Total Akses Jalan di Watumalang Wonosobo 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved