Opini Aji Sofanudin : Toleransi di Jawa Tengah

Pemerintah sebagai penyelenggara negara justru berkewajiban menjamin kemerdekaan warga negara untuk beribadah sesuai dengan agama dan keyakinannya”.

Ketum PP Muhammadiyah pun, yang biasanya cool, memberikan statemen cukup keras, Muhammadiyah biasanya punya fasilitas-fasilitas tapi bukan itu. Kami bisa menyelenggarakan di tempat kami. Tapi yang kami inginkan adalah negara, pemerintah dengan segala fasilitasnya itu milik seluruh golongan dan rakyat. Negara harus adil dan ihsan dalam perbedaan.

Pada sore hari jelang maghrib (17/4/2023), Walikota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid “berubah kebijakan” dengan mempersilahkan dan mengizinkan bahkan memfasilitasi warga yang akan menyelenggarakan Salat Idul Fitri pada Jum’at, 21 April 2023 di Lapangan Mataram Kota Pekalongan.

Walikota Sukabumi pun melakukan kebijakan yang sama dengan mengizinkan lapangan merdeka sebagai tempat pelaksanaan Salat Idul Fitri 21 April 2023.

Toleransi Umat Beragama

Merujuk data Kementerian Agama RI, terkait Kerukunan Umat Beragama (KUB) di Jawa Tengah sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Indeks KUB selalu menempatkan Jawa Tengah berkategori “baik”. Data Kementerian Agama RI, menyebutkan Indeks KUB Jateng relatif stabil di angka 73 s.d 75 sejak dulu.

Data lima tahun terakhir nilai Indeks KUB Jawa Tengah adalah sebagai berikut: 73,75 (tahun 2017); 74,06 (tahun 2018); 74,57 (tahun 2019); 75,12 (tahun 2021); dan 74,28 (tahun 2022). Dari angka indeks tersebut, memang terlihat kerukunan umat beragama di Jateng stabil. Dibandingkan tahun 2021, angka indeks 2022 memang mengalami penurunan tetapi tidak bermakna.

Konsep “kerukunan” merupakan gabungan dari tiga dimensi: toleransi, kesetaraan dan kerja sama. Jika dilihat dimensi toleransi, di Jawa Tengah juga relatif stabil. Bahkan Indeks Toleransi Jawa Tengah tahun 2022 lebih tinggi daripada rata-rata Indeks toleransi secara nasional. Rerata nasional sebesar 70,39 sementara Jawa Tengah memperoleh 73,68.

Data lima tahun terakhir Indeks Tolernasi Jawa Tengah adalah sebagai berikut: 73,90 (2017); 76,34 (2018); 72,55 (2019); 72,64 (2021); dan 73,68 (2022). Data ini menunjukkan bahwa indeks tolernasi di Jawa Tengah relatif stabil dan menjadi barometer toleransi di tingkat nasional.

Meskipun demikian, ibarat penyakit rezimentasi paham agama menunjukkan tanda-tandanya. Ada kesan paham keagamaan tertentu yang dominan dan menegasikan paham keagamaan yang lain.

Rezimentasi paham agama baru sebatas gejala, belum benar-benar terjadi. Tentu kita berterima kasih kepada semua pihak, Walikota Pekalongan dan semua pihak sehingga kemudian merevisi kebijakannya. Ibarat penyakit itu adalah obat, dalam rangka menciptakan kondusivitas warga dan toleransi otentik.

Secara faktual di masyarakat Jawa Tengah, akan ada tiga kelompok masyarakat dalam penyikapan perbedaan hari raya tersebut. Pertama, ikut keputusan pemerintah yang merayakan lebaran sabtu 22 April 2023. Kedua, ikut atau sama dengan keputusan Muhammadiyah, mengakhiri puasa pada kamis dan lebaran jumat 21 April 2023.

Ada juga kelompok ketiga, mengakhiri puasa pada hari kamis (20/4/2023), sama dengan Muhammadiyah tetapi dia ikut Salat Idul Fitri mengikuti pemerintah yakni pada hari sabtu (22/4/2023). Mungkin juga ada yang ikut salat Idul Fitri dua kali. Wallahu’alam.

Baca juga: Lirik Lagu dan Chord Kunci Gitar Teman Perjalanan Ardhito Pramono

Baca juga: Fokus : Menghargai Perbedaan

Baca juga: Sinopsis Drakor Dr Romantic 3 Dibintangi Ahn Hyo Seop, Lee Sung Kyung dan Han Suk Kyu Mulai 28 April

Baca juga: Tutorial Menyambungkan WA WhatsApp di 4 HP yang berbeda, Bisa dari iPhone ke Android