Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Sendang Mintoloyo Kota Semarang, Mata Air Kramat Yang Dijaga Masyarakat 

Di tengah rimbunnya pepohonan di Hutan Kota yang ada di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Kota Semarang, sebuah mata air mengalir deras.

Penulis: budi susanto | Editor: Catur waskito Edy
budi susanto
Asrinya Sendang Mintoloyo yang ada di area Hutan Kota Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Kota Semarang, Rabu (1/3/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Di tengah rimbunnya pepohonan di Hutan Kota yang ada di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Kota Semarang, sebuah mata air mengalir deras.

Mata air tersebut dikelilingi beberapa pohon beringin berukuran besar.

Sumber air tersebut berupa sendang, yang sering disebut oleh warga Sendang Mintoloyo.

Selain dianggap sendang kramat, mata air tersebut menjadi sumber penghidupan bagi sekitarnya.

Beberapa warung, caffe hingga restoran mengandalkan pasokan air bersih dari Sendang Mintoloyo.

Peran Sendang Mintoloyo sebagai sumber kehidupan itu, membuat masyarakat dan sejumlah komunitas menjaganya.

Tak jarang berbagai acara digelar di Sendang Mintoloyo seperti ruatan hingga resik-resik sendang.

Menurut Hermanto anggota Komunitas Jagat Penguripan, yang ikut menjaga keasrian Sendang Mintoloyo, air sendang tersebut tak pernah kering meski musim kemarau.

Air sendang juga jadi sumber air bersih warga sekitar di wilayah TBRS Kota Semarang.

"Masyarakat, pemilik warung hingga rumah makan memanfaatkan air dari Sendang Mintoloyo," terangnya, Rabu (1/3/2023).

Sumber air bersih dari Sendang Mintoloyo diakuinya bisa terus digunakan lantaran lingkungan sekitar masih terjaga.

"Jadi resapan air di Sendang Mintoloyo masih baik, karena ekosistemnya di sekitar juga baik. Banyak yang menjaga keasrian Sendang Mintoloyo, selain aktivis lingkungan, seniman hingga masyarakat," terangnya.

Terpisah, Widyo Leksono satu di antara seniman Kota Semarang mengatakan, Sendang Mintoloyo pernah jadi sumber air utama untuk Pekan Raya Semarang (PRS) pada 1970.

Hal itu berlanjut hingga 1981 dengan dibangunnya pipa air untuk mengairi kebutuhan di objek PRS yang kini eks Wonderia.

"Debit air yang terdata waktu itu mencapai 4 liter per detik dan digunakan tanpa henti," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved