Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Tradisi Nyadran di Desa Makamhaji Sukoharjo, Ada Makam Guru Jaka Tingkir

Suasana Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Makam Haji Kecamatan Kartasura di bulan Syaban (Ruwah)

Penulis: khoirul muzaki | Editor: rival al manaf
Istimewa
Peziarah mendoakan arwah leluhur di TPU Desa Makamhaji, Sukoharjo 

TRIBUNJATENG.COM, SUKOHARJO - Suasana Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Makam Haji Kecamatan Kartasura di bulan Syaban (Ruwah) atau menjelang Ramadan lebih ramai dari biasa. 

Makam yang biasanya sunyi mendadak ramai dikunjungi para peziarah. Lantunan bacaan tahlil menggema dari sejumlah makam yang dipenuhi peziarah. 

Ritual nyadran (sadran) masih mentradisi di lingkungan umat Islam Jawa, tak kecuali di Sukoharjo.

Baca juga: Ada Demplot Peduli Stunting di Desa Mranggen Sukoharjo, Berhasil Turunkan Kasus  

Baca juga: Pemilu 2024, Ini Daftar Dapil dan Alokasi Kursi Anggota DPRD di Kabupaten Sukoharjo

Nyadran adalah tradisi mengunjungi makam leluhur pada bulan Syaban (ruwah) atau menjelang Ramadan. 

Di situ, masyarakat atau ahli waris bukan hanya menziarahi makam orang tua atau leluhur.  Mereka membersihkan makam, serta menabur wewangian (bunga).  

Ritual diakhiri dengan pembacaan doa (tahlil) yang ditujukan ke arwah leluhur. 

"Kalau menjelang Ramadan, memang ramai orang ziarah, " kata Marwagus, warga Desa Makamhaji, Rabu (22/3/2023) 

TPU ini cukup strategis karena mudah diakses dan berada di dekat kawasan metropolitan Kota Surakarta.  

Di bulan Ruwah, bukan hanya penduduk lokal, masyarakat dari berbagai penjuru kota berziarah ke makam leluhur mereka di sini. 

Yang lain dari TPU ini adalah keberadaan kuburan tokoh-tokoh penting di era Kesultanan Mataram. 

Di antaranya, Makam Syarif Husein bin Ibrahim Al Hadad. Ia adalah tokoh ulama yang disegani di era Kesunanan Surakarta. 

Syarif sekaligus menjadi penasehat spiritual raja Pakubuwono di era Kesultanan Mataram. 

Yang menarik, ada makam yang diklaim paling tua, yakni makam Abdul Qodir yang dipanggil Tuan Haji. 

Ia bukan orang sembarangan di zamannya. Abdul Qodir disebut guru raja Kerajaan Pajang, Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir

"Ini makam pertama di sini, " katanya

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved