Fokus
Fokus: Jaga Hati
Yah, hal itu menanggapi ramainya pemberitaan mengenai pembunuhan sadis bos air minum isi ulang, Irwan Hutagalung (53), di tempat usahanya, Jalan Mulaw
Penulis: arief novianto | Editor: m nur huda
Tajuk Ditulis Oleh Wartawan Tribun Jateng, Arief Novianto
TRIBUNJATENG.COM - "Wong jaman saiki memang tambah sadis. Saiki gantian bos galon nang Tembalang dipateni, terus dimutilasi, bar kuwi dicor. Sadis tenan yo (Orang zaman sekarang memang semakin sadis. Sekarang giliran bos galon yang dibunuh, terus dimutilasi, lalu dicor. Sadis banget ya-Red)," kata satu tetangga saya, dalam diskusi ngalor-ngidul di pos ronda kampung, kemarin malam.
Yah, hal itu menanggapi ramainya pemberitaan mengenai pembunuhan sadis bos air minum isi ulang, Irwan Hutagalung (53), di tempat usahanya, Jalan Mulawarman, Tembalang. Korban ditemukan dalam kondisi tubuh dicor dan termutilasi menjadi empat bagian, dengan kepala, dua tangan, dan badannya terpisah.
Polrestabes Semarang mengamankan satu pria penjual angkringan terkait dengan kasus pembunuhan itu. Namun, polisi belum menetapkannya sebagai tersangka. Pria penjual angkringan tersebut berjualan persis berdekatan dengan tempat usaha korban, persisnya di sisi utara tempat usaha korban.
Polisi telah melakukan olah tempat kejadian perkara pada Selasa (9/5). Hasilnya, korban diketahui dianiayai pakai linggis hingga meninggal dunia. "Hasil olah TKP sementara, sebelum dicor, korban dianiaya hingga meninggal dunia dengan menggunakan linggis," kata Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar.
Menurut dia, korban sebelum dicor oleh pelaku dimutilasi menjadi empat bagian. Korban diduga kuat dibunuh dan dimutilasi setidaknya pada Kamis (4/5) malam atau Jumat (5/5) dinihari.
Hal itu merujuk terhadap keterangan para saksi yang masih melihat aktivitas korban pada Kamis (4/5) sore. Kemudian pada keesokan harinya atau Jumat (5/5), korban sudah tidak terlihat sampai Senin (8/5). Polisi masih menyelidiki apakah ada barang berharga milik korban yang hilang. "Alat komunikasi (handphone) milik korban sudah diamankan," katanya, Selasa (9/5).
Seperti diketahui, dalam beberapa waktu terakhir jamak terdengar kasus pembunuhan, yang bahkan dilakukan hanya gara-gara hal sepele dan remeh-temeh. Terbaru dialami Agus Suprapto (25) warga Kaliwungu, Kabupaten Kendal, yang tewas dihajar empat orang di depan pos ojek Pasar Mangkang Semarang, Minggu (7/5) dinihari, sekira pukul 02.30.
Korban yang merupakan seorang kuli panggul itu meregang nyawa selepas dihantam kepalanya dengan batu, dan sempat mendapatkan tendangan dan pukulan dari para tersangka. Polisi pun telah mengamankan keempat tersangka.
Agus Suprapto menjadi korban pembunuhan setelah menemani temannya, Solia Dwi Yulita untuk mengklarifikasi terkait dengan masalah postingan di media sosial kepada Eva Saputri, yang juga teman korban. Namun, klarifikasi itu berujung cekcok, hingga hilangnya nyawa Agus Suprapto.
Pakar Psikologi Undip Semarang, Muhammad Zulfa Alfaruqy mengatakan, pembunuhan merupakan bentuk tindakan agresif seorang manusia. "Sesuatu dikatakan sebagai suatu agresif karena ditujukan untuk melukai bahkan merenggut nyawa orang lain secara sengaja," ujarnya, saat dihubungi Tribunjateng.com, Selasa (9/5).
Menurut dia, secara umum seseorang melakukan perbuatan keji seperti melukai hingga menyebabkan kematian disebabkan oleh dua motif. "Pertama motif afektif, yaitu dorongan pembunuhan terhadap orang lain karena pembangkitan emosi, misal rasa kesal, kecewa, dan marah pada orang lain. Kedua, motif kognitif yaitu dorongan pembunuhan terhadap seseorang karena ada tujuan yang ingin dicapai, misal penguasaan terhadap harta orang lain," tuturnya.
Dari keterangan itu, setidaknya bisa diketahui bahwa kasus pembunuhan berasal dari dorongan emosional dengan tujuan tertentu. Artinya, pelaku bisa disebut tengah dalam kondisi kejiwaan yang tidak stabil, dengan adanya keinginan yang hendak dicapai dari apa yang dilakukan.
Rasanya, menjadi penting bagi setiap orang untuk dapat menjaga dan mengendalikan segala hal dalam dirinya, termasuk hati dan pikiran, di mana hal itu juga diajarkan oleh semua agama. "Iki lho pentinge ngibadah, ben cedak karo Gusti, ben ora gampang nesu-nan, opo meneh sampe mateni (Ini lho pentingnya ibadah, biar dekat dengan Tuhan, tidak gampang marah, apalagi sampai membunuh-Red)," tukas tetangga saya yang lain. (*tribun jateng cetak)