Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kriminal

Pria Ini Menghilang Sebelum Mayat Wanita Termutilasi di Sleman Ditemukan, Ini Cerita Ayah Korban

Seorang wanita ditemukan dalam kondisi tewas termutilasi di kamar penginapan yang terletak di Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman

Editor: muslimah
TRIBUNJOGJA/MIFTAHUL HUDA
Keluarga korban mutilasi melakukan tabur bunga di atas makam korban, Senin (20/3/2023). 

TRIBUNJATENG.COM - Seorang wanita ditemukan dalam kondisi tewas termutilasi di kamar penginapan yang terletak di Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman.

Kemudian terungkap kalau wanita tersebut bernama Ayu Indrawari.

Ia tidak bisa dihubungi keluarganya hingga sore.

Ayu merupakan wanita 35 tahun, ibu dari dua orang anak yang masih kecil.

Baca juga: Wanita 34 Tahun Jadi Korban Mutilasi di Penginapan Kaliurang Yogyakarta, Keluarga Duga karena Dendam

Baca juga: Viral Pengemudi Fortuner Malah Tabrak Polisi yang Menegurnya Langgar Rambu, Begini Kondisi Petugas

Senin (20/3/2023) siang, korban sudah dimakamkan di pemakaman Karangkajen, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Yogyakarta.

Tampak disana keluarga dan kerbat korban mengantarkan ke peristirahatan terakhir, termasuk anak dan ayah korban, Heri Prasetya.

Pria berusia 64 tahun tampak tak mampu menutupi kesedihannya saat menghantarkan putrinya ke peristirahatan terakhir.

Heri mengaku terakhir bertemu dengan putrinya pada Sabtu pagi 18 Maret 2023.

"Sabtu pagi sempat masih ketemu, sorenya tak WA sudah enggak aktif (ponselnya)," kata Heri di rumah duka.

Dia menjelaskan, Ayu merupakan salah satu pegawai di Angkasa Pura Yogyakarta.

Ia biasa berangkat kerja antara pukul 07.00 hingga 07.30 WIB.

"Kalau Sabtu enggak full (kerjanya). Biasanya untuk pergi kemana kurang tahu senengane dekne (kesenangan dia) gimana gak tahu, tapi dari dulu dia senengane makannya di warung Pakem, kulineran itu loh, dulu sama temen-temennya di sana," jelasnya.

Heri menjelaskan, Ayu adalah seorang ibu yang bertanggung jawab terhadap anak-anaknya.

Ayu meninggalkan dua anak berusia 8 tahun dan 1 tahun.

"Jadi kalau pulang kerja, ya pulang. Paling sama anaknya gojek-gojek (bercanda) anaknya mau minta apa baru keluar lagi," terang dia.

Saat pergi pada Sabtu pagi, Ayu tidak berpamitan kepada Heri hendak pergi ke mana.

Ia sempat cemas sebab hingga Sabtu petang pukul 18.00 WIB Ayu tak kunjung pulang ke rumah.

Kecemasan Heri semakin menjadi-jadi sebab tak ada kontak handphone dari teman Ayu yang dapat dihubungi untuk melacak keberadaan Ayu.

"Saya tidak punya nomor hp temannya, karena nomor temannya di hp dia (Ayu) semua," ungkapnya.

Tak Terdaftar di PT Angkasa Pura

Saat dikonfirmasi Tribunjogja.com, Stakeholder Relation Manager Bandara YIA, PT Angkasa Pura I, Ike Yutiane menyatakan, tidak ada pegawai bernama Ayu Indrawari di PT Angkasa Pura I setelah dilakukan pengecekan.

“Kami telah melakukan pengecekan kembali terhadap daftar pegawai PT Angkasa Pura I YIA baik pegawai tetap maupun tenaga penunjang.

“Bahwa berdasar pengecekan tersebut, tidak ada pegawai atas nama Ayu Indrawari yang tercatat sebagai pegawai AP I YIA," ucap Ike.

TKP Penginapan

Lokasi temuan mayat wanita asal Kota Jogja kini ditutup kayu, Senin (20/3/2023).

Pantauan Tribunjogja.com di lokasi kejadian, akses masuk kamar yang jadi tempat mutilasi ditutup untuk kepentingan penyelidikan.

Dua kayu seukuran lengan manusia dipasang menyilang agar tak merusak tempat kejadian perkara (TKP).

Di ujung jalan menuju penginapan itu juga tampak ditutup terpal.

Kasus dugaan pembunuhan disertai mutilasi ini terungkap pada Minggu (19/3/2023) malam hingga Senin (20/3/2023) dini hari.

Berdasarkan olah TKP sementara, Mayat perempuan diketahui berinisial A, (35) warga Patehan, Kota Jogja ditemukan di sebuah wisma penginapan di padukuhan Purwodadi, Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman.

Lurah Pakembinangun, Suranto mengatakan, kamar yang sebelumnya ditempati oleh seorang perempuan dan wanita muda itu tidak dibuka sejak keduanya menginap pada Sabtu (18/3/2023) sore.

Awalnya ada laporan dari pegawai kalau di kamar itu (lokasi penemuan korban) tidak dibuka dua hari.

Menurut Suranto, dari laporan yang diterima pihaknya, pria yang sebelumnya berada di dalam kamar bersama korban sempat laporan ke pegawai kalau hendak memperpanjang sewa kamar pada Minggu (19/3/2023) siang.

Setelah itu, pria yang menginap bersama korban langsung pergi dan tidak pernah kembali lagi ke penginapan.

"Info yang saya terima, yang laki-laki sempat laporan mau perpanjangan ke pegawai. Setelah itu langsung pergi,"jelasnya "kata Lurah Pakembinangun, Suranto saat dihubungi Tribunjogja.com, Senin siang.

Sedangkan berdasarkan keterangan dari Dukuh Purwodadi, Kamri, temuan sesosok mayat perempuan tersebut bermula pada hari Minggu (19/3/2023) malam.

Mayat ditemukan oleh Penjaga wisma penginapan curiga tamu yang menginap sejak Sabtu (18/3/2023) sore tak kunjung keluar kamar.

Sementara lampu kamar terus menyala. Karena curiga, Minggu malam itu, sekira pukul 22.30 WIB, pintu kamar diketuk.

Namun tidak ada jawaban.

"Terus dibuka, congkel lewat jendela kecil ditemukanlah (mayat) di kamar mandi," kata dia, Senin (20/3/2023).

Saat itu, Ia mengaku ditelepon oleh penjaga hotel.

Kemudian ditindaklanjuti menghubungi Polsek Pakem, Polresta Sleman dan Polda DIY.

Kamri mengatakan, saat ditemukan kondisi jenazah mengenaskan, yakni beberapa bagian tubuhnya terpotong.

Proses evakuasi berlangsung cukup lama. Karena kondisi jenazah yang tidak utuh.

"Jenazah baru berhasil dievakuasi saat adzan subuh dan dibawa ke RS Bhayangkara," katanya.

Kapolresta Sleman, Kombes Pol Aris Supriyono, mengatakan perkara ini masih dalam penanganan dari Personel Polresta Sleman dan Polda DIY.

Disinggung dugaan pelaku, Ia meminta untuk menunggu karena masih dalam proses pengungkapan.

"Tunggu aja hasil ungkapnya. Sabar," kata dia.

Hilang Kepekaan

Psikolog UGM, Dr. Bagus Riyono, MA, Psikolog, menjelaskan, siapapun pelaku mutilasi AI adalah orang yang sudah kehilangan kepekaan.

“Dia kehilangan kepekaan kepada orang lain. Itu berat. Ada penyakit hati yang bikin dia tega dan bermata gelap,” ujar Bagus kepada Tribun Jogja, Senin (20/3/2023).

Menurutnya, gelap mata itu bisa karena panik, bisa juga takut ketahuan, tetapi Bagus mengira, penyakit hati dan ketidakpekaan itu menggambarkan situasi yang cukup pas terkait kondisi psikologi pelaku mutilasi.

“Kalau ketakutan, itu relatif bisa diatasi. Pun saya rasa kalau orang gelap mata, habis membunuh, itu ya sudah, bakal sadar, tapi kalau mutilasi, ada rasa hampa dalam diri,” jelasnya lagi.

Ditanya apakah rasa kehampaan itu bisa dipengaruhi media sosial, Bagus mengatakan bisa dipengaruhi tapi bukan disebabkan oleh medsos.

Ia menduga, pelaku mutilasi perempuan berinisial AI juga sudah mengalami kekosongan hati dan mungkin diakselerasi oleh media sosial.

“Medsos mungkin memberi ide, tapi kondisi pelaku sudah bermasalah lebih dulu. Perilaku seperti ini bisa dicegah sejak anak-anak agar mereka tidak hampa,” terangnya.

Diketahui, AI ditemukan dengan tubuh termutilasi, Senin (20/3/2023) di sebuah wisma di Pakembinangun, Sleman.

AI meninggalkan dua orang anak berusia 8 tahun dan 1 tahun (Tribunjogja.com

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved