Advertorial
Peringati Hari Tari Dunia, ISI Surakarta Menggelar 24 Jam Menari
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta memperingati World Dance Day (WDD) dengan 24 Jam Menari ISI Surakarta, Sabtu (29/4/2023).
Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, SOLO – Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta memperingati World Dance Day (WDD) dengan 24 Jam Menari ISI Surakarta, Sabtu (29/4/2023).
Pembukaan dilakukan oleh Rektor ISI Surakarta Dr I Nyoman Sukerna tepat pukul 06.00 WIB di halaman Rektorat Kampus ISI Surakarta.
30 menit sebelumnya, disajikan tari Umbul Donga dilanjutkan pengalungan bunga kepada lima orang penari yang akan menari selama 24 nonstop.
Setidaknya lebih dari 1.200 orang dari 93 kelompok tari secara maraton mengisi panggung di lima venue selama 24 jam.
Gelaran Solo 24 Jam Menari Institut Seni Indonesia Surakarta, tahun ini mengusung tema Menari; Imaji dan Relasi.
Tema ini menandaskan bahwa imajinasi adalah substansi yang sangat penting dari tari. Imajinasi dalam tari akan menjadi kekuatan yang luar biasa apabila berhubungan, bersinergi dengan berbagai disiplin kehidupan.
Tidak hanya di halaman Rektorat, setidaknya ada empat venue lainnya yaitu Pendapa GBH Djoyokusumo, Teater Kecil, Teater Besar dan di Teater Kapal yang semuanya berada di lingkup kampus I ISI Surakarta.
Tidak hanya dari mahasiswa ISI, peserta tari tahun ini ialah kurator tari dari Melbourne, Australia, Singapura, Austria tari Rontek dari Pacitan, kelompok seni Arjasura, serta kelompok tari dari Sukoharjo, Cilacap, Surabaya, Blitar dan lain-lain.
Selain sajian karya tari juga ada Seminar Nasional, bazar produk kreatif dan penutupan rangkaian acara ditutup dengan Orasi Budaya oleh KGPAA Mangkunegara X.
Sementara itu, Rektor ISI Surakarta Dr I Nyoman Sukerna mengatakan ISI Surakarta telah menyelenggarakan Peringatan Hari Tari Dunia ini selama 17 tahun.
Nyoman mengaku ada banyak group tari yang ingin meramaikan peringatan WDD di ISI Surakarta ini. Karena keterbatasan tidak semua bisa tampil.
Menurutnya, tari tidak hanya gerak di atas panggung ada penjiwaan pemaknaan mengangkat isu-isu, relasi, menerobos sekat-sekat politis, kultural, dan etnis menuju kebersamaan dan kedamaian dalam persahabatan umat manusia.
"Kita ingin menggelorakan bahwa tari ini tidak hanya gerak di atas panggung ada penjiwaan pemaknaan mengangkat isu-isu, relasi, semua ada disitu."
"Itu sebabnya lewat even ini kami mengemukakan semangat kebersamaan toleransi dan lain sebagainya," terang Nyoman.
Terlepas dari itu, Nyoman mengatakan seni itu penting bagi kehidupan, tidak hanya mementingkan ekonomi saja namun juga bagian dari kesehatan.
Dirinya berharap, kedepan akan berjalan terus tidak hanya di tari karena masing-masing prodi di ISI Surakarta mempunyai hari besar yang bisa diperingati.
"Mudah-mudahan bermanfaat kesehatan masyarakat, juga menjadi karakter bangsa kita lestari dan pengembang seni tradisi itu penting," katanya.
Penyelenggaraan event ini memiliki makna penting sebagai ruang dialog antar seniman, pemerhati, penikmat, pecinta, sekaligus praktisi tari.
Harapannya, akan muncul wacana baru sebagai cara pandang meluaskan pengetahuan dan sekaligus penciptaan tari. Atau hanya sekedar menjadi reuni kecil untuk saling menyapa dan berbagi pengalaman. (uti)